Stefan bilang tidak perlu beli lauk lagi, tapi Olivia tetap membeli dua jenis lauk serta dua porsi nasi putih.Setelah membayar, dia menjinjing makanan yang dia beli keluar dari restoran cepat saji dan kembali ke mobil.“Kring, kring, kring.” Ponselnya berdering lagi.Kali ini, Stefan yang menelepon.Albert sempat datang ke toko, lalu pergi. Stefan tidak tenang, jadi menelepon Olivia.Sebelum Stefan mengatakan sesuatu, Olivia berkata, “Aku akan segera kembali.” Lalu, dia menutup teleponnya.Stefan terdiam lama sekali karena teleponnya ditutup dengan cepat oleh istrinya.Dia tahu, Olivia masih marah.Mereka berdua belum benar-benar berbaikan, tapi karena Nenek sudah ikut campur, mereka hanya menghormati Nenek.Olivia memang segera kembali ke toko.“Lauknya sudah dipanaskan? Sudah boleh makan,” tanya Olivia pada Stefan yang duduk di depan kasir sambil menjinjing makanan yang dia beli dan berjalan masuk ke toko.“Sudah.” Stefan langsung berdiri ketika melihat Olivia pulang, berjalan menge
“Kalau mau, kita juga bisa pergi ke pantai untuk liburan akhir pekan dan makan seafood yang segar.”Ini pertama kalinya Stefan menyarankan mereka pergi liburan akhir pekan.“Ini sudah bulan November.”“Asalkan matahari masih bersinar seperti biasa, bulan November di Mambera masih panas di siang hari. Cocok untuk liburan ke pantai. Nggak terlalu dingin dan nggak terlalu panas.”Olivia mengelus perutnya, “Kita bahas lagi saja nanti. Aku juga nggak bisa bilang iya sekarang, takutnya ada urusan lain di akhir pekan.”Stefan menggumam mengiyakan.Setelah membereskan meja, dia pergi ke dapur untuk mencuci piring. Dia mendengar istrinya mengingatkan, “Jangan pakai terlalu banyak sabun cuci piring. Nanti satu baskom busa semua.”Stefan mengerutkan kening dan tidak mengatakan apa-apa.Stefan mencuci piring selama sepuluh menit.Dia sempat membuka kulkas tadi, jadi tahu di dalam kulkas ada sedikit buah-buahan.Dia mencuci piring buah, lalu mengeluarkan beberapa buah dari kulkas, mencucinya dan me
Melihat mata Olivia tertuju pada ponselnya, Stefan rasanya memiliki dorongan untuk melangkah maju dan merebut ponsel itu.Untungnya, dia memiliki pengendalian diri yang kuat dan tidak benar-benar melakukan itu.Jangan sampai hubungan mereka memburuk lagi.Dia berjalan mendekat, berdiri di hadapan Olivia dan memanggil dengan suara pelan, “Istriku.”“Buk!”Olivia sangat terkejut dengan kata “Istriku” itu, sehingga dia menjatuhkan ponselnya ke lantai.Dia buru-buru membungkuk untuk mengangkat ponselnya itu, dan ketika dia melihat layarnya lecet, dia langsung berkata dengan sedih, “Case ponselku ini 200 ribu.”Stefan mengambil ponsel istrinya itu dan melihatnya. Retak dan jadi jelek. Mendengar istrinya menyayangkan case ponselnya, dia pun berkata, “Aku ganti sepuluh buah.”“Lebih banyak lagi, deh. Aku takutnya kalau sarafmu ada yang error dan kamu panggil aku ‘Istriku’ lagi, case ponselku ini masih harus dijatuhkan beberapa kali.”Sudut mulut Stefan berkedut. Dia memandang wanita itu dalam
Stefan berkata, “Kamu nggak melihat cinta di mataku? Albert melihatmu seperti aku melihatmu sekarang. Aku ini pria. Aku mengerti pria. Dia naksir kamu dan sudah naksir lama.”Hanya saja, wanita bodoh ini yang dengan bodohnya menganggap pria itu seperti adiknya.Albert tidak ingin menjadi adik Olivia. Pria itu ingin menjadi suaminya.Stefan tidak menghentikan Olivia yang sedang menggodanya.“Apa ada cinta di matamu? Aku hanya merasakan kedinginan.”Stefan jadi bingung. Aktingnya sia-sia.Olivia tersenyum malu, “Mungkin karena kamu mencontohkannya dengan nggak pas. Cinta di mata itu berasal dari hati. Kamu kan nggak mencintaiku, jadi tentu saja nggak ada cinta di matamu.”Stefan mengangkat tangannya.Akhirnya, dia menepuk kedua tangan Olivia yang meraba wajahnya dengan lancang.“Pak Stefan.”“Apa.”“Aku, um, kurasa, aku benar-benar ingin menciummu.”Stefan menatap Olivia dengan ekspresi masam.Olivia berkata dengan malu lagi, “Kamu terlihat sangat tampan.”Setelah ciuman itu, dia jadi se
Ekspresi Stefan tiba-tiba kembali dingin.Dia berjalan keluar dari belakang mesin kasir dengan ekspresi tenang.Olivia berdiri tegak dan merapikan rambutnya yang acak-acakan. Melihat Stefan yang bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, Olivia memaki pria itu ratusan kali di dalam hatinya.Kemudian, dia duduk dan menunggu orang aneh itu masuk.Orang yang bisa memanggilnya dengan seperti itu pasti kerabat-kerabatnya yang super baik dari kampung halamannya itu.Tak sampai satu menit kemudian, Andri dan istrinya masuk ke toko dengan agresif.Diikuti oleh dua paman dan dua bibi Olivia.Olivia tersenyum. Lengkap juga yang datang.Andri dan istrinya bergegas masuk. Ketika melihat Olivia duduk di meja kasir, mereka hendak langsung menghampirinya. Namun, Stefan menghalangi jalan mereka.Stefan orangnya tinggi dan tampan, namun sangat dingin. Pria itu berdiri di sana dan seluruh tubuhnya memancarkan aura yang membuat orang takut, serta aura dingin yang membuat orang tanpa sadar melangkah mundur.
Mochtar terdiam.Olivia sendiri sudah sangat sulit dihadapi, tapi tak disangka dia malah menikah dengan orang yang juga sulit dihadapi.Stefan bersandar ke mesin kasir, dengan kedua tangan di saku celananya.Olivia mengerjapkan mata. Wow. Posturnya itu sangat menawan!Ahem. Sekarang bukan waktunya lihat cowok ganteng.Olivia dengan cepat menatap paman dan bibinya dengan serius.“Katakan. Untuk apa kalian memanggil Olivia keluar? Mentang-mentang kalian ramai, mau memukulnya? Atau mentang-mentang kalian ramai, mau memaksanya untuk memberi kalian uang untuk membayar pengobatan neneknya? Juga membantu kalian membayar uang rumah, uang bensin mobil, dan uang tol?”“Memangnya kami bisa memukul wanita liar seperti dia itu?” kata Lenny dengan marah. Dia datang untuk memberi pelajaran pada Olivia.Setelah mengetahui putra mereka, Hendra, dipenjara, mereka semua setuju untuk mengeluarkan Hendra dari penjara dulu, kemudian memberi pelajaran pada Olivia.Namun, tak disangka, Ketika mereka ingin men
Andri yang tersadar lebih dahulu. Dia berbalik badan dan langsung berlari keluar untuk melihat istrinya.“Sayang, apa kamu baik-baik saja?”Lenny ditarik dan diseret oleh Stefan, lalu didorong sampai jatuh ke tanah. Dia tidak kesakitan karena jatuh, tapi dia sangat malu. Dia merasa dirinya diinjak-injak oleh Stefan.“Kamu nggak punya hati, ya? Gimana kamu bisa jadi suamiku? Kamu nggak bisa menghentikan pria itu waktu melihat istrimu diseret keluar? Nggak bisa membantuku, hanya melihatku diseret dan didorong ke tanah. Ini penindasan!”Lenny langsung mendorong suaminya Ketika suaminya membantunya berdiri, menunjuk dan memaki suaminya.“Setelah menindas putraku, mereka mulai menindasku. Apa ini adil? Tuhan, bukalah mata-Mu lebar-lebar. Mereka itu orang yang nggak berbakti pada orang yang lebih tua. Cepat sambar mereka dengan petir!”Andri adalah anak bungsu di antara kakak beradiknya dan selalu disayang oleh orang tua dan kakak-kakaknya. Setelah menikah dengannya, istrinya juga mendapatka
Dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah dimanjakan dan jadi gemuk. Bergerak sedikit pasti akan terengah-engah dan kehabisan napas. Mereka benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk berkelahi dengan Olivia dan suaminya. Olivia bisa bela diri.Entah bagaimana cara Odelina membesarkan adiknya dulu. Bisa-bisanya dia membiarkan Olivia belajar seni bela diri.Untung saja, waktu itu mereka sudah melihat jauh ke depan dan mengambil uang kompensasi dari kematian saudara mereka. Kalau tidak, mereka pasti akan babak belur melawan Odelina dan adiknya ini.“Olivia, jangan terlalu menindas orang, ya. Aku beri tahu kamu. Kalau kamu nggak mengeluarkan Hendra dan terjadi apa-apa pada putraku di sana, aku nggak akan memaafkanmu! Jangan kira aku takut denganmu karena kamu punya suami!” maki Lenny sambil menunjuk Olivia.Setelah mencuci tangan, Stefan menolehkan kepala. Tatapannya yang tajam menyapu Lenny, sehingga suara wanita itu seketika langsung mengecil.Lenny cukup takut pada pria yang dingin da
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng