Olivia tidak tahu kalau Stefan adalah anak sulung keluarga Adhitama dan juga sosok pria yang diidamkan oleh Amelia selama ini. Olivia tidak sadar kalau pria yang selama ini disebut-sebut oleh Amelia sebenarnya adalah Stefan, jadi dia mengira orang yang dimaksud itu adalah orang yang berbeda.“Mampus!” ujar Sarah terkekeh dari dalam toilet. “Dramanya jadi makin seru saja, nih.”Sarah yang sangat menantikan drama itu terus mendengar percakapan mereka berdua dengan sepenuh hati. Olivia tiba-tiba teringat kalau Sarah masih di toilet. Setelah mengobrol sebentar dengan Amelia, dia pun berkata kepada Junia, “Jun, coba tanya Nenek lagi ngapain sekarang. Dia sudah lama banget di toilet.”Junia mengikuti arahan Olivia dan pergi ke toilet untuk mengecek keadaan Sarah. Sementara itu Russel sedang sibuk dengan mainannya. Dia hanya bermain di dalam area toko ketika tidak ada orang dewasa yang menemani. Tadinya Amelia merasa semua rencananya tidak membuahkan hasil, tapi setelah mendengar nasihat Oliv
“Sepasang burung phoenix, satu cowok, satu cewek.”Olivia pergi ke rak tempat dia menyimpan karyanya dan mengambil sebuah kotak yang sangat indah. Dia menaruh kotak itu di depan Amelia dan berkata, “Di dalam sini.”Amelia membuka kotak itu dan mengambil sepasang burung phoenix yang sudah jadi.“Wah, kayak hidup, ya! Liv, ini bagus banget! Harganya berapa? Aku mau beli.”“Kita kan teman, aku kasih harga untuk biaya bahan-bahannya saja,” kata Olivia.“Justru karena kita teman, aku nggak boleh ambil untung. Bisnis ya bisnis, nggak boleh dicampur sama perasaan. Harganya berapa aku bayar berapa, jangan cuma kena harga bahan saja. Aku sudah lihat harganya di online shop kamu. Kalau nggak salah sekitar berapa ratus ribu gitu, persisnya aku nggak ingat.”Amelia mengeluarkan dompet dari tas Hermès-nya dan mengambil sejumlah uang kas. Dia tidak menghitung ada berapa tepatnya dan langsung memberikannya saja kepada Olivia.“Kembaliannya ambil saja. Kalau Stefan terima hadiahku, aku bantu kamu prom
Di sebuah hotel yang berlokasi tidak jauh dari wilayah pusat Mambera, kedua orang tua Hendra mengetuk pintu kamar Mochtar. Mochtar membuka pintu dan melihat adik serta adik iparnya bertanya dengan raut wajah panik, “Ada apa? Kenapa kalian berdua kelihatan panik begitu?”“Kak, kemarin Hendra pergi sampai sekarang masih belum pulang, kami khawatir dia kenapa-napa.”Ayahnya Hendra adalah yang paling kecil di antara semua saudara kandungnya, dan dia jugalah yang paling disayang oleh orang tuanya.“Hendra ada bilang dia pergi ke mana?” tanya Mochtar. Sebagai kakak sulung yang usianya sudah cukup tua, dia mampu bersikap tenang di situasi seperti ini.“Hendra bilang dia mau pergi ketemu Olivia buat nagih biaya pengobatan Mama. Perginya kemarin, tapi sampai sekarang masih nggak ada kabar. Ditelepon juga nggak nyambung,” kata Andri.Sampai detik ini, anggota keluarganya masih tidak tahu kalau Hendra sedang ditahan, dan kebetulan ponselnya juga sudah kehabisan baterai.Seketika itu pula rona waj
“Panggil saja.”Mochtar juga sepemikiran dengan Andri dan menyetujui usulnya.Namun siapa yang menyangka ketika Andri menghubungi Yoga, keponakannya itu malah berkata, “Kebetulan, baru saja aku mau telepon Om, Hendra kena masalah.”Mendengar hal itu, Andri pun langsung pucat dan bertanya, “Masalah apa lagi? Dia bilang mau nagih duit ke Olivia, apa jangan-jangan dia dipukuli sama Olivia? Kalau anak sial*an itu berani nyakitin Hendra, Om nggak bakal kasih ampun! Bakal Om obrak-abrik makam mamanya!”Ayah kandung Olivia adalah kakak kandung Andri, jadi Andri tidak mungkin tega merusak makamnya, tapi itu tidak berlaku bagi ibu kandung Olivia karena dia tidak ada hubungan darah dengan Andri. Apabila Olivia membuat Andri mengamuk, Andri benar-benar akan meratakan makam ibunya Olivia.“Hendra ngajak anak buahnya buat cegat mobil Olivia tengah malam. Mereka juga bawa senjata kayak tongkat besi atau semacamnya buat mukul Olivia. Tapi Olivia ngelawan dan sekarang mereka semua malah ditahan. Aku j
Yoga langsung menyudahi percakapannya dengan Andri seolah tidak mendengar ocehan ibunya Hendra. Lalu dia menghela napas panjang. Dia jadi curiga mungkinkah Olivia dilindungi oleh semacam dewa sampai-sampai tidak ada satu pun yang bisa mencelakainya. Selain itu, dia juga merasa ada orang lain yang melindungi Olivia dari belakang, tapi Yoga tidak tahu siapa orangnya. Yang pasti, orang itu pasti bukan orang sembarangan karena mampu membuat orang lain enggan untuk membantu Yoga. Masalahnya, Yoga sudah melakukan pemeriksaan kepada Olivia dan Odelina, tapi dia tidak menemukan siapa pun yang mungkin bisa menjaga mereka.Meski suaminya Odelina bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan besar, tetap saja dia hanya karyawan biasa. Yoga tidak tahu apa pekerjaan suaminya Olivia, tapi dari kata para penduduk desa, suaminya Olivia itu mengendarai mobil buatan lokal yang harganya 200-300 juta. Motor yang Yoga dan keluarganya miliki saja harganya sudah di atas itu. Itu berarti suaminya Olivia juga b
Odelina sudah tiba di tokonya Olivia, tapi dia masih sibuk bekerja.Wajah Stefan sontak memuram ketika mendengar ucapan neneknya yang terkesan bersenang-senang di atas penderitaannya.“Sudah, ya. Cepat kemari. Kalau nggak, Nenek kasih tahu ke Olivia kalau kamu dari keluarga Adhitama. Benar-benar, deh, kamu ini. Nenek sudah bantuin kamu, tapi kamu yang nggak manfaatin kesempatannya. Oh ya, Nenek mau kasih tahu satu hal lagi. Hadiah yang Amelia kasih buat kamu itu dia beli dari tokonya Olivia. Nanti kamu juga tahu apa hadiahnya.”Rona wajah Stefan semakin menggelap. Sarah sudah berjanji kalau dia tidak akan ikut campur hubungan Stefan dan Olivia, tapi dia malah mengancam Stefan dengan membocorkan identitas aslinya. Stefan pun langsung menutup teleponnnya, tapi Sarah tidak peduli karena apa yang perlu dia sampaikan sudah tersampaikan semuanya.“Pak Stefan, Non Amelia ngga mau minggir,” kata sopirnya.Stefan terdiam sejenak dan tiba-tiba turun dari mobil. Amelia yang melihat itu merasa san
Mobil Stefan segera meninggalkan gedung kantor Adhitama Group, dan Dimas baru melepaskan Amelia ketika mobil bosnya sudah pergi jauh.Sontak Amelia membalikkan badannya dan menampar wajah Dimas, tapi dengan gerakannya yang sangat tangkas, Dimas berhasil menangkap tangan Amelia dan berkata padanya, “Non Amelia, aku kalau mukul orang nggak lihat cewek atau cowok.”“Lepasin aku! Kalau berani, coba saja!”“Aku nggak bakal main kasar selama kamu juga nggak mukul duluan. Kalau kamu berani nampar, aku tampar balik,” ujar Dimas seraya menghempaskan tangan Amelia.Dimas memang seorang pengawal, tapi bukan berarti dia derajatnya lebih rendah. Stefan saja memperlakukan Dimas selayaknya saudara sendiri. Kalau Amelia berani menggunakan privilege-nya untuk memperlakukan orang lain dengan tidak pantas, Dimas tidak akan segan padanya.Amelia dibuat syok oleh sikap Dimas yang keras. Dia tidak bisa bela diri seperti Olivia, dan selama ni dia hanya menggunakan privilege-nya sebagai anak orang kaya untuk
“Eh, Stefan, sampai juga kamu.”Sarah yang mendengar ada suara dari luar langsung keluar dari toko dan melihat cucunya. Dia menghampiri Stefan dengan mata tersenyum ramah dan bertanya ketika melihat Stefan datang dengan tangan kosong, “Kamu datang cuma begini doang?”“Memangnya harus gimana lagi, Nek?”Spontan Sarah tertegun. Dasar … cucunya ini benar-benar cowok kaku yang tidak mengerti perasaan wanita! Padahal Sarah sudah berusaha membujuk cucunya sampai dua bulan lebih agar Stefan mau menikah dengan Olivia. Jika bukan Sarah yang mengambil inisiatif, mungkin cucunya akan terus melajang sampai usianya 40-an tahun.“Beli bunga, kek. Atau beli hadiah buat Olivia gitu.”“Dia nggak butuh. Di balkon rumahnya sudah banyak bunga.”Sarah sudah tidak sabar ingin menginjak kaki cucunya, tapi dia berhasil menahan diri untungnya. Apa boleh buat, cucunya sendiri. Kalau dia menginjak kakinya Stefan dan Stefan kesakitan, Sarah sendiri yang akan sedih.“Eh, Stefan juga datang!”Odelina keluar menyapa