Mobil Stefan segera meninggalkan gedung kantor Adhitama Group, dan Dimas baru melepaskan Amelia ketika mobil bosnya sudah pergi jauh.Sontak Amelia membalikkan badannya dan menampar wajah Dimas, tapi dengan gerakannya yang sangat tangkas, Dimas berhasil menangkap tangan Amelia dan berkata padanya, “Non Amelia, aku kalau mukul orang nggak lihat cewek atau cowok.”“Lepasin aku! Kalau berani, coba saja!”“Aku nggak bakal main kasar selama kamu juga nggak mukul duluan. Kalau kamu berani nampar, aku tampar balik,” ujar Dimas seraya menghempaskan tangan Amelia.Dimas memang seorang pengawal, tapi bukan berarti dia derajatnya lebih rendah. Stefan saja memperlakukan Dimas selayaknya saudara sendiri. Kalau Amelia berani menggunakan privilege-nya untuk memperlakukan orang lain dengan tidak pantas, Dimas tidak akan segan padanya.Amelia dibuat syok oleh sikap Dimas yang keras. Dia tidak bisa bela diri seperti Olivia, dan selama ni dia hanya menggunakan privilege-nya sebagai anak orang kaya untuk
“Eh, Stefan, sampai juga kamu.”Sarah yang mendengar ada suara dari luar langsung keluar dari toko dan melihat cucunya. Dia menghampiri Stefan dengan mata tersenyum ramah dan bertanya ketika melihat Stefan datang dengan tangan kosong, “Kamu datang cuma begini doang?”“Memangnya harus gimana lagi, Nek?”Spontan Sarah tertegun. Dasar … cucunya ini benar-benar cowok kaku yang tidak mengerti perasaan wanita! Padahal Sarah sudah berusaha membujuk cucunya sampai dua bulan lebih agar Stefan mau menikah dengan Olivia. Jika bukan Sarah yang mengambil inisiatif, mungkin cucunya akan terus melajang sampai usianya 40-an tahun.“Beli bunga, kek. Atau beli hadiah buat Olivia gitu.”“Dia nggak butuh. Di balkon rumahnya sudah banyak bunga.”Sarah sudah tidak sabar ingin menginjak kaki cucunya, tapi dia berhasil menahan diri untungnya. Apa boleh buat, cucunya sendiri. Kalau dia menginjak kakinya Stefan dan Stefan kesakitan, Sarah sendiri yang akan sedih.“Eh, Stefan juga datang!”Odelina keluar menyapa
Stefan diam saja memperhatikan Olivia. Setelah dua hari tidak bertemu, tiba-tiba Stefan menyadari kalau dia ternyata suka melihat wajah Olivia. Sepasang suami istri itu pun saling menatap satu sama lain selama beberapa detik, sampai akhirnya Olivia memecahkan keheningan tersebut.“Kalau sudah cuci tangan, bantu aku bawain makanannya ke depan. Masaknya sudah selesai.”Stefan hanya diam saja, dia tidak membantah ataupun mengiyakan perintah dari Olivia. Tak lama barulah Stefan bertanya, “Buat apa kamu beli seafood sebanyak ini?”Inti permasalahannya adalah Stefan tidak mendapatkan laporan pembelian dari Olivia. Apakah semua ini Olivia beli dengan menggunakan uangnya sendiri?Perang dingin memang perang dingin, tapi sebagai suami, Stefan bertanggung jawab membiayai keluarganya.“Total habis berapa duit? Nanti aku transfer kamu. Sudah kubilang biaya hidup biar aku yang tanggung.”Olivia hanya tersenyum melihat makanan yang sudah dia masak, lalu dia menjawab, “Aku nggak keluar sepeser pun. I
Menyadari cucunya hanya sibuk makan tanpa peduli dengan istrinya, Sarah pun diam-diam menendang kakinya dari bawah meja. Sontak, Stefan menoleh ke arah neneknya dengan tatapan ta berdosa, seolah mencari jawaban apa alasan sang nenek menendangnya.Bagaimana tidak kesal? Sarah dan suaminya sudah bersusah payah mendidik cucu mereka agar bisa menjadi penerus keluarga. Namun, kenapa hasil yang mereka tuai tidak sesuai dengan harapan. Dari segi pekerjaan, sebenarnya Stefan sudah cukup membuat neneknya puas. Semenjak diambil alih oleh Stefan, Adhitama Group berkembang dengan sangat pesat, bahkan lebih cepat daripada Sanjaya Group. Namun jika bicara soal hubungan asmara, Sarah sungguh kecewa terhadap Stefan.“Kupasin uangnya,” kata Sarah kepada cucunya.Sudah diberikan kesempatan sebaik ini saja dia masih tidak bisa memanfaatkannya. Sarah paling mengerti Stefan karena dialah yang membesarkan Stefan sejak dia masih kecil. Dia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Stefan. Stefan tidak mengucapkan
Menyadari Stefan masih belum pergi juga dari dapur, Olivia menolehkan kepalanya ke belakang dan bertanya, “Kenapa?”“Nggak apa-apa. Aku balik ke kantor dulu, ya.”“Oke,” sahut Olivia dan kembali mencuci piring.Sarah yang sedang menemani Russel bermain di depan spontan berkata dengan nada sedikit kesal ketika melihat cucunya keluar dari dapur, “Stefan, kamu kenapa nggak bantuin Olivia cuci piring? Dia sudah capek masak seharian.”Para pria di keluarga Adhitama sangat menyayangi istri mereka, terutama anak-anaknya Sarah, tapi kenapa cucunya malah cuek dan tidak tahu bagaimana caranya memberi perhatian kepada istrinya?“Olivia nggak perlu bantuanku. Nek, aku balik ke kantor dulu, ya.”Sarah masih ingin mengatakan sesuatu kepada Stefan, tapi Stefan sudah keburu melangkahkan kakinya keluar dari too. Sarah pun hanya bisa menghela napas dan menarik kembali kata-kata yang sudah bergulir di ujung lidahnya.Stefan pun pergi dari area sekolah dengan mengendarai mobilnya, dan tak lama setelah itu
Tak heran mereka berdua bisa jadi teman baik, tabiatnya saja sama persis.Sewaktu di toko tadi, Stefan sempat bilang ke Olivia untuk tidak menerima pemberian Amelia secara cuma-cuma. Stefan ingin Olivia mentransfer uang ke Amelia agar mereka tidak merasa berutang budi, tapi balasan yang diberikan benar-benar membuat Stefan tak berkutik.Mereka berdua sudah saling menghapus kontak satu sama lain, bahkan Olivia juga memasukkan nomor Stefan ke dalam daftar blacklist.Kalau menghubunginya saja tidak bisa, bagaimana caranya Stefan mau mentransfer uang? Stefan jadi menyesal mengapa dirinya terlalu picik. Hanya karena sebuah kesalahpahaman saja mereka sampai bertengkar dan menghapus kontak segala. ***Sementara itu di gedung kantor Wieland Electro, Roni baru saja keluar dari kantor general manager dengan wajah berseri-seri. Yenny yang melihat atasannya begitu bahagia pun mengikutinya ke kantor dan menutup pintu rapat-rapat.“Ron, tadi bos bilang apa? Aku lihat kamu kesenangan begitu.”Roni m
“Sekarang dia jelek dan gendut. Kalau aku ajak dia, malah aku yang malu nanti,” ujar Roni, lalu dia mencubit wajah Yenny yang cantik dan menyanjungnya, “Dia mana bisa dibandingin sama kamu yang cantik. Yen, cuma kamu yang ada di hatiku. Aku sudah nggak ada perasaan apa-apa lagi sama dia. Sampai sekarang aku masih nggak bisa maafin dia gara-gara ngejar aku ke jalanan sambil bawa pisau. Dia memang sudah minta maaf dan bersikap lebih baik sama aku, tapi aku tetap nggak bisa maafin dia. Kalau aku larinya lambat saja, mungkin hari itu aku sudah mati dipenggal dia. Selama bertahun-tahun aku kenal dia, aku baru tahu kalau ternyata dia sesadis itu. Aku nggak bakal mau balik ke rumah itu kalau bukan demi Russel. Selain itu, mama dan kakakku bilang DP rumah itu aku yang bayar sebelum menikah, dan aku juga yang masih bayar cicilannya. Jadi atas dasar apa dia berhak tinggal di sana? Hubungan dia sama keluarganya saja nggak bagus. Yen, kamu kan pernah ketemu sama keluargaku. Menurut kamu, mereka gi
Roni langsung meninggalkan pekerjaannya dan mengajak Yenny pergi berbelanja. Roni menjabat sebagai manajer, dan Yenny adalah sekretarisnya. Biasanya mereka memang sering keluar untuk bicara soal pekerjaan, jadi tidak ada orang yang berkomentar apa-apa ketika melihat Roni pergi berduaan saja dengan Yenny. Namun, ada satu ibu-ibu yang bertugas menyapu dan mengepel melayangkan sebuah pertanyaan kepada seorang satpam senior di depan ketika melihat Roni mengajak Yenny pergi dengan mobilnya, “Pak Roni seharian pergi berduaan terus sama sekretarisnya, apa istrinya nggak khawatir Pak Roni selingkuh?” Dulu Odelina juga bekerja di perusahaan yang sama, jadi beberapa pegawai lama masih ingat dengannya. Satpam hanya menatap ibu-ibu itu dengan wajah yang seakan berkata “dasar tinggal di gua”. Setelah memastikan di sekitarnya sudah tidak ada orang lain yang bisa mendengar percakapan mereka, satpam itu pun berkata dengan suara lirih, “Kamu kan setiap ari kerjanya bersih-bersih satu kantor, masa ka
“Aku dengar dari Daniel, mereka berencana daftar pernikahan mereka setelah Tahun Baru. Tunggu Odelina lebih senggang baru adakan resepsi. Aku dan papanya Daniel sudah siapkan mas kawin untuk Odelina, juga sedang pilih-pilih hari.”Mereka juga harus menunggu Odelina ada waktu senggang dan pulang ke Kota Mambera. Setelah itu, mereka baru memilih hari untuk mengantarkan mas kawin. Sekarang Odelina sangat sibuk, anaknya saja diurus Olivia. Sejak pergi ke Kota Cianter, Odelin belum kembali ke Kota Mambera. Biasanya Daniel yang bawa Russel ke sana. Tentu saja, mereka tidak akan melangsungkan resepsi pernikahan dalam waktu dekat.“Odelina nggak mau adakan resepsi. Dia bilang ini pernikahan keduanya. Buat resepsi atau nggak, nggak masalah baginya. Nggak bisa begitu. Kami nggak boleh begitu pada Odelina. Nggak hanya harus adakan resepsi, kami akan berikan resepsi pernikahan yang meriah untuk Odelina.”Yanti tidak hanya tidak ingin mengecewakan Odelina, dia juga tidak mau mengecewakan putranya.
Setengah jam kemudian, Yuna membawa Olivia ke tempat yang telah disepakati untuk bertemu Yanti. Yanti dan suaminya sudah datang. Mereka tiba lebih dulu. Setelah menunggu beberapa menit, Yuna dan Olivia tiba.“Bu Yuna.”Begitu melihat Yuna dan Olivia datang, Yanti langsung berdiri dan menyambut dengan wajah tersenyum.“Bu Yanti, maaf buat kalian menunggu.”Olivia menyapa Yanti dengan sebutan tante. Yanti tersenyum dan berkata, “Kami juga baru sampai. Baru saja duduk, belum juga minum, kalian sudah datang. Nggak lama, kok.”Yanti meraih tangan Olivia dan menanyakan keadaan Olivia. Dia melihat perut Olivia dan berkata, “Kalau pakai mantel, nggak kelihatan kalau kamu sedang hamil.”“Iya, nggak terlalu kelihatan.”Olivia mengelus perutnya sendiri. Kemudian, dia bergelayut di lengan Yuna dan berjalan ke arah Darius. Darius berdiri dan menyapa mereka sambil tersenyum ramah.Setelah semua orang duduk, Yanti memesan beberapa makanan dan minuman untuk semua orang. Kemudian, dia memuji Yuna karen
Amelia dan Jonas berpapasan dengan Olivia di luar. Keduanya menghentikan mobil dan saling menyapa. Jonas membiarkan Olivia lewat lebih dulu.Kemudian, Jonas mengemudikan mobil sambil bertanya, “Para tetua sudah pergi ke Vila Permai. Olivia pagi-pagi malah ke sini. Aku dengar Mama mau pergi bertemu Bu Yanti. Jadi sebentar lagi ada kabar baik dari Kak Odelina dan Pak Daniel?”“Bukan soal itu. Ada hubungannya dengan keluarga Gatara. Kakek Setya masih hidup. Dia dan yang lainnya adalah saksi terbaik yang bisa membuktikan kalau Patricia yang bunuh nenekku.”“Setelah tahu kebenarannya, keluarga Gatara pasti akan menentang Patricia jadi kepala keluar mereka lagi. Patricia sudah jadi kepala keluarga selama puluhan tahun. Dia nggak baik pada yang lain, terlalu mendominasi dan suka memaksakan kehendak. Banyak nggak dapat perlindungan darinya. Jadi banyak yang nggak suka dengannya.”“Kak Odelina pergi ke Kota Cianter. Sekarang sudah ada beberapa yang diam-diam berpihak padanya. Mereka diam-diam s
“Semoga anak-anak kita juga imut dan penurut seperti Audrey. Kita punya anak perempuan saja. Aku suka anak perempuan seperti Audrey.”Jangankan Amelia, semua orang yang pernah bertemu dan menjaga Audrey pasti akan suka dengan Audrey. Anak itu benar-benar semakin menggemaskan. Setiap kali bangun, dia akan main sendiri di kasur. Dia akan duduk di sana, atau melihat ke sana-sini.Bayi yang sudah berusia enam hampir tujuh bulan itu sangat pendiam, tidak berisik. Tidak seperti kakaknya, Archie. Begitu bangun, Archie akan menangis sampai semua orang yang ada di rumah tahu.Jonas menggenggam tangan Amelia dan tersenyum. “Keluarga kami kurang lebih seperti keluarga Adhitama. Kemungkinan punya anak perempuan sangat kecil. Kak Yose sudah punya anak perempuan. Kami-kami mungkin hanya akan punya anak laki-laki. Sepertinya setiap generasi hanya ada satu anak perempuan.”“Nggak ada pengecualian?” tanya Amelia.Jonas berpikir sejenak, lalu berkata, “Pokoknya selama beberapa generasi, sekalipun ada an
Orang-orang hanya tahu kalau murid mereka tersebar di mana-mana, bos besar di berbagai bidang dan sangat hebat. Hanya sedikit orang yang bisa bertemu para tetua itu. Mereka tiba-tiba datang ke Kota Mambera. Sarah saja jadi begitu bersemangat. Dia cepat-cepat datang ke rumah keluarga Sanjaya untuk mengundang mereka bertamu ke rumahnya. Apalagi keluarga Ardaba.“Benar juga. Tante siapkan bubur untuk kamu dulu. Nanti begitu sampai, kamu bisa langsung makan. Nggak terlalu panas,” kata Yuna.“Tante perhatian banget. Terima kasih, Tante.” Olivia mengucapkan terima kasih dengan sikap manis. Yang membuat Yuna spontan tersenyum lebar.Amelia menyenggol Jonas yang ada di sampingnya dan berbisik, “Sejak mamaku temukan keponakannya, senyum lembut dan cerahnya itu hanya milik keponakannya.”“Memangnya Mama nggak sayang kamu? Nggak punya hati nurani. Mama paling sayang sama kamu. Masih saja cemburu sama Oliv.”Selesai menelepon, Yuna mendengar perkataan Amelia. Dia memelototi putrinya sambil merasa
“Si tua bangka ini selalu saja seperti ini. Setiap kali aku omeli dia, dia langsung tutup telepon. Sudah tua, masih makan yang panggang dan minum minuman keras. Sudah bilang berkali-kali tetap saja nggak mau dengar,” omel Nana.Nana lupa kalau setiap kali dia dan kakak-kakak seperguruannya mengunjungi Rubah Perak, mereka pasti akan membawakan anggur dan makanan yang enak-enak. Orang yang sudah tua akan menjadi seperti anak kecil. Jadi suka makan dan minum. Namun, masih ada Kellin. Jadi mereka tidak perlu mengkhawatirkan kondisi kesehatan guru-guru mereka.Keesokan paginya, keluarga Adhitama mengatur beberapa mobil mewah untuk datang dan menjemput Dokter Panca dan yang lainnya. Hanya Setya yang kurang sehat tetap tinggal di rumah keluarga Sanjaya.Tadi malam Yuna menelepon Yanti, ibunya Daniel, dan membuat janji untuk bertemu hari ini. Setelah sarapan bersama Setya, Yuna menelepon Olivia. Yuna ingin bertemu Yanti karena ingin membicarakan Odelina dan Daniel. Meskipun Olivia adik Odelina
Setibanya tiba di Mambera Hotel, Samuel membawa Nana ke dalam dan membantunya menyelesaikan prosedur check in. Samuel juga membayar semua pengeluaran Nana di Mambera Hotel. Neneknya bilang, Nana adalah tamu keluarga mereka. Tentu saja, dia harus bermurah hati pada tamu.Setelah mendapatkan kartu kamar, Samuel menyerahkannya kepada Nana dan berkata, “Perlu aku temani ke atas?”Nana tersenyum, “Nggak perlu. Terima kasih sudah antar aku. Aku mau ke hotel tempat sebelumnya aku menginap, mau ambil barang-barangku.”“Mau ke sana sekarang juga? Perlu aku antar kamu ke sana?”“Nggak perlu juga. Terima kasih. Nanti kamu bilang saja ke nenekmu kalau kamu sudah antar aku ke hotel. Jadi dia nggak akan khawatir.”Karena Nana menolak terus, Samuel pun tidak memaksa. Dia berkata kepada Nana kalau dia masih ada urusan, lalu dia pun pergi. Nana menatap punggung Samuel yang menjauh, entah apa yang sedang dipikirkannya.Hingga sosok Samuel menghilang dari pandangannya, Nana baru melangkahkan kakinya kelu
Samuel menoleh dan melirik Nana sekilas, lalu lanjut mengemudikan mobilnya dengan fokus.“Dulu, Kakek Danu merampok orang kaya untuk diberikan kepada orang miskin. Tapi sekarang mencuri adalah tindakan yang melanggar hukum. Kalau tertangkap harus masuk penjara,” kata Samuel.“Dulu juga termasuk melanggar hukum. Cuma waktu itu semua masih kacau. Nggak ada yang bisa tangkap mereka.”“Sekarang di mana-mana ada kamera CCTV. Kalau polisi mau tangkap kamu, mereka bisa tangkap kamu dengan segala cara. Kamu masih muda, cantik lagi. Lebih baik nggak usah lanjutkan pekerjaan Kakek Danu.”Nana tertawa pelan. “Aku hanya asal ngomong. Aku nggak akan lakukan perbuatan ilegal. Guru-guruku bilang sekarang sudah beda dengan dulu. Mereka ajari kami harus patuhi hukum. Nggak boleh bunuh orang atau kejahatan lainnya.”“Guru-gurumu memang layak untuk dihormati,” kata Samuel.“Kalau mereka sudah berkumpul, nggak akan ada hal baik. Mereka hanya akan terus desak kami untuk menikah. Padahal mereka sendiri ngga
Namun, Samuel tidak bicara. Dia hanya menggerutu dalam hati kalau Nana tertawa seperti orang bodoh. Entah mengapa Rubah Perak mau terima murid seperti Nana. Karena menurut Samuel, Nana terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol kecuali wajahnya yang cantik.Samuel tidak pernah menyaksikan kehebatan Dokter Panca dan yang lainnya. Dia hanya pernah mendengar legenda mereka. Neneknya juga bilang kalau mereka sangat hebat. Murid mereka juga sangat hebat.Samuel pernah bertemu Kellin. Kellin sangat hebat. Samuel akui kalau Kellin yang menyembuhkan mata Rosalina. Lantas, apa keunggulan Nana?“Pak Samuel, antar aku sampai di luar saja sudah cukup. Aku bisa naik taksi sendiri. Aku juga nggak akan menginap di Mambera Hotel. Hotel kalian terlalu mahal. Jutaan per malam. Akhir-akhir ini aku nggak ada pekerjaan, nggak ada uang. Nggak sanggup tinggal di hotel semahal itu.”Nana bicara dengan Samuel sambil menonton video di ponselnya. Samuel tentu saja sangat senang. Namun, dia harus melakuka