"Pak Daniel, sudah sangat larut. Kamu juga harus istirahat.""Iya, kamu cepat istirahat juga. Sekarang aku bisa dibilang nggak bisa mengerjakan apa pun. Nggak masalah kalau tidur larut dan bangun siang."Setelah saling mengucapkan selamat malam, Daniel bersiap untuk turun dari mobil. Anak buahnya menurunkan kursi roda terlebih dahulu, kemudian menurunkan Daniel secara perlahan. Setelah lelaki itu duduk di kursi rodanya, anak buah tersebut mendorongnya masuk ke rumah.Sekarang seluruh orang di keluarga Lumanto sudah terlelap. Namun ketika Daniel baru masuk, lampu langsung menyala dan seluruh rumah menjadi terang benderang. Yanti yang menyalakan lampu tersebut."Ibu," sapa anak buahnya dengan sopan."Ma, sudah malam sekali kenapa masih belum tidur?"Yanti berjalan mendekat dan memberi kode pada anak buah tadi untuk pulang. Dia mendorong putranya ke arah dalam."Mama nggak tenang kalau kamu belum pulang. Nggak bisa tidur jadinya memperhatikan suara dari arah luar. Begitu dengar suara gerb
Sekarang Odelina sudah menjadi seorang bos. Pakaiannya juga sudah berubah dna sedikit berkelas. Perempuan itu memang sudah cantik. Karena dulu dia gemuk, sehingga kecantikannya menjadi tertutupi. Setelah berhasil diet, kecantikannya kembali lagi. Seluruh aura di dirinya langsung keluar. Ke mana pun dia pergi, akan ada banyak orang yang memperhatikannya. Siapa yang bisa menjamin jika tidak ada orang yang tertarik? "Aku menyarankan dia untuk menerima pemberian Stefan dan pindah ke Harfa Residence. Aku juga ada rumah di sana, kalau dia mau pindah maka aku juga akan pindah. Lain kali nggak sulit untuk saling menjaga. Aku juga bisa menemaninya atau meminta anak buah untuk mengikutinya.""Odelina juga memiliki sifat yang keras." Mengingat kembali ketika dia mencari Odelina dan ingin membujuknya meninggalkan Mambera, perempuan itu membalasnya hingga membuatnya tidak bisa berkata apa pun.Dia menggunakan kemampuannya sendiri untuk membuktikan dirinya sendiri."Dia memang keras kepala." Danie
Setiap membahas Russel, ekspresi Daniel akan berubah lembut. Dia berkata pada ibunya, "Hari ini Russel tidur di pelukanku. Ketika aku melihatnya tidur dengan begitu lelap di pelukanku, hatiku langsung meleleh.""Anak itu semakin lucu dan aku semakin menyukainya. Aku nggak berani berharap dia memanggilku Papa. Mendengar dia memanggilku dengan panggilan 'Om' saja sudah membuat hatiku berbunga-bunga."Roni masih ada. Meski hubungan Russel dengan ayahnya tidak dekat, bocah itu tahu jika Roni adalah ayahnya.Dulu ketika Daniel tengah membujuk Russel dan ingin menjadi ayah tirinya, bocah itu berkata bahwa dia sudah memiliki ayah dan tidak perlu mencari ayah yang lainnya lagi. Bahkan Russel bilang dia tidak boleh tamak. Sudah cukup dengan memiliki seorang ayah, tidak perlu dua.Ucapan bocah itu membuat Daniel mengerti bahwa Russel tidak akan memanggilnya dengan sebutan "Papa".Oleh karena itu dia juga tidak akan memaksakan diri. Jika dia sudah bisa menikahi Odelina, maka sudah lebih dari cuku
“Daniel sudah pulang?”“Iya, sudah pulang. Sekarang lagi istirahat di kamar.”Yanti mendekat dan bertanya, “Kenapa kamu juga bangun?”Darius menutup majalahnya dan berkata, “Kamu khawatir dengan putramu, aku juga khawatir. Daniel belum pulang jadi aku nggak bisa tidur dengan tenang. Harus dengar suara mobilnya yang familiar itu dan pastikan dia sudah pulang baru bisa tidur.”“Iya, ‘kan? Dia nggak pulang, kita nggak ada yang bisa tidur.”“Dia ada bilang kenapa dia pulang larut? Apa yang kalian bicarakan lagi?”Yanti duduk kembali di kasurnya sambil berkata, "Dia lagi menunggu Odelina yang pulang kerja. Setelah itu dia mengantarkannya pulang sebelum kembali ke rumah.""Hari ini Odelina luar biasa sibuk. Selanjutnya dia nggak akan pulang selarut ini lagi. Kondisi Daniel juga sangat baik, jangan khawatir. Sudah malam sekali, cepat tidur. Kami juga nggak ada membicarakan apa-apa, hanya membicarakan masa depannya dan Odelina saja."Darius menunggu istrinya berbaring kemudian mematikan lampu
"Serahkan semua barang berharga yang ada di tubuhmu dan mobilmu! Cepat!"Chintya tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang yang turun dari mobil. Kemampuan pendengarannya yang cukup bagus bisa mendengarkan ucapan para perampok itu. Dia bergegas berlari ke arah mereka.Ketika lelaki tadi tengah mengeluarkan dompetnya dan menyerahkannya pada seorang lelaki, Chintya menerjang dengan cepat dan langsung menendang dompet tersebut hingga terbang dari genggaman lelaki itu.Gerakan Chintya sangat cepat. Dia memutar tubuhnya dan kemudian menangkap dompet yang jatuh tadi. Kemudian tangannya terangkat dan dompet tadi melayang masuk ke dalam mobil kemudian berakhir terjatuh di kursi samping kemudi.Kejadian tadi membuat semua orang yang ada di sana melongo tidak percaya. Gerakan Chintya sungguh sangat cepat.Ketika mereka tersadar, Chintya sudah menendang dua buah sepeda motor hingga membuat orang yang ada di atas sepeda motor tersebut tersungkur. Sebelum sempat menyadari apa yang terjadi, peremp
Dia memang menyukai perempuan seperti ini. Bram tidak menyukai perempuan kaya yang manja. Tentu saja karena dia juga tidak ada perasaan apa pun pada para perempuan itu. Setelah yakin bahwa Chintya adalah takdirnya, sesungguhnya Bram merasa sangat takut.Dia takut jika takdirnya itu adalah perempuan yang manja. Tidak disangka ternyata hasil pemeriksaannya membuatnya cukup terkejut. Dia jauh lebih terkejut lagi ketika melihat Chintya yang asli.Kemampuan Chintya sepertinya bisa seri dengan kemampuannya. Sebagai kepala keluarga dari keluarga Ardaba, istrinya perlu orang hebat seperti Cynthia agar bisa mengalahkan orang-orang di bawahnya."Pak, nggak apa-apa?"Bram hanya menatap Chintya dengan melongo. Di waktu yang sama, perempuan itu juga tengah menatap Bram penuh penilaian. Kesan pertamanya pada Bram adalah lelaki ini sangat tampan. Dia masih belum pernah bertemu lelaki yang setampan ini.Sebelum datang ke Mambera, dia sudah pernah dengar bahwa di kota ini ada beberapa lelaki tampan yan
“Siapa namamu?” tanya Bram.Chintya mengeluarkan sebuah kartu nama dan memberikannya pada Bram sambil berkata, “Namaku Chintya, pelatih bela diri. Muridku semuanya anak keecil.”Bram menerima kartu nama Chintya dan membacanya dengan saksama. Setelah itu dia menyimpannya dengan hati-hati. Lelaki itu juga memberikan sebuah kartu nama pada Chintya yang tidak tertera nama keluarganya dan identitasnya.Hanya ada sebuah perusahaan kecil sebagai latar belakang saja. Serta statusnya sebagai direktur di salah satu perusahaan kecil tersebut.Chintya menerimanya dan membacanya sekilas. Setelah itu dia tersenyum dan berkata, “Pak Bram ini CEO besar? Aku lihat di televisi biasanya CEO sepertimu ada kumpulan anak buah yang mengikuti setiap keluar dari rumah. Kenapa kamu nggak bawa anak buah?”Bram terkekeh dan menjawab, “Aku memang ada anak buah, mereka sudah bertahun-tahun ikut denganku. Ada yang orang tuanya sudah sangat tua dan perlu pulang untuk menjaganya. Ada juga yang dipaksa menikah oleh ora
Chintya tidak mengetahui hal itu. Dia bahkan tidak tahu kalau dirinya sudah masuk dalam jebakannya Bram. Dalam perjalanan kembali ke hotel, sifatnya yang blak-blakkan dan juga ramah membuatnya bisa berbincang dengan Bram. Mereka berdua tidak seperti baru saja bertemu, melainkan seperti teman selama puluhan tahun.Bram semakin suka dengan perempuan yang merupakan takdirnya ini. Tidak hanya kemampuannya yang hebat, sifatnya yang blak-blakkan dan pintar berbincang membuatnya merasa Chintya sangat cocok dengannya.“Pak Bram, kamu itu CEO besar, ada kesempatan untuk kerja sama dengan Pak Stefan? Kisah cintanya dengan istrinya tersebar sampai ke kotaku.”Kota Malinjo bisa dikatakan kota kecil yang tidak bisa dibandingkan dengan Mambera dan berjarak cukup jauh. Bram tidak terkejut ketika mendengar Chintya menanyakan kisah Stefan dan Olivia. Dari yang dia cari tahu, selain perempuan itu melatih muridnya dan berlatih, ada satu hobi lagi yaitu membaca novel.Kebiasaan tersebut sama dengan adik i