Setiap membahas Russel, ekspresi Daniel akan berubah lembut. Dia berkata pada ibunya, "Hari ini Russel tidur di pelukanku. Ketika aku melihatnya tidur dengan begitu lelap di pelukanku, hatiku langsung meleleh.""Anak itu semakin lucu dan aku semakin menyukainya. Aku nggak berani berharap dia memanggilku Papa. Mendengar dia memanggilku dengan panggilan 'Om' saja sudah membuat hatiku berbunga-bunga."Roni masih ada. Meski hubungan Russel dengan ayahnya tidak dekat, bocah itu tahu jika Roni adalah ayahnya.Dulu ketika Daniel tengah membujuk Russel dan ingin menjadi ayah tirinya, bocah itu berkata bahwa dia sudah memiliki ayah dan tidak perlu mencari ayah yang lainnya lagi. Bahkan Russel bilang dia tidak boleh tamak. Sudah cukup dengan memiliki seorang ayah, tidak perlu dua.Ucapan bocah itu membuat Daniel mengerti bahwa Russel tidak akan memanggilnya dengan sebutan "Papa".Oleh karena itu dia juga tidak akan memaksakan diri. Jika dia sudah bisa menikahi Odelina, maka sudah lebih dari cuku
“Daniel sudah pulang?”“Iya, sudah pulang. Sekarang lagi istirahat di kamar.”Yanti mendekat dan bertanya, “Kenapa kamu juga bangun?”Darius menutup majalahnya dan berkata, “Kamu khawatir dengan putramu, aku juga khawatir. Daniel belum pulang jadi aku nggak bisa tidur dengan tenang. Harus dengar suara mobilnya yang familiar itu dan pastikan dia sudah pulang baru bisa tidur.”“Iya, ‘kan? Dia nggak pulang, kita nggak ada yang bisa tidur.”“Dia ada bilang kenapa dia pulang larut? Apa yang kalian bicarakan lagi?”Yanti duduk kembali di kasurnya sambil berkata, "Dia lagi menunggu Odelina yang pulang kerja. Setelah itu dia mengantarkannya pulang sebelum kembali ke rumah.""Hari ini Odelina luar biasa sibuk. Selanjutnya dia nggak akan pulang selarut ini lagi. Kondisi Daniel juga sangat baik, jangan khawatir. Sudah malam sekali, cepat tidur. Kami juga nggak ada membicarakan apa-apa, hanya membicarakan masa depannya dan Odelina saja."Darius menunggu istrinya berbaring kemudian mematikan lampu
"Serahkan semua barang berharga yang ada di tubuhmu dan mobilmu! Cepat!"Chintya tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang yang turun dari mobil. Kemampuan pendengarannya yang cukup bagus bisa mendengarkan ucapan para perampok itu. Dia bergegas berlari ke arah mereka.Ketika lelaki tadi tengah mengeluarkan dompetnya dan menyerahkannya pada seorang lelaki, Chintya menerjang dengan cepat dan langsung menendang dompet tersebut hingga terbang dari genggaman lelaki itu.Gerakan Chintya sangat cepat. Dia memutar tubuhnya dan kemudian menangkap dompet yang jatuh tadi. Kemudian tangannya terangkat dan dompet tadi melayang masuk ke dalam mobil kemudian berakhir terjatuh di kursi samping kemudi.Kejadian tadi membuat semua orang yang ada di sana melongo tidak percaya. Gerakan Chintya sungguh sangat cepat.Ketika mereka tersadar, Chintya sudah menendang dua buah sepeda motor hingga membuat orang yang ada di atas sepeda motor tersebut tersungkur. Sebelum sempat menyadari apa yang terjadi, peremp
Dia memang menyukai perempuan seperti ini. Bram tidak menyukai perempuan kaya yang manja. Tentu saja karena dia juga tidak ada perasaan apa pun pada para perempuan itu. Setelah yakin bahwa Chintya adalah takdirnya, sesungguhnya Bram merasa sangat takut.Dia takut jika takdirnya itu adalah perempuan yang manja. Tidak disangka ternyata hasil pemeriksaannya membuatnya cukup terkejut. Dia jauh lebih terkejut lagi ketika melihat Chintya yang asli.Kemampuan Chintya sepertinya bisa seri dengan kemampuannya. Sebagai kepala keluarga dari keluarga Ardaba, istrinya perlu orang hebat seperti Cynthia agar bisa mengalahkan orang-orang di bawahnya."Pak, nggak apa-apa?"Bram hanya menatap Chintya dengan melongo. Di waktu yang sama, perempuan itu juga tengah menatap Bram penuh penilaian. Kesan pertamanya pada Bram adalah lelaki ini sangat tampan. Dia masih belum pernah bertemu lelaki yang setampan ini.Sebelum datang ke Mambera, dia sudah pernah dengar bahwa di kota ini ada beberapa lelaki tampan yan
“Siapa namamu?” tanya Bram.Chintya mengeluarkan sebuah kartu nama dan memberikannya pada Bram sambil berkata, “Namaku Chintya, pelatih bela diri. Muridku semuanya anak keecil.”Bram menerima kartu nama Chintya dan membacanya dengan saksama. Setelah itu dia menyimpannya dengan hati-hati. Lelaki itu juga memberikan sebuah kartu nama pada Chintya yang tidak tertera nama keluarganya dan identitasnya.Hanya ada sebuah perusahaan kecil sebagai latar belakang saja. Serta statusnya sebagai direktur di salah satu perusahaan kecil tersebut.Chintya menerimanya dan membacanya sekilas. Setelah itu dia tersenyum dan berkata, “Pak Bram ini CEO besar? Aku lihat di televisi biasanya CEO sepertimu ada kumpulan anak buah yang mengikuti setiap keluar dari rumah. Kenapa kamu nggak bawa anak buah?”Bram terkekeh dan menjawab, “Aku memang ada anak buah, mereka sudah bertahun-tahun ikut denganku. Ada yang orang tuanya sudah sangat tua dan perlu pulang untuk menjaganya. Ada juga yang dipaksa menikah oleh ora
Chintya tidak mengetahui hal itu. Dia bahkan tidak tahu kalau dirinya sudah masuk dalam jebakannya Bram. Dalam perjalanan kembali ke hotel, sifatnya yang blak-blakkan dan juga ramah membuatnya bisa berbincang dengan Bram. Mereka berdua tidak seperti baru saja bertemu, melainkan seperti teman selama puluhan tahun.Bram semakin suka dengan perempuan yang merupakan takdirnya ini. Tidak hanya kemampuannya yang hebat, sifatnya yang blak-blakkan dan pintar berbincang membuatnya merasa Chintya sangat cocok dengannya.“Pak Bram, kamu itu CEO besar, ada kesempatan untuk kerja sama dengan Pak Stefan? Kisah cintanya dengan istrinya tersebar sampai ke kotaku.”Kota Malinjo bisa dikatakan kota kecil yang tidak bisa dibandingkan dengan Mambera dan berjarak cukup jauh. Bram tidak terkejut ketika mendengar Chintya menanyakan kisah Stefan dan Olivia. Dari yang dia cari tahu, selain perempuan itu melatih muridnya dan berlatih, ada satu hobi lagi yaitu membaca novel.Kebiasaan tersebut sama dengan adik i
“Sejujurnya, aku ingin minta kamu jadi pengawalku. Sekarang aku memang lagi butuh pengawal. Dengan keahlianmu itu, satu orang saja sudah cukup untuk lindungi aku.”Chintya tertawa pelan, “Hanya bantuan kecil, nggak perlu diungkit-ungkit terus. Pak Bram nggak perlu ingat-ingat terus.”Jangan katakana penyelamat atau apa pun itu. Chintya telah membantu banyak orang, di antaranya Bram adalah orang yang paling sungkan. Seorang CEO memang lain dari yang lain, bagus sekali. Bisa dilihat, Bram orang yang sangat tahu balas budi. Langit pasti sangat memberkati orang seperti itu. Chintya yakin bisnis pria itu akan semakin lama semakin baik.“Kalau suatu hari nanti aku bosan dengan pekerjaanku yang sekarang, aku akan minta Pak Bram aturkan pekerjaan sebagai pengawal untukku. Jadi satpam juga boleh. Aku nggak akan remehkan jenis pekerjaan apa pun. Aku bisa terima posisi apa pun. Yang penting bisa hasilkan uang dengan usaha sendiri dengan cara jujur, nggak mencuri nggak merampok.”Chintya merasa di
Bram turun dari mobil, lalu melambaikan tangan kepada Chintya sambil mengucapkan selamat tinggal. Kemudian, dia melihat Chintya masuk ke dalam hotel, hingga sosok perempuan itu menghilang dari pandangannya, dia baru kembali ke mobilnya.Setelah masuk kembali ke dalam mobilnya, Bram mengeluarkan ponselnya dan menelepon asistennya terlebih dahulu.Saat asistennya mengangkat telepon, Bram langsung bertanya, “Bagaimana dengan luka mereka?”“Pak Bram, calon nyonya bos kami terlalu kejam. Tingkat keparahan luka semua orang berbeda-beda. Semuanya harus dirawat di rumah sakit.”Bram tersenyum ketika mendengar asistennya menyebut Chintya sebagai calon nyonya bos. Nyonya bos, dia suka menyematkan sebutan itu ke Chintya. Perempuan yang ditakdirkan untuknya. Bram merasa semakin menyukainya, semakin lama semakin puas.Ternyata Langit masih baik padanya, mengirimkan seorang gadis polos dan suka terang-terangan untuk menyelamatkannya, memberinya kesempatan untuk menjadi seorang pria sejati. Hanya saj
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l
Dalam hatinya Yose berkata “Stefan belajarnya cepat juga ternyata, padahal waktu itu dia yang datang berguru padaku.” Setelah sarapan, Mulan dan Olivia membawa anak-anak mereka untuk bermain di ruang tengah utama, semetara Yose harus berangkat ke kantornya untuk bekerja. Dengan hati yang sangat berat dia menyerahkan putri kesayangannya kepada Mulan, lalu meminta Mulan untuk mengantarnya sampai ke pintu depan. Setelah itu baru Yose berangkat kerja. “Dasar … anak sudah sebesar ini masih saja manja,” ujar Mulan mengeluhkan sikap suaminya kepada Olivia. “Romantis banget. Hubungan kamu dan Yose masih sama seperti waktu pertama kali kalian pacaran. Kalau bukan romantis, apa namanya? Kamu itu kan wanita idaman yang sudah Yose impikan selama belasan tahun, wajah saja kalau dia masih suka bersikap manja sama kamu.” Seketika rona wajah Mulan langsung memerah. Di saat itu juga, Dokter Panca baru datang sambil menggendong Tiano. Sally juga datang menggandeng dua anak lelakinya untuk meramaikan
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela