Fani berusaha keras untuk melepaskan diri dari kedua penjaga itu. Kemudian dia berbalik lalu menampar wajah salah satu penjaga dengan sangat keras.“Kurang ajar kalian! Kalian itu cuma anjing penjaga di sini! Berani sekali kalian menyentuhku. Apa kalian memperlakukanku begini karena kalian tahu kalau aku bukan anak kandung di keluarga Gatara? Asal kalian tahu saja, ya. Felicia Gatara yang merupakan anak kandung keluarga Gatara saja tidak berani bersikap kasar padaku!” seru Fani penuh emosi. Sebuah suara tamparan saja tiba-tiba kembali terdengar setelah Fani selesai melontarkan caciannya. Namun, sekarang tamparan itu berasal dari tangan si penjaga keamanan yang menampar wajah Fani dengan kerasnya. Bagaimanapun juga, si penjaga keamanan itu adalah laki-laki, jadi tentu saja tamparannya akan terasa sangat keras dan menyakitkan bagi seorang perempuan seperti Fani. Fani langsung tertegun. Dia memegang sisi pipinya yang ditampar oleh si penjaga keamanan dengan wajah terpana penuh rasa tida
“Pak Riko juga tidak akan mungkin menyukaimu karena kamu adalah laki-laki!” seru Fani kesal lalu berbalik dan pergi meninggalkan Ricky. Dia sadar kalau dia tidak mungkin bisa mengalahkan mulut Ricky. Ibunya juga sering mengingatkannya untuk tidak mencari masalah dengan Ricky Adhitama. Bagaimanapun juga, Ricky adalah anggota keluarga Adhitama. Bahkan ibunya saja selalu bersikap sopan dan hormat di hadapan Ricky. “Kalian kembali saja bekerja dan tidak perlu lagi peduli dengan orang gila itu. Saya akan membantu kalian untuk tetap bertahan kalau sampai dia cari masalah lagi sama kalian,” ujar Ricky sekaligus berusaha menenangkan kedua penjaga keamanan itu. Dia juga ingin melihat apa mungkin keluarga Gatara akan membalas perbuatan kedua penjaga keamanan ini demi si penipu itu? Lagi pula, Ricky sudah tahu kalau keluarga Gatara akan menjadi target kekejaman keluarga Adhitama setelah Tante Yuna datang ke Cianter bersama Odelina saat itu. Bagaimanapun juga, orang yang dibunuh oleh kepala kel
Bagaimana mungkin Felicia bisa melepaskan klien pentingnya hanya untuk menjemput Fani? Bahkan sekalipun Felicia mungkin tidak perlu bertemu dengan kliennya ini, dia juga tidak akan bersedia untuk menjemput Fani. Kenapa dia harus menjemput penipu yang sudah mengambil segala hal yang seharusnya menjadi miliknya?“Siapa yang meneleponmu?” tanya Patricia Gatara setelah melihat putrinya tidak mengatakan sepatah kata pun setelah menerima panggilan telepon itu. “Fani yang menelepon,” jawab Felicia cepat. “Kenapa dia meneleponmu?” tanya Patricia lagi ketika mereka sudah masuk ke dalam hotel. “Dia bilang kalau mobilnya mogok, jadi dia menyuruhku untuk menjemputnya,” jawab Felicia. Raut wajah Patricia langsung berubah kesal lalu dia berkata, “Mama mengerti masalah ini. Mama akan memarahinya kalau sampai nanti dia mengeluh tentang masalah ini. Sekarang, dia nggak punya pekerjaan apa pun, sedangkan kamu harus pergi bekerja. Lagi pula, kita harus bertemu dengan klien penting. Selain itu, kamu j
“Mama?” Fani sangat terkejut karena yang mengangkat teleponnya adalah Patricia yang merupakan ibu angkat sekaligus kepala keluarga Gatara. Dia langsung mengubah nada suaranya menjadi sedih seraya berkata, “Ma, Ricky sudah menganiayaku. Dia mengempiskan ban mobilku. Sekarang, aku nggak bisa pulang dengan mobilku. Selain itu, cuaca hari ini benar-benar panas, makanya aku minta Felicia untuk jemput aku di sini.”“Lagi pula, sekarang kan sudah jam pulang kantor. Dia bisa menjemputku ke sini setelah dari kantor. Hal ini pastinya nggak akan memengaruhi pekerjaannya di kantor.”“Kenapa kamu cari masalah sama Ricky Adhitama lagi? Apa kamu nggak dengar apa yang Mama pernah katakan padamu? Jangan pernah mencari masalah sama Ricky Adhitama. Dia adalah anggota keluarga Adhitama yang luar biasa. Mama saja sangat hormat dan sopan saat bertemu dengannya. Tapi, kamu justru dengan beraninya mencari masalah sama laki-laki itu. Memangnya kamu pikir siapa kamu ini?” ujar Patricia penuh emosi dan tidak la
“Aneh rasanya kalau sampai dia nggak mengeluh soal kamu yang memintanya menjemputmu sama Mama. Selain itu, Mama pastinya sedang sangat bangga padanya karena dia berhasil memberikan keuntungan besar bagi perusahaan,” ujar Dania yang berhasil membuat Fani menggertakkan giginya dengan kesal. “Perempuan itu punya nasib yang sangat baik,” lanjut Dania terus berusaha memanas-manasi Fani. “Nggak!” seru Fani cemburu. Suami Dania akan dilupakan begitu saja kalau sampai Felicia bisa berdiri di kakinya sendiri dan menjadi kepala keluarga Gatara selanjutnya. Bagaimanapun juga, suaminya sudah bekerja sangat keras tanpa kenal lelah untuk Gatara Group, tapi pada akhirnya semua usahanya itu hanya untuk diberikan kepada seorang Felicia. Tentu saja, Dania maupun suaminya tidak bersedia hal ini terjadi pada mereka. Perang di antara putri palsu dan putri asli keluarga Gatara sedang memanas, sedangkan Olivia di Mambera sedang menjalankan hari-harinya sebagai orang paling berharga di dalam keluarganya.
“Benar, itu! Tidak peduli anak ini laki-laki atau perempuan selama anak ini lahir dengan sehat. Lagi pula, selama ini keluarga Adhitama selalu melahirkan keturunan laki-laki. Jenis kelamin seorang anak dalam kandungan ibu berasal dari pihak laki-laki,” ujar Amelia.“Olivia,” panggil sebuah suara yang terasa sangat familier di telinga Olivia. Suara itu adalah suara Nenek Sarah. Amelia dan Olivia langsung menoleh ke arah pintu kantor dan menemukan nenek serta Bi Lesti sedang melangkah masuk ke dalam kantor bersama. Bi Lesti terlihat membawa 4 kotak makan di tangannya. “Nenek kok ke sini?”“Nenek Sarah.”Kedua perempuan itu langsung berdiri untuk menyambut kedatangan nenek. Dia langsung mengerti maksud dan tujuan nenek datang ke sini setelah melihat kotak makan yang dibawa oleh Bi Lesti adalah untuk mengantarkan makan siang. Nenek langsung tersenyum seraya berkata, “Sekarang sudah hampir jam makan siang. Cuaca di luar sangat cerah dan panas. Nenek nggak mau kamu berjalan-jalan di luar
Bi Lesti meletakkan buah plum kering itu di meja lalu berkata, “Non Olivia jangan bilang ke Pak Stefan, ya. Nanti, gaji saya bisa dipotong kalau Bapak tahu.”“Saya juga sudah menyiapkan sepotong kecil kue manis untuk Non Olivia makan setelah selesai makan besar. Saya siapkan kuenya sedikit saja biar Non Olivia senang.”Olivia memperhatikan Bi Lesti yang mengeluarkan berbagai makanan lezat dan bergizi dari kotak makan lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian dia juga melihat sepotong kecil kue yang bisa dihabiskannya dalam satu gigitan. “Bi, kok buah plumnya cuma satu dan kuenya juga cuma sepotong kecil? Ini sih terlalu sedikit dan cuma mengotori mulutku saja,” ujar Olivia memprotes kue dan buah plum yang dibawa Bi Lesti untuknya. Nenek dengan cepat mengambil alih pembicaraan ini dengan berkata, “Stefan kasihan padamu karena kamu muntah terus. Makanya, dia bilang sama Bi Lesti untuk nggak memberikan makanan manis dan asam buatmu agar kamu nggak muntah. Pagi ini, kamu muntah sampai ke
Olivia mengambil makanan yang dimasak oleh kakaknya. Matanya tampak langsung berbinar ketika memakannya. Hal yang sama juga terjadi pada nenek. Nenek dengan cepat bertanya pada Odelina, “Odelina, kapan restoran barumu itu akan buka? Aku mau mendaftar untuk jadi member di restoran barumu. Aku pasti setiap hari akan datang ke sana untuk menikmati masakanmu sekaligus mendukungmu. Keterampilan memasakmu benar-benar meningkat dari hari ke hari.”Olivia mendengar perkataan nenek sambil ikut mengangguk. Dia juga sangat menikmati makanan yang dimasak kakaknya ini. “Olivia, makannya jangan buru-buru. Nanti, kamu tersedak, loh,” ujar Odelina berusaha mengingatkan adiknya. Kemudian dia tersenyum seraya berkata, “Aku sudah mendaftar kelas memasak. Aku berlatih sendiri setelah selesai kelas. Pak Daniel yang membantuku mencicipi masakanku. Dia bilang kalau masakanku ini enak, makanya aku bawa ini biar kamu bisa mencobanya. Aku juga langsung merasa lega setelah Nenek bilang masakanku ini enak.”“K