Daniel sempat mengira kalau Odelina pergi mengunjungi mantan suaminya. Entah mengapa, Daniel selalu merasa ada yang mengganjal setiap kali Odelina pergi mengunjungi mantan suaminya. “Oh, begitu! Lalu bagaimana keadaan Olivia sekarang?” tanya Daniel mengganti topik pembicaraan. “Dia baik-baik saja, kok. Stefan bilang kalau Olivia nggak boleh makan makanan manis dan asam karena akan membuat muntahnya semakin parah,” jawab Odelina. Daniel langsung tersenyum lalu berkata, “Stefan pastinya nggak akan mengizinkan Olivia makan makanan manis dan asam sama sekali. Jika tidak, dia pasti akan merasa tertekan sampai nggak bisa bekerja sekalipun dia sedang berada di perusahaan kalau Olivia muntah-muntah terus.”Stefan sama seperti Daniel karena pikirannya akan terus tertuju kepada Odelina sekalipun dia sedang berada di perusahaan. Oleh karena itu, Daniel tidak terlalu sering datang ke perusahaan. Dia hanya datang untuk mengurus beberapa urusan ke perusahaan di pagi hari. Lalu dia akan bergegas p
“Untuk apa lagi bicara tentang itu!” seru Roni kepada kakaknya. Shella hanya mendengus.Andi pun terpaksa mengingatkan putrinya, “Shella, jangan sampai kamu bikin ulah lagi, ya. Kalau kamu nekat bikin rusuh, Papa nggak akan membiarkanmu!”Roni khawatir putrinya akan membuat keonaran lagi. Dia khawatir rasa terima kasihnya kepada Olivia yang telah menyelamatkan anaknya di kebun binatang dulu sudah hilang, sehingga Shella kembali pada sifat aslinya.Shella buru-buru membantah, “Pa, mana mungkin aku bikin ulah. Aku nggak mau cari masalah. Sekarang Odelina punya status dan kedudukan, kalau aku bikin rusuh, usaha kami juga bakal kena dampaknya. Aku nggak seiseng itu, kok.”“Aku cuma iri saja dikit. Suksesnya Odelina hari ini ‘kan juga ada sedikit jasa kita. Kalau bukan karena kita, dia nggak akan termotivasi untuk berhasil seperti sekarang.” Sifat tak tahu diri Shella bertambah parah dengan perkataannya itu. “Roni, sebaiknya kamu cepat cerai dari perempuan itu, terus sama Odelina ..,” ujar
"Dokter Dharma, silakan diminum."Kellin mengambil gelas air hangat itu, "Terima kasih, Bu Fenny." Kellin meneguk setengah gelas air. Dia memang sudah mulai merasa haus."Saya yang seharusnya berterima kasih, Dok. Dokter Dharma baru saja selesai masa nifas, tapi sudah diundang sama Calvin. Saya sampai merasa bersalah, sempat marah sama Calvin karena itu.""Nggak apa-apa, Bu. Saya di rumah terus-terusan itu rasanya sudah mau berjamur, sudah ingin keluar rumah dari dulu. Cuma suami saya yang nggak mengizinkan, dia terus memaksa saya untuk istirahat di rumah, memulihkan kondisi. Padahal saya ini dokter, saya tahu gimana caranya membantu diri sendiri pulih setelah melahirkan, lebih tahu dari dia.""Den Calvin sangat perhatian sama tunangannya, sayang dan penuh perhatian. Demi mengobati mata tunangannya, dia rela menghadapi ketidaksetujuan dari keluarga saya dan terus meminta saya untuk membantu. Saya terharu dengan kecintaannya yang dalam, dan saya senang bisa membantu Non Rosa. Saya berha
"Nenek Sarah semangat dan sehat sekali, ya," puji Kellin kepada Sarah. Saat mereka di Villa Verda, Kellin sempat mengecek kesehatan Nenek Sarah dan menemukan bahwa wanita tua itu sangat sehat, bahkan mungkin bisa hidup sepuluh tahun lebih lama lagi.Sama seperti guru Kellin yang telah menggunakan banyak bahan obat herbal untuk menjaga kesehatannya. Kondisi fisik Nenek Sarah sangat baik. Dokter Panca bahkan pernah berkata bahwa dia masih ingin mencapai banyak hal, termasuk hidup hingga 120 tahun untuk melihat Tiano menikah dan memiliki anak. Padahal Tiano sendiri masih sangat kecil.Nenek Sarah tersenyum sambil menggenggam tangan Kellin. "Kellin, ada nggak obat dari gurumu yang bisa membuat umur jadi lebih panjang? Beri sedikit buat Nenek, dong. Biar Nenek bisa lebih bersemangat dan hidup lebih lama lagi, sampai 120 tahun. Sekarang hidup sampai 100 tahun ‘kan sudah biasa," kata Nenek Sarah. “Nenek belum tahu kapan bisa menggendong cicit perempuan, nih. Nenek harus bisa menggendongnya s
Rosalina sudah buta bertahun-tahun. Dia telah mencari pengobatan ke mana-mana bersama Tante Rida, yang bahkan sempat membawanya berdoa di berbagai tempat ibadah.Setiap kali, mereka pulang dengan tangan hampa, dan kegagalan yang berulang membuat Rosalina tak berani berharap lagi. Namun, Dokter Dharma menjadi harapan terakhir bagi mereka semua. Rosalina khawatir jika hasilnya tidak memuaskan, bukan hanya dia yang kecewa, tapi semua orang yang berharap bersamanya."Jangan takut," kata Calvin memeluk Rosalina dengan erat. Setelah melepaskan pelukan, dia mencium kening Rosalina dengan lembut, "Jangan khawatir, aku ada di sini."Rosalina mencoba melihat wajah Calvin, meski pandangannya gelap. Ucapan dan kehangatan pelukan Calvin, ditambah ciumannya, seperti menyirami hati Rosalina yang gersang dengan hangatnya sinar matahari. Perasaan itu menenangkan dan menghangatkannya seketika. Rosalina mengangguk pelan.Sambil menggandeng tangan Rosalina, Calvin berjalan menuju villa. Tiba-tiba, telepon
"Kakak belum ketemu Dokter Dharma. Pas Dokter Dharma datang, aku lagi dinas luar kota. Ini, baru saja kakak iparmu jemput Kakak. Sekarang kita di rumah kakak iparmu, sebentar lagi ketemu Dokter Dharma," kata Rosalina menjelaskan situasinya. Dia merasa lega karena Jordan ternyata masih peduli."Kak, apa pun hasilnya, jangan putus asa, ya. Kalau Dokter Dharma nggak bisa, kita cari dokter lain yang lebih baik lagi," Jordan menghibur kakaknya. Memang, semua orang tahu jika Dokter Dharma saja tidak bisa menyembuhkan mata kakaknya, kemungkinan Rosalina untuk bisa melihat lagi sangat kecil. Dokter Dharma adalah murid terbaik Dokter Panca, dan kualitas Dokter Panca sebagai dokter sudah tidak perlu diragukan lagi.Setelah mendengar itu, Rosalina, dengan suara yang lembut, berusaha menghibur adiknya, "Jordan, kakak nggak akan sedih, kok, apa pun hasilnya nanti. Kakak sudah terbiasa hidup dalam kegelapan, yang bikin kakak sedih, kakak iparmu kan orangnya hebat, tapi harus menikahi aku yang buta i
Nama Dokter Dharma memang sudah terkenal luas, sehingga banyak yang membayangkan beliau sebagai dokter paruh baya dengan reputasi luar biasa sebagai dokter yang hebat dalam pengobatan dan racun, mirip dengan Dokter Panca."Dokter Dharma, ini tunanganku, Rosalina," ujar Calvin sambil membantu tunangannya.Saat melihat Calvin membantu seorang wanita yang tidak dikenal masuk, Kellin langsung tahu bahwa itu adalah pasiennya."Non Rosa," sapa Kellin, menyadari bahwa Rosalina menggunakan pendengarannya untuk mengidentifikasi posisi orang lain. Saat Rosalina masuk, dia menghadap ke arah tangga.Mendengar suara Kellin, Rosalina berpaling ke arahnya dan tersenyum, "Dokter Dharma, halo.""Non Rosa, mari sini duduk, saya cek nadinya dulu," ajak Kellin tanpa basa-basi, meminta Calvin untuk membantu Rosalina duduk di sampingnya. Nenek Sarah yang duduk di samping Kellin bergeser memberi tempat untuk Rosalina.Setelah memeriksa nadi Rosalina, Kellin juga memeriksa matanya dan berkata, "Non Rosa, kebu
Kellin tersenyum sambil menepuk lembut tangan Rosalina, "Tenang saja, ini bukan penyakit yang nggak bisa diobati. Saya yakin dengan perkataan saya. Maksimal tiga bulan. Kalau dalam tiga bulan Non Rosa masih belum bisa melihat dengan jelas, saya akan minta guru saya datang membantu. Tapi sebenarnya, untuk urusan racun, saya lebih ahli dari beliau."Kabar itu membuat semua yang hadir merasa lega dan gembira, yakin bahwa Dokter Dharma bisa menyembuhkan mata Rosalina."Dokter Dharma, terima kasih banyak," ucap Rosalina, sambil menggenggam tangan Kellin dengan erat, penuh rasa syukur.Kellin hanya tersenyum dan berkata, "Nggak usah berterima kasih sama saya. Non Rosa harusnya berterima kasih sama Tante Rida, pamanmu, dan calon suamimu. Mereka yang tak pernah menyerah, yang membuat hari ini mungkin."Rosalina mengenang masa lalunya, "Kalau bukan karena Tante Rida yang datang menolong, mungkin saya sudah nggak ada di dunia ini." Kenangan pahit tentang kebutaan yang dia alami selama bertahun-t
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi