Nama Dokter Dharma memang sudah terkenal luas, sehingga banyak yang membayangkan beliau sebagai dokter paruh baya dengan reputasi luar biasa sebagai dokter yang hebat dalam pengobatan dan racun, mirip dengan Dokter Panca."Dokter Dharma, ini tunanganku, Rosalina," ujar Calvin sambil membantu tunangannya.Saat melihat Calvin membantu seorang wanita yang tidak dikenal masuk, Kellin langsung tahu bahwa itu adalah pasiennya."Non Rosa," sapa Kellin, menyadari bahwa Rosalina menggunakan pendengarannya untuk mengidentifikasi posisi orang lain. Saat Rosalina masuk, dia menghadap ke arah tangga.Mendengar suara Kellin, Rosalina berpaling ke arahnya dan tersenyum, "Dokter Dharma, halo.""Non Rosa, mari sini duduk, saya cek nadinya dulu," ajak Kellin tanpa basa-basi, meminta Calvin untuk membantu Rosalina duduk di sampingnya. Nenek Sarah yang duduk di samping Kellin bergeser memberi tempat untuk Rosalina.Setelah memeriksa nadi Rosalina, Kellin juga memeriksa matanya dan berkata, "Non Rosa, kebu
Kellin tersenyum sambil menepuk lembut tangan Rosalina, "Tenang saja, ini bukan penyakit yang nggak bisa diobati. Saya yakin dengan perkataan saya. Maksimal tiga bulan. Kalau dalam tiga bulan Non Rosa masih belum bisa melihat dengan jelas, saya akan minta guru saya datang membantu. Tapi sebenarnya, untuk urusan racun, saya lebih ahli dari beliau."Kabar itu membuat semua yang hadir merasa lega dan gembira, yakin bahwa Dokter Dharma bisa menyembuhkan mata Rosalina."Dokter Dharma, terima kasih banyak," ucap Rosalina, sambil menggenggam tangan Kellin dengan erat, penuh rasa syukur.Kellin hanya tersenyum dan berkata, "Nggak usah berterima kasih sama saya. Non Rosa harusnya berterima kasih sama Tante Rida, pamanmu, dan calon suamimu. Mereka yang tak pernah menyerah, yang membuat hari ini mungkin."Rosalina mengenang masa lalunya, "Kalau bukan karena Tante Rida yang datang menolong, mungkin saya sudah nggak ada di dunia ini." Kenangan pahit tentang kebutaan yang dia alami selama bertahun-t
Ayah Rosalina, Kakak Rida, meninggal dengan air mata. Dahulu, Rida tidak tahu bahwa kakak dan kakak iparnya terlibat dalam kematian kakaknya. Mereka sungguh kejam! Rida merasa bahwa hukuman penjara yang mereka terima sekarang memang pantas. Mereka tidak layak mendapat simpati. Menurut Rida, kakak dan kakak iparnya layak mendapat hukuman lebih berat mengingat apa yang telah mereka perbuat terhadap Rosalina dan ayahnya.Giselle sebentar lagi akan bebas. Namun, memangnya kenapa? Tanpa orang tua sebagai penopang, jika mata Rosa pulih nanti, apa pun tingkah laku Giselle tidak akan berarti apa-apa.Rida juga teringat dua kakak perempuannya yang sama kejamnya, yang mencoba menipu Rosa dengan menyamar sebagai Calvin. Sekarang mereka juga mendapat balasan dari Calvin dan hampir bangkrut. Itu pantas!Rida dan Rosalina menangis terisak-isak dalam pelukan, tak ada yang menghentikan mereka. Orang-orang di sana membiarkan mereka meluapkan semua kesedihan yang tertahan.Kellin membuka kotak obat yan
Karena kedatangan Dokter Dharma, bahkan nenek pun juga pulang ke vila. Para anggota keluarga lain yang sedang berada di Mambera juga berbondong-bondong kembali ke vila. Makan malam diselenggarakan di rumah Calvin. Karena memang Dokter Dharma diundang oleh Calvin, jadi wajar jika rumah Calvin yang menjamu tamu penting ini.Melihat Samuel dan Hansen juga pulang, Olivia berkedip sambil bertanya pelan pada suaminya, “Sayang, Samuel dan Hansen masih di Mambera ya, aku kira mereka sudah pergi mengejar istri.”Stefan menjawab dengan suara rendah, “Mereka baru terima foto yang nenek kirimkan, belum sempat bergerak sepertinya. Samuel kayaknya juga kurang suka sama pilihan nenek. Kalau Hansen, entah lah, dia selalu pandai menyembunyikan perasaannya.”Adik laki-laki Stefan yang keenam baru berusia dua puluh lima tahun, nenek sebenarnya sudah mencarikan calon untuknya. Akan tetapi, Nenek Sarah merasa dia bisa menunggu dua tahun lagi. Menurut Nenek Sarah, pria berusia dua puluh lima tahun belum cuk
Karena Samuel enggan menjelaskan lebih lanjut, Olivia pun tidak baik bertanya lebih banyak lagi. Olivia tahu, siapa pun yang dipilih oleh nenek pasti akan dibawa Samuel pulang suatu saat nanti.Nenek selalu mempertimbangkan kesesuaian calon istri para cucunya dengan Olivia ketika memilih, karena hanya orang dengan sifat baik yang bisa cocok dengan Olivia sebagai kakak ipar tertua. Tidak bisa dipungkiri, nenek memang paling menyayangi pasangan Stefan dan Olivia ini. Sebagai cucu tertua, posisinya memang berbeda. Olivia kelak akan menjadi nyonya besar, dan dia pun harus berusaha membangun hubungan baik dengan para ipar serta memimpin dengan teladan agar dapat menjadi pemimpin yang dihormati dan dihargai oleh mereka.“Kak Stefan, Kak Oliv, aku mau nyapa Papa Mama dulu, biar mereka nggak ngomel kalau aku pulang tapi nggak kasih kabar.” Samuel pun bergegas pergi. Dia khawatir melihat kakak iparnya yang seolah menantikan sebuah drama dari perjodohannya. Kalau sampai Olivia benar-benar tert
"Iya, Kak. Sebentar lagi sampai." Olivia tersenyum, "Stefan yang nyetir, dia hati-hati banget, kok." Keduanya kemudian menutup telepon.Daniel menunggu hingga Odelina selesai berbicara, baru kemudian bertanya, "Olivia dan Stefan sudah dekat, ya?""Barusan sih bilang lima menit lagi, sekarang mungkin tinggal dua atau tiga menit lagi. Mereka pasti sampai tepat waktu. Pak Daniel, mau istirahat sebentar di dalam?"Odelina merasa kasihan ketika melihat lingkaran hitam di bawah mata Daniel. Pria itu telah banyak membantu dan mengurus segala persiapan pembukaan restoran baru Odelina. Bahkan Daniel sering kali begadang bersama Odelina.Odelina sempat kehilangan kepercayaan pada cinta dan pernikahan pasca perceraiannya. Namun demikian, Odelina mulai merasakan perasaan berbeda ketika melihat ketulusan Daniel. Odelina menyadari, tidak semua orang seperti Roni, mantan suaminya.Daniel jauh lebih baik dari Roni. Meski kini Daniel harus menggunakan kursi roda, Odelina merasa dia tetap jauh lebih bai
Olivia beberapa kali bertanya, apakah Odelina kekurangan uang setelah menginvestasikan semuanya di Resto Makan Sepuasnya. Memang benar, Odelina telah menginvestasikan semua penghasilannya, bahkan mengambil sebagian dari tabungannya untuk membuka restoran baru. Namun demikian, keadaannya belum terlalu buruk sampai membutuhkan bantuan finansial dari Olivia.Pasangan muda ini tahu betul bagaimana sifat kakaknya yang tidak mudah menerima uang. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan momen pembukaan restoran baru Odelina untuk memberikan sedikit bantuan finansial. Mereka sengaja membagi tugas dalam memberikan amplop sebagai bentuk dukungan."Waktunya sudah tiba, ayo kita prosesi dulu," kata Odelina."Oke," jawab yang lain.Dalam prosesi, Odelina berdoa dalam hati, "Papa, Mama, aku sudah buka restoran baru. Semoga kalian di surga melindungi usahaku agar semakin sukses, dan mendukung Olivia agar kami bisa menjadi lebih kuat." Odelina membayangkan betapa indahnya jika orang tua mereka masih ada.
Shella mengeluh kepada suaminya sambil berencana mengambil enam juta dari amplop yang seharusnya berisi sepuluh juta untuk Odelina. Chris langsung menegurnya, mengkritik sikap Shella yang picik dan tidak memanfaatkan kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan Olivia dan Odelina dengan baik. Malah, Shella berencana menyimpan uang yang seharusnya untuk Odelina.Dengan berat hati, Shella memberikan amplop tebal yang berisi uang sepuluh juta itu kepada Odelina. "Ini dari mama papa. Mereka sama Roni juga ngucapin selamat, semoga lancar terus ya usahanya," ucap Shella.Setelah memberikan amplop, dalam hati Shella berharap Odelina akan menolaknya. Kalau terjadi, dia bisa bilang ke orang tuanya bahwa Odelina menolak amplop tersebut, sehingga uangnya bisa kembali ke tangan Shella.Namun ternyata Odelina menerima amplop itu. Dia berkata, "Wah, Pak Hilman dan Tante baik sekali, ya. Terima kasih."Shella tersenyum terpaksa saat Odelina menerima amplop itu. "Ayo duduk dulu, minum teh dan cemilan
Namun, Samuel tidak bicara. Dia hanya menggerutu dalam hati kalau Nana tertawa seperti orang bodoh. Entah mengapa Rubah Perak mau terima murid seperti Nana. Karena menurut Samuel, Nana terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol kecuali wajahnya yang cantik.Samuel tidak pernah menyaksikan kehebatan Dokter Panca dan yang lainnya. Dia hanya pernah mendengar legenda mereka. Neneknya juga bilang kalau mereka sangat hebat. Murid mereka juga sangat hebat.Samuel pernah bertemu Kellin. Kellin sangat hebat. Samuel akui kalau Kellin yang menyembuhkan mata Rosalina. Lantas, apa keunggulan Nana?“Pak Samuel, antar aku sampai di luar saja sudah cukup. Aku bisa naik taksi sendiri. Aku juga nggak akan menginap di Mambera Hotel. Hotel kalian terlalu mahal. Jutaan per malam. Akhir-akhir ini aku nggak ada pekerjaan, nggak ada uang. Nggak sanggup tinggal di hotel semahal itu.”Nana bicara dengan Samuel sambil menonton video di ponselnya. Samuel tentu saja sangat senang. Namun, dia harus melakuka
Sarah melotot dan berkata, “Kenapa? Sekarang Nenek nggak boleh suruh-suruh kamu lagi?”Samuel melihat ke arah Dokter Panca dan yang lainnya. Mereka sama sekali tidak bersuara. Mereka juga tidak menyalahkan Sarah yang ikut campur dan langsung ambil keputusan sendiri.Setelah dipelototi neneknya, Samuel mau tidak mau hanya bisa duduk lagi tanpa daya dan berkata, “Boleh, boleh. Kalau begitu aku tunggu di sini, nanti aku antar dia ke hotel.”Sungguh menyebalkan. Setiap kali bertemu perempuan muda, sang nenek akan menjodohkan Samuel dengan perempuan itu. Pakaian Nana terlihat sederhana, tapi dia memiliki aura yang bagus. Keluarganya seharusnya tidak miskin, setidaknya tergolong keluarga kelas menengah.Padahal sang nenek baru pertama kali bertemu dengan Nana, bahkan belum tahu situasi keluarganya. Apakah Nenek sudah ingin menjodohkan Samuel dengan Nana? Sang nenek jelas-jelas tahu kalau Samuel suka pada Rubah. Dia bahkan tidak suka Katarina. Apa mungkin dia akan menyukai Nana?Nana dan Kata
Sarah tertawa dan berkata, “Pasti, pasti.”“Sudah, aku malas ngomong dengan Guru. Aku mau keluar dulu. Olivia, Rosalina, Amelia, mau bareng, nggak?”Nana berdiri dan bertanya kepada Olivia dan dua orang lainnya. Ketiganya ikut berdiri. Nana adalah tamu dan Amelia adalah tuan rumah. Nana ingin jalan-jalan, tentu saja Amelia harus menemaninya. Jadi, keempat anak muda itu pergi dulu.Russel ingin ikut Olivia, tapi dia teringat kalau dia harus menemani Setya. Oleh karena itu, dia hanya bisa melihat Olivia pergi. Untung saja masih ada Stefan. Selama Stefan masih di sini, Olivia akan kembali.Adik-adik Stefan duduk dan mengobrol sebentar baru pergi. Karena mereka memiliki kesibukan masing-masing. Sebenarnya alasan utama mereka pergi karena mereka masih lajang. Takutnya di tengah obrolan, lagi-lagi mereka yang dibicarakan. Aldi juga mencari alasan untuk pergi.Di antara mereka tiga bersaudara, hanya Aldi yang masih lajang. Tidak hanya orang tuanya, kakak dan adiknya juga mulai khawatir dengan
Rubah Perak sungguh tidak bisa berbuat apa-apa terhadap muridnya yang satu itu. Jadi dia pun tidak berkata apa-apa lagi.Mereka beramai-ramai berkumpul dan makan bersama, terasa begitu meriah. Suasana menjadi sangat bagus. Semua orang pun makan dengan lahap. Setya bahkan menghabiskan setengah piring nasi, semangkuk sup dan banyak lauk lainnya. Selesai makan, dia masih bisa makan buah.Teman-temannya sampai berkata kepada Yuna, “Yuna, biasanya dia makan sedikit sekali. Setiap kali makan paling hanya sesendok nasi, sedikit sup. Buah pun tak makan lagi. Lauk yang dia makan juga sayur-sayuran saja.”Yuna melihat Setya dan berkata, “Om Setya harus makan lebih banyak. Kalau dapat cukup nutrisi, kesehatan juga akan lebih baik.”Di usianya, Setya boleh makan apa pun yang ingin dia makan. Tidak perlu pantang ini pantang itu lagi. Orang-orang datang ke dunia ini memang untuk menikmati makanan lezat di dunia. Itu kata-kata tukang makan.Setya tertawa pelan. “Aku sudah makan terlalu banyak, perut
Bagaimana mungkin Nana tidak mengerti apa yang dimaksud gurunya? Dia pun berkata dengan suara pelan, “Guru, aku bukan satu-satunya muridmu. Yang lain lebih tua dari aku. Guru desak mereka saja. Aku juga ingin punya keponakan.”“Kalau Sarah mau kenalkan pria ke kamu, kamu harus coba pergi. Dia pandai menilai orang, baik cari cucu menantu maupun pilihkan pria. Dia selalu bisa pilih yang terbaik. Keluarga Adhitama paling menjunjung tinggi kesetiaan. Seumur hidup hanya setia pada pasangannya. Jika dia mau kenalkan seseorang padamu, kemungkinan besar pria itu adalah pria yang setia,” kata Rubah Perak.“Pacaran setahun, habis itu menikah. Setelah menikah dua tahun baru punya anak. Dengan begitu kalian bisa menikmati masa-masa berdua. Setelah punya anak, aku akan bantu kamu jaga. Sekarang aku sangat iri sama Setya. Meskipun nggak ada hubungan darah, keturunan atasannya anggap dia seperti keluarga sendiri. Russel panggil dia kakek buyut. Sudah jadi kakek, jadi kakek buyut pula. Aku iri sekali
Saat perebutan rumah terjadi, orang tua angkat dari keluarga Rusdi menyatakan bahwa mereka melepaskan hak waris atas harta peninggalan putri angkat mereka, dan menyerahkan semuanya kepada kedua cucu perempuan mereka. Setelah itu, Olivia mengirimkan beberapa hadiah kepada keluarga Rusdi. Dan hubungan mereka pun hanya sebatas itu. Karena ibunya pernah beberapa kali berpindah tangan di keluarga angkat saat masih kecil, banyak ingatan yang akhirnya hilang. Itu mungkin bentuk dari lupa secara selektif. Olivia dan kakaknya sangat pengertian. Mereka pernah bertanya beberapa kali tentang masa kecil ibu mereka, tetapi karena sang ibu tidak ingin mengingatnya atau membicarakannya, mereka pun tidak pernah bertanya lagi. Namun, Olivia sangat ingin mengetahui bagaimana masa kecil ibunya sebenarnya. Sebelum berusia tiga atau empat tahun, ibunya adalah anak yang sangat bahagia. Setya tampak tenggelam dalam kenangan, lalu berkata, “Bu Reni sangat manis bicaranya dan wajahnya sangat menggemaskan.
Mereka telah memberikan terlalu banyak luka bagi kedua saudari itu. Sebelum Setya datang menemui Yuna, ia sudah mengetahui penderitaan yang dialami oleh kedua Nona dari keluarganya. Ia merasa iba pada Reni dan sangat membenci keluarga Hermanus. Maka dari itu, dia mendukung penuh keputusan Olivia dan kakaknya untuk merebut kembali rumah yang ditinggalkan oleh orang tua mereka. Rumah itu adalah milik mereka, tempat yang dibangun oleh kedua orang tua mereka, penuh dengan kenangan masa kecil yang bahagia. Setiap kali kembali ke rumah itu, mereka selalu bisa mengingat momen-momen bersama orang tua mereka. Itu adalah kenangan yang ingin mereka pertahankan sekuat tenaga. Mereka tidak bisa membiarkan rumah itu dirampas begitu saja. Keluarga Hermanus telah berbuat banyak kesalahan terhadap mereka. Mereka mengambil uang santunan kematian orang tua Olivia dan menggunakan uang itu untuk memperkaya diri, tetapi justru mengusir kedua anak perempuan itu dari rumah, merebut hak warisan mereka. Ba
Sarah tertawa dan berkata, "Russel itu anak yang pengertian dan baik, tapi kalau sudah usil, benar-benar usil." "Asal dia diam saja, pasti sedang berbuat onar," lanjutnya. Olivia menyambung, "Pernah suatu kali, dia bermain sendiri dengan tenang. Aku penasaran ingin melihat apa yang dia lakukan. Ternyata dia bermain dengan produk perawatan kulit dan kosmetikku. Lipstik milikku diolesi ke seluruh meja dan lantai." "Dia juga mengolesi wajah dan mulutnya sendiri sampai penuh. Aku sampai nggak tahu harus menangis atau tertawa." Membayangkan kejadian itu, semua orang tertawa. Russel merasa malu karena ditertawakan, lalu menyembunyikan wajahnya di pelukan Paman Setya sambil berkata dengan suara lembut, "Kakek Buyut, Tante menertawakanku." Paman Setya langsung luluh mendengar panggilan "Kakek Buyut" dari bibir bocah itu. Dia segera membelanya dan berkata kepada Olivia, "Olivia, jangan menertawakan Russel. Anak kecil memang seperti itu. Waktu mamamu kecil dulu, dia juga sangat nakal." "Di
“Nenek bilang begitu, lalu bagaimana dengan kami? Kalau Stefan dan yang lainnya hanya dianggap biasa saja, berarti kami ini benar-benar nggak ada apa-apanya.” Aksa tertawa sambil menggoda Nenek Sarah. Jonas juga mengangguk setuju. Nenek tertawa makin bahagia. Hal yang paling dia banggakan dalam hidupnya adalah kesembilan cucunya.Tatapan Setya kembali tertuju pada Russel. Bocah itu bersembunyi di pelukan bibinya, menatap semua orang dengan rasa ingin tahu. Dia hanya bisa mendengarkan para kakek berbicara, tetapi tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. "Mirip, benar-benar mirip," gumam Setya. "Dia sangat mirip dengan Bu Reni saat kecil. Kalau dia diikat dua kuncir dan mengenakan gaun, dia akan persis seperti Bu Reni." Setya menatap Russel seakan tenggelam dalam kenangan. Dulu, anak itu selalu bersuara manja ketika bertemu dengannya dan berkata, "Kakek Setya, gendong aku, aku mau digendong." Dia tidak pernah bisa menolak permintaan si gadis kecil. Setiap kali, dia pasti akan menga