Bi Lesti meletakkan buah plum kering itu di meja lalu berkata, “Non Olivia jangan bilang ke Pak Stefan, ya. Nanti, gaji saya bisa dipotong kalau Bapak tahu.”“Saya juga sudah menyiapkan sepotong kecil kue manis untuk Non Olivia makan setelah selesai makan besar. Saya siapkan kuenya sedikit saja biar Non Olivia senang.”Olivia memperhatikan Bi Lesti yang mengeluarkan berbagai makanan lezat dan bergizi dari kotak makan lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian dia juga melihat sepotong kecil kue yang bisa dihabiskannya dalam satu gigitan. “Bi, kok buah plumnya cuma satu dan kuenya juga cuma sepotong kecil? Ini sih terlalu sedikit dan cuma mengotori mulutku saja,” ujar Olivia memprotes kue dan buah plum yang dibawa Bi Lesti untuknya. Nenek dengan cepat mengambil alih pembicaraan ini dengan berkata, “Stefan kasihan padamu karena kamu muntah terus. Makanya, dia bilang sama Bi Lesti untuk nggak memberikan makanan manis dan asam buatmu agar kamu nggak muntah. Pagi ini, kamu muntah sampai ke
Olivia mengambil makanan yang dimasak oleh kakaknya. Matanya tampak langsung berbinar ketika memakannya. Hal yang sama juga terjadi pada nenek. Nenek dengan cepat bertanya pada Odelina, “Odelina, kapan restoran barumu itu akan buka? Aku mau mendaftar untuk jadi member di restoran barumu. Aku pasti setiap hari akan datang ke sana untuk menikmati masakanmu sekaligus mendukungmu. Keterampilan memasakmu benar-benar meningkat dari hari ke hari.”Olivia mendengar perkataan nenek sambil ikut mengangguk. Dia juga sangat menikmati makanan yang dimasak kakaknya ini. “Olivia, makannya jangan buru-buru. Nanti, kamu tersedak, loh,” ujar Odelina berusaha mengingatkan adiknya. Kemudian dia tersenyum seraya berkata, “Aku sudah mendaftar kelas memasak. Aku berlatih sendiri setelah selesai kelas. Pak Daniel yang membantuku mencicipi masakanku. Dia bilang kalau masakanku ini enak, makanya aku bawa ini biar kamu bisa mencobanya. Aku juga langsung merasa lega setelah Nenek bilang masakanku ini enak.”“K
Daniel sempat mengira kalau Odelina pergi mengunjungi mantan suaminya. Entah mengapa, Daniel selalu merasa ada yang mengganjal setiap kali Odelina pergi mengunjungi mantan suaminya. “Oh, begitu! Lalu bagaimana keadaan Olivia sekarang?” tanya Daniel mengganti topik pembicaraan. “Dia baik-baik saja, kok. Stefan bilang kalau Olivia nggak boleh makan makanan manis dan asam karena akan membuat muntahnya semakin parah,” jawab Odelina. Daniel langsung tersenyum lalu berkata, “Stefan pastinya nggak akan mengizinkan Olivia makan makanan manis dan asam sama sekali. Jika tidak, dia pasti akan merasa tertekan sampai nggak bisa bekerja sekalipun dia sedang berada di perusahaan kalau Olivia muntah-muntah terus.”Stefan sama seperti Daniel karena pikirannya akan terus tertuju kepada Odelina sekalipun dia sedang berada di perusahaan. Oleh karena itu, Daniel tidak terlalu sering datang ke perusahaan. Dia hanya datang untuk mengurus beberapa urusan ke perusahaan di pagi hari. Lalu dia akan bergegas p
“Untuk apa lagi bicara tentang itu!” seru Roni kepada kakaknya. Shella hanya mendengus.Andi pun terpaksa mengingatkan putrinya, “Shella, jangan sampai kamu bikin ulah lagi, ya. Kalau kamu nekat bikin rusuh, Papa nggak akan membiarkanmu!”Roni khawatir putrinya akan membuat keonaran lagi. Dia khawatir rasa terima kasihnya kepada Olivia yang telah menyelamatkan anaknya di kebun binatang dulu sudah hilang, sehingga Shella kembali pada sifat aslinya.Shella buru-buru membantah, “Pa, mana mungkin aku bikin ulah. Aku nggak mau cari masalah. Sekarang Odelina punya status dan kedudukan, kalau aku bikin rusuh, usaha kami juga bakal kena dampaknya. Aku nggak seiseng itu, kok.”“Aku cuma iri saja dikit. Suksesnya Odelina hari ini ‘kan juga ada sedikit jasa kita. Kalau bukan karena kita, dia nggak akan termotivasi untuk berhasil seperti sekarang.” Sifat tak tahu diri Shella bertambah parah dengan perkataannya itu. “Roni, sebaiknya kamu cepat cerai dari perempuan itu, terus sama Odelina ..,” ujar
"Dokter Dharma, silakan diminum."Kellin mengambil gelas air hangat itu, "Terima kasih, Bu Fenny." Kellin meneguk setengah gelas air. Dia memang sudah mulai merasa haus."Saya yang seharusnya berterima kasih, Dok. Dokter Dharma baru saja selesai masa nifas, tapi sudah diundang sama Calvin. Saya sampai merasa bersalah, sempat marah sama Calvin karena itu.""Nggak apa-apa, Bu. Saya di rumah terus-terusan itu rasanya sudah mau berjamur, sudah ingin keluar rumah dari dulu. Cuma suami saya yang nggak mengizinkan, dia terus memaksa saya untuk istirahat di rumah, memulihkan kondisi. Padahal saya ini dokter, saya tahu gimana caranya membantu diri sendiri pulih setelah melahirkan, lebih tahu dari dia.""Den Calvin sangat perhatian sama tunangannya, sayang dan penuh perhatian. Demi mengobati mata tunangannya, dia rela menghadapi ketidaksetujuan dari keluarga saya dan terus meminta saya untuk membantu. Saya terharu dengan kecintaannya yang dalam, dan saya senang bisa membantu Non Rosa. Saya berha
"Nenek Sarah semangat dan sehat sekali, ya," puji Kellin kepada Sarah. Saat mereka di Villa Verda, Kellin sempat mengecek kesehatan Nenek Sarah dan menemukan bahwa wanita tua itu sangat sehat, bahkan mungkin bisa hidup sepuluh tahun lebih lama lagi.Sama seperti guru Kellin yang telah menggunakan banyak bahan obat herbal untuk menjaga kesehatannya. Kondisi fisik Nenek Sarah sangat baik. Dokter Panca bahkan pernah berkata bahwa dia masih ingin mencapai banyak hal, termasuk hidup hingga 120 tahun untuk melihat Tiano menikah dan memiliki anak. Padahal Tiano sendiri masih sangat kecil.Nenek Sarah tersenyum sambil menggenggam tangan Kellin. "Kellin, ada nggak obat dari gurumu yang bisa membuat umur jadi lebih panjang? Beri sedikit buat Nenek, dong. Biar Nenek bisa lebih bersemangat dan hidup lebih lama lagi, sampai 120 tahun. Sekarang hidup sampai 100 tahun ‘kan sudah biasa," kata Nenek Sarah. “Nenek belum tahu kapan bisa menggendong cicit perempuan, nih. Nenek harus bisa menggendongnya s
Rosalina sudah buta bertahun-tahun. Dia telah mencari pengobatan ke mana-mana bersama Tante Rida, yang bahkan sempat membawanya berdoa di berbagai tempat ibadah.Setiap kali, mereka pulang dengan tangan hampa, dan kegagalan yang berulang membuat Rosalina tak berani berharap lagi. Namun, Dokter Dharma menjadi harapan terakhir bagi mereka semua. Rosalina khawatir jika hasilnya tidak memuaskan, bukan hanya dia yang kecewa, tapi semua orang yang berharap bersamanya."Jangan takut," kata Calvin memeluk Rosalina dengan erat. Setelah melepaskan pelukan, dia mencium kening Rosalina dengan lembut, "Jangan khawatir, aku ada di sini."Rosalina mencoba melihat wajah Calvin, meski pandangannya gelap. Ucapan dan kehangatan pelukan Calvin, ditambah ciumannya, seperti menyirami hati Rosalina yang gersang dengan hangatnya sinar matahari. Perasaan itu menenangkan dan menghangatkannya seketika. Rosalina mengangguk pelan.Sambil menggandeng tangan Rosalina, Calvin berjalan menuju villa. Tiba-tiba, telepon
"Kakak belum ketemu Dokter Dharma. Pas Dokter Dharma datang, aku lagi dinas luar kota. Ini, baru saja kakak iparmu jemput Kakak. Sekarang kita di rumah kakak iparmu, sebentar lagi ketemu Dokter Dharma," kata Rosalina menjelaskan situasinya. Dia merasa lega karena Jordan ternyata masih peduli."Kak, apa pun hasilnya, jangan putus asa, ya. Kalau Dokter Dharma nggak bisa, kita cari dokter lain yang lebih baik lagi," Jordan menghibur kakaknya. Memang, semua orang tahu jika Dokter Dharma saja tidak bisa menyembuhkan mata kakaknya, kemungkinan Rosalina untuk bisa melihat lagi sangat kecil. Dokter Dharma adalah murid terbaik Dokter Panca, dan kualitas Dokter Panca sebagai dokter sudah tidak perlu diragukan lagi.Setelah mendengar itu, Rosalina, dengan suara yang lembut, berusaha menghibur adiknya, "Jordan, kakak nggak akan sedih, kok, apa pun hasilnya nanti. Kakak sudah terbiasa hidup dalam kegelapan, yang bikin kakak sedih, kakak iparmu kan orangnya hebat, tapi harus menikahi aku yang buta i