"Kami yang nggak mendidikmu dengan baik. Kami nggak bisa menanamkan nilai-nilai yang benar padamu, membuatmu terjerumus ke jalan yang salah. Ini semua salah Mama.”"Ma, maaf, aku salah." Stella bukanlah orang yang bodoh. Ketika ayahnya dengan tegas memintanya untuk memilih, jelas dia tidak boleh memilih Stefan. Stella tidak bisa kehilangan segala yang ia miliki saat ini.Stefan, pada akhirnya hanya menjadi orang lewat dalam hidupnya, seseorang yang dia inginkan tetapi tidak bisa dipertahankan lagi.Shenny menghela nafas, "Papa dan mama nggak mau cuma denger kamu minta maaf. Kamu harus buktikan dengan tindakan. Stella, kami harap kamu nggak bikin kami kecewa lagi. Mama mau naik ke atas. Kamu istirahat saja dan pikirkan baik-baik.”Setelah berkata demikian, Shenny pergi naik ke atas. Stella ditinggalkan sendiri di sofa, dia terkadang menangis sedih, terkadang dipenuhi kemarahan.Shenny sangat mengerti putrinya. Tidak mudah bagi putrinya untuk benar-benar melangkah keluar dari situasi ini
"Belum," jawab Odelin."Sebentar lagi kita makan sama-sama, yuk. Aku yang traktir, deh,” kata Olivia.Odelina tersenyum, "Oke."Junia berjalan mendekat, sambil tersenyum dan berkata, "Akhirnya kamu pulang, Kak Odelina. Russel selalu sebut-sebut namamu setiap hari, loh. Aku dan Oliv sampai bosan dengarnya. Sampai-sampai telinga kami panas.”Russel dengan santainya berkata, "Aku ‘kan cuma kangen sama Ibu. Memangnya salah kalau kangen Mama?”Junia tersenyum sambil mencubit pipinya.Toko masih sibuk, jadi mereka tidak banyak berbincang. Sampai akhirnya para siswa masuk jam malam, suasana sekolah menjadi tenang.Olivia menuangkan segelas air hangat untuk kakaknya dan bertanya, "Jadi Tante sudah pulang?""Iya, Tante mengajakku makan bersama, tapi aku kangen sama Russel, jadi aku nggak ikutan."Olivia tampak ingin mengatakan sesuatu, namun hanya bisa menahan keinginan itu dengan pura-pura menguap.Melihat Olivia menguap, Russel berkata kepada ibunya, "Tiap malam, setelah aku tidur, tante sela
Ketika Olivia terbangun, sudah pagi hari keesokannya. Dia membuka matanya dan mendapati dirinya berbaring di atas tempat tidur, sedikit bingung. Bukankah dia berada di dalam mobil? Berapa lama dirinya telah tertidur?Olivia menoleh dan melihat pria yang sedang tertidur di sampingnya, lalu bergeser sedikit. Olivia diam-diam memandangi Stefan. Semakin lama Olivia menatap, semakin dia tidak bisa menahan diri untuk menyentuh wajahnya. Pria hebat ini adalah miliknya! Pikiran itu membuat hati Olivia terasa hangat.Olivia mendekat untuk mencium pipinya, tetapi tiba-tiba Stefan membuka matanya. Stefan menebak apa yang ingin dia lakukan, lalu menutup mata lagi. Olivia tertawa pelan, "Kamu sudah bangun, ya?""Belum, aku masih mimpi. Bermimpi mau dicium istriku. Aku mau tunggu dicium istriku dulu, baru bisa bangun,” jawabnya.Olivia tertawa lagi. "Kamu sudah bicara gitu, masih saja bilang belum bangun.""Aku bicara dalam mimpi," jawab Stefan.Sebagai pasangan yang sudah lama menikah, mencium adal
Meskipun Stefan sangat baik dan kekayaannya takkan habis walau digunakan beberapa generasi, Olivia tetap bersikukuh untuk menghasilkan uang sendiri. Olivia punya prinsip bahwa menggunakan uang yang dia sendiri hasilkan akan terasa lebih menyenangkan, tanpa beban psikologis. Meskipun semua harta sudah Stefan serahkan kepadanya, Olivia tetap jarang sekali menggunakan uang Stefan."Aku nggak apa-apa, kok. Aku masih muda, sehat, energik. Tidur semalam bikin aku merasa sangat segar sekarang." Sambil berbicara, Olivia bangun dan tersenyum, "Sepertinya sudah lama aku nggak bikinin kamu sarapan, ya. Hari ini mumpung aku bangun pagi, aku buatkan kamu sarapan, deh.”Stefan juga tersenyum, "Aku tiba-tiba kangen sama kehidupan kita yang sederhana saat masih pengantin baru dulu. Kamu bangun pagi-pagi kadang masak bubur atau mie, atau keluar beli sarapan. Itu pertama kali aku mencicipi sarapan yang kamu bawa pulang.”"Aku juga kangen masa-masa itu. Gimana kalau kita menginap di Garden Estate malam
Dua hari kemudian.Di Kota Aldimo, Villa Ferda.Sebuah pesawat pribadi mendarat di bandara pribadi Villa Ferda.Pasangan Mulan dan Yose sudah menunggu di sana.Melihat Stefan dan Olivia turun dari pesawat, pasangan itu menyambut mereka dengan senyuman. Bersama pasangan itu, ada juga Jonas.Sebenarnya, Jonas ingin pulang lebih awal, tapi ia tidak tega meninggalkan Amelia. Amelia harus pergi dinas dalam dua hari ini, dia berkata akan berusaha datang pada hari pesta seratus hari itu.Mengetahui pasangan Stefan akan datang beberapa hari lebih awal, Jonas pun nebeng pesawat pribadi Stefan untuk pulang bersama."Olivia."Mulan memanggil Olivia dengan senyuman.Lalu menunjukkan hormat pada Stefan, "Pak Stefan, sudah lama tidak bertemu."Stefan membalas dengan senyuman, "Memang sudah lama."Ia dan Yose bersalaman, dua CEO itu bahkan berpelukan sejenak, sebelum Stefan berjabat tangan dengan Mulan.Jonas yang terakhir turun dari pesawat melihat kejadian itu, sengaja berseru, "Kak, kakak, kalian apa
Jonas berkata pada Olivia, “Bahkan kalaupun kamu pergi, Amelia akan tetap pergi bersamamu. Dia sangat fokus pada karier-nya sekarang.”“Mereka sama saja. Kalau aku nggak mengajak Oliv untuk datang ke sini lebih awal, dia mungkin akan terlalu sibuk untuk datang, sampai pesta 100 hari,” ujar Stefan.Mulan tersenyum dan berkata, “Ayo pulang ke vila dulu, di sini anginnya besar.”“Amelia cepat atau lambat akan menjadi bagian dari keluarga Junaidi. Kapan saja bisa bertemu.”Wajah Jonas sedikit memerah, tapi dia sangat senang. Dia dan Amelia sudah bisa melihat sedikit harapan. Asalkan ibunya Amelia tidak mempermasalahkannya lagi dan tidak “mengirim musuh” untuknya, dia yakin dia akan bisa segera menikahi Amelia.Jonas berpikir terlalu indah. Dia tidak pernah menyangka bahwa dia akan segera meminta bantuan pada orang tua dan kakak iparnya. Orang tuanya harus terbang ke Mambera terlebih dahulu, baru pernikahannya dengan Amelia bisa direalisasikan.Mulan mengaitkan tangannya di lengan Olivia. M
Mulan berkata dengan nada menenangkan, “Oliv, kamu nggak perlu terlalu khawatir. Asalkan Kellin mau turun tangan, aku yakin mata Rosalina bisa disembuhkan. Dia belajar di bawah bimbingan Dokter Jenius, jadi dia lebih baik daripada yang lain.”Olivia berkata, “Kami semua percaya pada Dokter Dharma.”Dokter Dharma juga sudah berjanji kepada Calvin. Setelah dia sudah bisa mulai praktek, dia akan terbang ke Mambera untuk mengobati mata Rosalina secepatnya.“Bagaimana dengan Jonas dan Amelia? Jonas nggak banyak cerita tentang dirinya. Dia nggak bilang, kalau kami tanya juga nggak dijawab. Aku dan suamiku berharap dia dan Amelia bisa segera bersama.” Mulan mengganti topik pembicaraan dan bertanya tentang kisah percintaan adik iparnya.“Mertuaku sudah beberapa kali ingin ke Mambera, tapi Jonas nggak memperbolehkan mereka pergi. Katanya, belum waktunya orang tua bertemu. Dia juga belum mendapatkan persetujuan dari Yuna. Jadinya, mereka hanya bisa menunggu dengan cemas, nggak bisa membantu apa-
“Banyak yang bilang, kalau wanita mau bahagia dalam pernikahan, dia sendiri harus cukup hebat, atau keluarganya harus cukup hebat. Aku sekarang juga punya anak perempuan, dan juga cuma punya satu anak perempuan. Di masa depan, kalau Audrey mau menikah dan tinggal di tempat yang jauh, aku juga pasti nggak rela. Apalagi Yose, nggak perlu ditanya lagi. Dia sangat menyayangi putrinya. Dia bahkan sudah mulai waspada dengan Liam, juga putranya Owen.”Olivia tertawa dan berkata “Liam baru berusia tiga tahun. Dia mana ngerti. Putra Yannie dan kedua anakmu seumuran, sekarang cuma bisa makan tidur.”“Yose tetap saja waspada seperti itu. Dia bilang, susah-susah membesarkan nak perempuan, harus dijaga sebaik mungkin. Kalau ada anak yang mau mendekati putrinya, harus segera dicegah. Jangan sampai putra orang punya pemikiran untuk mendekati putrinya.”Jadinya, yang paling diwaspadai oleh Yose adalah Liam.Liam sangat cerdas. Dokter Jenius bilang anak itu sangat berbakat, tapi anak itu harus memikul