Saat ini sudah waktunya pulang kerja. Ada begitu banyak orang yang keluar masuk perusahaan. Begitu Rika melihat lautan bunga yang disiapkan Ricky, dia benar-benar merasa tidak bisa menghindar lagi.Rika benar-benar tidak menyangka dalam waktu semalam, Ricky akan melancarkan serangan padanya seperti kerasukan hantu.Ricky ingin mengejarnya? Sekarang Rika berpenampilan sebagai pria. Ricky mengejarnya secara terbuka seperti ini, bukankah sama saja dengan memberitahu seluruh dunia kalau Ricky seorang gay?“Pak Riko, Pak Ricky mendatangkan banyak orang. Takutnya nggak enak hancurkan bunganya dengan begitu saja,” kata si sekretaris yang merasa serba salah.Apalagi Ricky bukanlah orang biasa. Ricky adalah putra ketiga keluarga Adhitama, sekaligus penanggung jawab Blanche Hotel. Meskipun Kota Cianter bukan wilayah kekuasaan keluarga Adhitama, mereka masih memiliki pengaruh di kota ini.“Banyak orang yang lewat sedang mengambil foto.”Raut wajah Rika menjadi muram, dia pun berkata dengan dingin
Sesaat kemudian, ketua tim satpam Aurora Group keluar bersama sekelompok satpam untuk menghancurkan bunga. Tentu saja, orang-orang suruhan Ricky segera menghentikan mereka.Suasana seketika menjadi ribut. Namun, Ricky tidak tergesa-gesa. Dia masih sempat memotret hasil “kerja kerasnya” dengan kamera ponselnya. Setelah mengambil beberapa foto, dia tidak sengaja melihat Ronald di tengah kerumunan. Dia pun berjalan ke arah Ronald.Sementara itu, Ronald berjongkok dan mengambil sekuntum bunga dari lautan bunga di depannya. Pada saat Ricky mendekat, dia langsung menyerahkan bunga itu kepada Ricky. Seulas senyum tipis merekah di wajahnya. “Kalau Pak Ricky suka pria, kenapa nggak kejar aku saja? Aku rasa aku lebih cocok untuk Pak Ricky. Kakakku nggak cocok untuk Pak Ricky. Kakakku seorang pria normal, dia nggak akan suka sama Pak Ricky,” kata Ricky.Ricky mengapit bunga itu dengan kedua jarinya. Kemudian, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan mencium bunga itu. “Baunya segar,” katanya.Seg
Rika, “....”Seandainya Rika tahu Ricky begitu sulit untuk dihadapi dan akan membuat keributan sebesar ini, dia pasti menerima buket bunga yang pria itu berikan padanya, lalu membuangnya ke tempat sampah setelah Ricky pergi. Mungkin saja tidak akan terjadi keributan besar seperti ini.“Pak Riko sudah pulang kerja, kan?”Ricky mendongak dan menatap matahari di langit yang tinggi. Sinar matahari yang menyilaukan membuatnya tidak bisa membuka matanya. Dia pun segera menundukkan kepalanya dan berkata pada Rika, “Pak Riko, aku traktir kamu makan. Mau, nggak?”“Maaf, siang ini aku sudah ada janji, nggak ada waktu.” Rika langsung menolak.Ricky tersenyum dan berkata, “Nggak apa-apa. Hari ini Pak Riko nggak ada waktu, di hari lain pasti ada waktu luang. Aku akan datang ke sini setiap hari untuk traktir kamu makan, buat lautan bunga di depan perusahaanmu ini, sampai kamu setuju untuk makan bareng aku.”Rika benar-benar dibuat emosi oleh pria di depannya ini. Untung saja didikan keluarganya sang
Rika tidak mengatakan apa pun. Dia terus berjalan ke mobilnya. Ronald memberi isyarat kepada sekretaris kakaknya untuk tidak mengikuti mereka lagi. Setelah itu, Ronald ikut kakaknya ke mobil.Segera, Rika masuk ke dalam mobil. Ronald juga masuk ke dalam mobil mewah kakaknya. Sopir menatap Ronald sebentar, lalu menyalakan mesin mobil tanpa berkata apa-apa.“Kak, tadi aku tanya sama Ricky, dia juga sudah mengaku. Dia manfaatkan kamu untuk menghindari desakan keluarganya.”Rika menatap adiknya dengan dingin, “Kamu percaya dengan apa yang dia katakan?”Ronald langsung terdiam. Sesaat kemudian, dia baru berkata, “Berdasarkan penyelidikan yang aku lakukan terhadap dia dan informasi yang kita miliki, aku percaya padanya. Apa mungkin dia benar-benar gay? Sekalipun dia benar-benar gay, dia juga nggak mungkin langsung terang-terangan kejar kamu setelah beberapa kali ketemu.”Kali ini giliran Rika yang terdiam. Dia tidak percaya kalau Ricky hanya memanfaatkannya untuk membuat skandal. Akan tetapi
“Dengar-dengar bahkan orang tuanya juga nggak tahu.”Rika berkata dengan suara berat, “Stefan pasti tahu. Ricky dan saudara-saudaranya yang lain sangat menghormati Stefan. Mereka selalu mengutamakan Stefan dalam segala hal, ada masalah apa pun juga akan beritahu Stefan. Mereka belum tentu beritahu orang tua mereka, tapi mereka pasti akan beritahu Stefan.”“Hanya saja, mulut Stefan sangat rapat, belum tentu bisa dapat informasi darinya. Kamu bisa cari tahu dari Olivia. Olivia adalah segalanya bagi Stefan. Pada dasarnya Olivia tahu apa yang Stefan ketahui.”Ronald berkata, “Bukannya Bu Sarah dan Olivia sedang pergi jalan-jalan? Takutnya susah untuk temui dia sekarang.”Rika terdiam lagi. Sesaat kemudian, dia baru berkata, “Aku nggak suruh kamu harus cari tahu dalam satu hari. Kamu hanya perlu ingat-ingat hal ini. Tentu saja, lebih baik kalau kamu bisa cari tahu secepat mungkin.”“Bagaimana kalau aku nggak dapatkan informasi apa pun?” tanya Ronald.Wajah Rika seketika menjadi muram, soro
Sepuluh menit kemudian.“Den Riko.”Sopir tiba-tiba menoleh dan berkata, “Den, Pak Ricky sedang menunggu di depan pintu masuk hotel. Dia juga bawa buket bunga.”Ricky tidak berada di Blanche Hotel, melainkan pergi ke hotel di bawah naungan Aurora Group di seberang jalan. Pria itu memegang buket mawar besar dan berdiri di depan pintu masuk hotel menunggu kedatangan Rika.Rika bilang kalau dia ada janji makan siang. Dia biasa makan bersama kliennya di hotel milik Aurora Group. Begitu Rika mendengar Ricky lagi-lagi mengejarnya, bahkan sampai di hotel dulu dan menunggunya, raut wajah Rika seketika menjadi muram.“Saat kita pergi, dia masih ada di depan perusahaan. Kenapa dia bisa lebih cepat dari kita?” tanya Rika yang kebingungan.“Mungkin Pak Ricky ambil jalan pintas,” jawab si sopir.“Kalau begitu kenapa kamu nggak ambil jalan pintas?” tukas Ronald kepada sopir.Sopir, “....”Si sopir mana tahu kalau Ricky akan mengejar mereka sampai ke sini, bahkan pria itu tiba lebih dulu.Rika menari
Sayangnya, pria tampan seperti itu malah tidak tahu malu. Pada detik berikutnya, Rika mengambil buket bunga dita tangan Ricky dengan sekuat tenaga, lalu melemparkannya ke tanah langsung di depan Ricky. Kemudian, Rika mengangkat kakinya dan menginjak buket itu beberapa kali. Selepas itu, dia berjalan melewati Ricky.“Bunganya sudah aku terima. Pak Ricky boleh pergi sekarang,” kata Rika dengan dingin.Ricky melihat buket bunga yang tergeletak di tanah, hancur diinjak-injak Rika. Setelah itu, dia juga melihat punggung Rika yang telah pergi menjauh. Ricky tertawa pelan dan bergumam, “Menarik, aku sedikit tertarik.”Awalnya, Ricky sama sekali tidak tertarik pada Rika. Akan tetapi, waktu yang diberikan neneknya akan segera berakhir. Ricky mau tidak mau harus mengambil tindakan.Hanya saja, Ricky masih tidak tertarik pada Rika. Sekarang dia telah mulai mengejar Rika, reaksi Rika justru membuat Ricky merasa hal ini sangat menarik. Akhirnya dia telah menemukan sedikit perasaan.Sementara itu,
Rika terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara berat, “Ricky secara terang-terangan bilang mau kejar aku, terus ganggu aku. Tapi aku seorang pria. Aku rasa Pak Stefan juga nggak mau lihat adikmu jadi gay, kan. Pak Stefan harus turun tangan tangani hal ini.”“Ricky terang-terangan bilang ingin kejar kamu? Dia sudah ambil tindakan? Atau hanya ngomong saja?”Stefan jelas telah mendapat gosip eksklusif, tapi dia tetap pura-pura tidak tahu apa-apa dan bertanya pada Rika.“Hari ini dia mulai kejar aku. Dia kasih aku bunga, bahkan menuliskan sebaris kata dengan banyak mawar di depan perusahaanku, sampai menarik banyak perhatian orang. Sekarang orang-orang di Kota Cianter pasti sedang membicarakan hubunganku dengannya.”“Pak Stefan, setahu aku Ricky masih normal saat berada di Kota Mambera. Aku nggak pernah dia memiliki kecenderungan homoseksual. Mumpung sekarang dia baru jadi seperti ini, Pak Stefan harus segera hentikan dia. Jangan biarkan dia begini terus.”“Yang paling penting, aku nggak
Hebat sekali. Memang patut diacungi jempol.“Calvin.”Rosalina berjalan mendekat dan meraih tangan suaminya, lalu berkata lembut, “Dia hanya anjing gila yang suka sembarang gigit orang. Nggak usah pedulikan dia, jangan biarkan dia buat kamu marah. Nggak sepadan, Sayang. Aku sudah sering dimarahinya, sudah mati rasa. Mulut, mulut dia. Dia mau marah apa terserah dia. Kalau aku nggak tahan, aku tinggal suruh orang tampar dia.”Ekspresi tegas Stefan tiba-tiba berubah lembut. Giselle palsu tidak bisa menahan rasa cemburu ketika melihat perubahan ekspresi pria itu. Saat berhadapan dengannya, Calvin bersikap begitu dingin, seolah ingin mencabik-cabiknya. Namun di depan Rosalina, dia menjadi begitu lembut. Pria keluarga Adhitama benar-benar sayang istri.“Aku nggak tahan dengar ada yang hina kamu seperti itu. Kamu murah hati, nggak mau permasalahkan itu dengannya. Tapi aku nggak bisa seperti kamu. Kalau nggak dengar , aku nggak masalah. Tapi kalau sudah dengar, aku harus kasih dia pelajaran.”
“Pak Calvin sudah ada di sini. Perempuan ini nggak tahu malu, terus marahi Bu Rosalina. Aku barusan sudah kasih pelajaran, tapi dia masih saja begitu. Bu Rosalina baik hati. Nggak ada gunanya bahas persaudaraan saat berhadapan dengan orang seperti ini. Kasih pelajaran saja, habis itu usir dia.” Lisa bicara lebih dulu.Calvin hanya meliriknya sekilas, lalu menatap Giselle dengan dingin. “Rosalina terus maafkan kamu karena kamu adik yang lahir dari mama yang sama dengannya. Kamu malah semakin bertingkah. Rosalina bisa saja nggak mau perhitungan denganmu. Tapi aku nggak semurah hati itu. Hina istriku sama saja dengan hina aku. Dari dulu aku suka tampar orang yang berani hina aku.”“Tampar dia dulu, biar dia tahu apa artinya mulutmu harimaumu,” perintah Calvin kepada pengawalnya.Pengawal Calvin tidak bersikap lembut hanya karena Giselle perempuan. Dia menampar wajah Giselle beberapa kali, sampai Giselle bengong sendiri. Ternyata Calvin juga bisa memukul orang. Ralat, bukan memukul dengan
Giselle palsu tersadar. Dia takut ketahuan. Dia pun buru-buru berkata, “Aku benci Rosalina. Aku memang ingin marahi dia. Memangnya kenapa?”Usai berkata, Giselle palsu berlari ke arah mobilnya dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil, ingin segera pergi. Siapa sangka, ada sosok yang begitu cepat sehingga berhasil mengejarnya sampai ke samping mobil. Sebelum dia sempat menutup pintu, sebuah tangan besar dan kuat masuk ke dalam mobil, lalu mencengkeram salah satu pergelangan tangannya dan menariknya keluar dari mobil dengan kasar.Giselle melihat pemilik tangan itu. Ternyata pengawal keluarga Adhitama. Pengawal keluarga Adhitama benar-benar hebat. Padahal Giselle merasa dirinya sudah sangat cepat, tapi ternyata dia masih kalah cepat.Pengawal itu menarik Giselle kembali ke depan Calvin. Lisa memelototi Giselle dengan tajam. Sekalipun dia tidak pintar dan IQ-nya terbatas, pengganti ini juga tidak boleh membuatnya terlihat begitu bodoh.Calvin sudah ada di sini, si pengganti ini masih berani p
“Bu Lisa.”Saat Giselle hendak diusir keluar, Rosalina akhirnya buka suara. Dia menatap Giselle palsu yang sedang ditahan oleh pengawal Lisa, dalam kondisi tidak mampu melawan serta tidak bisa berteriak.Setelah itu, Rosalina berkata, “Bu Rosalina, adikku ini kalau ngomong suka nggak pakai otak. Dulu dia terlalu dimanja orang tuanya, sampai nggak kenal rasa takut. Maaf sudah menyinggung Bu Lisa barusan. Sekarang Bu Lisa sudah kasih dia pelajaran. Untuk kali ini biarkan saja, usir saja dia.”Lisa masih memasang wajah tegas. “Bu Rosalina, kamu terlalu baik sebagai kakak, makanya kamu ditindas dia terus. Aku dengar dulu dia sering tindas kamu.”“Yang lalu sudah berlalu. Aku nggak ingin permasalahkan hal itu lagi.” Rosalina bersikap murah hati dan berkata, “Anggap saja dia anjing. Kita manusia kalau digigit anjing, kita nggak bisa balas gigit, kan.”Lisa mengumpat dalam hati. Rosalina, kau anjingnya. Seluruh keluargamu anjing. Setelah menyadari seluruh keluarga Rosalina berarti dirinya ter
Rosalina menatap Giselle. Awalnya Giselle diam saja, tidak memberikan reaksi apa pun. Toh, orang yang dibicarakan Lisa bukanlah dia. Begitu Rosalina menatapnya, dia baru sadar. Sekarang dia adalah Giselle.Giselle pun langsung berteriak, “Dia yang sudah rebut harta keluargaku. Dia juga yang blokir kartu bank-ku, buat aku nggak bisa ambil uang bulananku. Dia juga suruh adikku untuk kurangi biaya hidup yang diberikan ke aku sebanyak 70 persen.”“Sekarang aku nggak punya uang juga gara-gara dia. Kalau bukan cari dia, aku cari siapa? Kenapa aku harus kerja? Aku anak keluarga Siahaan, orang tuaku wariskan harta ratusan miliar untukku. Aku punya uang yang nggak akan pernah habis. Untuk apa aku kerja? Kalau kerja, satu bulannya bisa dapat berapa? Nggak sebanyak uang saku bulananku dulu.”Dulu, Giselle mendapat uang saku bulanan sebesar 600 juta. Jika dia perlu membeli sesuatu yang besar, misalnya mobil mewah, dia hanya perlu bermanja di depan orang tuanya. Nanti mereka akan membelikannya untu
“Aku dengar Bu Rosalina buka sebuah toko bunga dan tokonya sangat besar. Bunga-bunga di toko juga sangat indah. Aku sudah lama ingin datang dan melihat-lihat, tapi nggak pernah punya waktu. Kebetulan sekarang adik iparku sedang libur, jadi nggak perlu aku antar jemput ke sekolah setiap hari.”“Mumpung ada waktu luang, aku keluar jalan-jalan. Baru ingat kalau besok ulang tahun mama mertuaku. Aku sudah siapkan kado ulang tahun untuk mama mertuaku. Tapi masih kurang bunga. Aku baru ingat Bu Rosalina buka toko bunga. Jadi aku langsung ke sini.”Lisa sangat menghayati perannya sehingga Rosalina pun tidak ingin mengeksposnya. Sebelum dia melepaskan topeng Lisa, dia tidak bisa bilang kalau Lisa adalah Giselle.“Bu Lisa sangat berbakti. Mau beli buket bunga sebesar apa, Bu? Biar aku bantu pilihkan bunganya. Dijamin mama mertua Bu Lisa pasti suka.”“Aku jadi menantunya, kasih buket bunga yang sederhana atau yang cocok untuk kasih ke mama mertua saja. Buket bunga terbesar biar papa mertuaku yang
Giselle palsu ditugaskan menjadi pengganti Giselle dalam waktu yang terlalu singkat, sehingga dia tidak sempat memperhatikan apakah ada ciri khusus pada tangan Giselle yang asli.“Suruh dia lepaskan aku. Tanganku sakit. Aku nggak akan pukul kamu lagi.”Giselle mulai ketakutan. Ada pengawal yang begitu hebat di samping Rosalina. Jika dia berani menyentuh Rosalina barang sehelai rambut pun, dia yakin dia akan kehilangan kedua tangannya.Rosalina duduk kembali di meja kasir, lalu memberi isyarat kepada pengawalnya untuk melepaskan Giselle.Si pengawal melepaskan tangan Giselle, tapi dia tidak pergi. Sebaliknya, dia berdiri tidak jauh dari Giselle sambil menatap Giselle dengan waspada. Giselle terus menggosok pergelangan tangannya dengan tangannya yang lain. Pergelangan tangannya memerah, kentara sekali seberapa kuat tenaga yang digunakan pengawal keluarga Adhitama.Saat ini, dua mobil berhenti di depan toko Spring Blossom. Yang satunya mobil mewah, yang satunya lagi sepertinya mobil penga
“Aku nggak akan pergi. Kamu coba saja suruh mereka aku usir aku. Aku akan teriak sepanjang hari di tokomu, biar kamu malu. Toh, reputasiku sudah rusak. Tapi kamu beda. Sekarang kamu menantu keluarga Adhitama.”“Aku nggak takut kamu nggak peduli dengan reputasimu. Sekalipun kamu benar-benar nggak peduli, keluarga suamimu juga nggak peduli? Sekalipun mereka melindungi kamu, orang lain tetap akan bicarakan kamu, bilang kamu nggak pantas jadi menantu keluarga Adhitama. Kalau bukan karena kamu, seharusnya akulah yang akan menikah dengan Calvin. Kamu yang rebut kebahagiaanku.”Rosalina tertawa sebentar. “Kalau kamu bisa, ambil saja kembali apa yang kamu anggap kebahagiaan itu. Kalau nggak bisa, nggak usah teriak-teriak di depanku. Seharusnya? Seharusnya aku juga nona keluarga Siahaan. Tapi bagaimana cara kalian perlakukan aku? Awalnya banyak harta keluarga Siahaan yang seharusnya jadi milikku. Bukankah semua itu juga diambil orang tuamu?”“Sejak awal kamu dan mamamu yang bermimpi ingin menda
Bagian mana dari aktingnya yang tidak bagus sehingga menunjukkan celah? Giselle palsu merasa dia sudah melakukan yang terbaik.“Kenapa aku nggak punya aura nona dari keluarga kaya? Memangnya orang buta seperti kamu punya? Rosalina, sekalipun sekarang kamu bisa melihat lagi, di mataku kamu tetap si buta. Buta, buta!”“Kalaupun aku seperti tomboi, preman, itu semua juga karena kamu dan Jordan. Kalian berdua sudah monopoli harta keluarga Siahaan dan nggak mau kasih aku sepeser pun. Jordan bilang dia akan kasih aku 30 atau 40 juta per bulan, tapi kamu suruh dia kasih aku 6 juta saja. Beberapa waktu lalu aku menjalani operasi kecil. Jordan baru naikkan jadi 10 juta per bulan. Uang segitu bisa buat apa? Buat makan sekali dua kali saja sudah habis.”Rosalina tetap mengatakan hal yang sama, “Kamu punya tangan punya kaki, masih muda masih sehat. Kamu bisa cari kerja untuk hidupi dirimu sendiri. Kalau nggak bisa kerja yang susah, kamu bisa seperti kedua tantemu. Demi cari uang, jadi tukang bersi