Rosa menimpali, "Aku bisa memahami perasaan Pak Daniel. Tiba-tiba mengalami kecelakaan mobil, kedua kakinya terluka sampai nggak bisa berdiri. Wajar dia butuh waktu untuk menerima keadaannya. Dia masih termasuk yang beruntung, banyak orang yang situasinya lebih buruk dari dia, nggak bisa menerima kenyataan bahwa mereka menjadi cacat.""Waktu itu aku juga sama. Aku seperti berjalan keluar dari pintu kematian. Pas bangun, semua terasa gelap. Aku dengar suara tanteku. Aku tanya apa sudah malam, kenapa nggak menyalakan lampu."Mengingat masa-masa ketika dia baru kehilangan penglihatannya, Rosalina tampak tenang, seolah-olah dia sedang menceritakan kisah orang lain."Tanteku bilang masih siang, matahari sedang terik, nggak perlu menyalakan lampu. Nggak lama kemudian, tanteku sadar. Dia terkejut. Tante tanya berulang kali apa aku benar-benar nggak bisa melihat. Aku bilang aku nggak bisa lihat, semuanya gelap. Tanteku segera memanggil dokter ... Aku jadi buta. Tante memelukku sambil menangis.
Rosalina menarik kembali tangan yang sempat menutupi mulutnya. Dia segera bangkit seolah tidak terjadi apa-apa. Belum saja Rosalina sempat melangkah melewati kasir, pegawai toko yang tadi dia bicarakan masuk.Calvin dengan wajah tegang berjalan menjauh, melanjutkan kegiatannya menyiram bunga.Pegawai toko itu menyerahkan uang hasil penjualan bunga kepada Rosalina, lalu menoleh memandang Calvin yang baru saja lewat di sisinya. Setelah Calvin keluar dari toko dan menyiram bunga di luar, dia bertanya dengan suara rendah, “Bu, saya nggak melakukan kesalahan, ‘kan?”Rosalina menerima uang yang diberikan oleh pegawai toko tersebut, meraba-raba lembaran uang itu untuk memastikan tidak ada kesalahan, sambil mendengarkan pertanyaan dari pegawai itu, dia berkata, “Nggak, kok. Kalian nggak ada yang salah.”“Hah, lega. Saya kira saya salah apa. Barusan pas lewat di samping Pak Calvin, dia natap saya tajam sekali, Bu.”Pegawai itu merasa lega setelah memastikan dirinya tidak melakukan kesalahan.R
Spring Blossom berada di bagian pusat kota, tidak jauh dari Hotel Mambera. Rosalina dan Calvin pun segera sampai di Hotel Mambera.Jordan baru saja keluar dari hotel dengan tas di punggungnya. Tampaknya dia berencana pergi ke suatu tempat.Calvin segera turun dari mobil dan berkata kepada Rosalina, “Jordan mau pergi, aku tahan dia dulu. Kamu turun pelan-pelan dari mobil, hati-hati, ya.”“Oke, kamu cepat kejar dia. Aku bisa turun sendiri.”Rosalina sudah terbiasa naik mobil bersama Calvin dan sudah mengenal cara turun dari mobil Calvin tanpa tersandung.Calvin berjalan cepat menuju Jordan, yang sepertinya telah memesan taksi online terlebih dahulu. Jordan berjalan menuju sebuah mobil yang terparkir di depan hotel, membuka pintu mobil dan hendak masuk.“Jordan.”Jordan menoleh melihat Calvin yang berjalan mendekat, kemudian pandangannya beralih ke belakang Calvin. Jordan melihat kakaknya dengan tongkat, berjalan ke arah mereka.Kebetulan ada seseorang yang sedang keluar dari hotel dengan
Jordan juga mengerti, tindakan keluarga Ciugito dan keluarga Gunawan seperti yang berupaya menarik ayahnya keluar dari masalah ini adalah demi kepentingan mereka sendiri.Karena, setelah Rosalina mengambil alih dan memimpin Siahaan Group, keluarga Ciugito dan keluarga Gunawan tidak bisa lagi mendapatkan keuntungan.Sekarang rumah besar keluarga Siahaan juga dikendalikan oleh Rosalina. Kedua bibinya ingin kembali mencari keuntungan, tapi itu tidak mudah lagi.“Kakakmu sangat mandiri, dia nggak suka bergantung sama aku. Dia takut akan membebaniku. Di bawah pengawasanku, aku bisa pastikan dia aman. Apa pun yang ingin dia lakukan, aku selalu biarkan dia melakukannya sendiri.”Calvin berkata dengan suara lembut, “Aku yang menghubungi Dokter Dharma untuk memeriksa mata kakakmu, tapi kita juga harus bersiap untuk kemungkinan terburuknya. Kalau sampai Dokter Dharma bilang nggak ada harapan untuk pemulihan, maka itu berarti kakakmu, seumur hidupnya mungkin harus dihabiskan dalam kegelapan.”“Ro
Calvin mau memapahnya, tetapi Rosalina tidak membutuhkan bantuannya.Calvin berkata, “Kamu harus membiarkan aku menjagamu. Jangan sampai Jordan menuduhku nggak cukup perhatian dan nggak mampu menjagamu, sampai membiarkan kamu jalan sendiri.”“Dia khawatir kamu akan menabrak sesuatu atau jatuh kalau kamu nggak familier dengan jalannya.”Mendengar perkataannya, Rosalina pun membiarkan Calvin membantunya lagi. Dia berkata, “Jordan ternyata peduli dengan kakaknya ini.”“Kalian itu saudara kandung. Bagaimanapun juga, hubungan darah itu jauh lebih erat dari yang lainnya. Jordan tentu saja peduli padamu.”Rosalina berkata sambil berjalan, “Dia anak yang baik. Dia menghormatiku sebagai kakaknya sejak masih kecil. Orang tuanya juga melindunginya dengan sangat baik, nggak membiarkannya terkontaminasi oleh sifat jelek mereka mereka.”Di masa lalu, Rosalina selalu bersikap buruk pada adik laki-lakinya itu, tapi dia sebenarnya sangat menyayangi adiknya itu di dalam hatinya.Dulu, di keluarga Siahaa
Setelah terdiam sejenak, Rosalina berkata dengan lembut, “Jordan, Siahaan Group adalah perusahaan keluarga kita, keluarga Siahaan, jadi urusan perusahaan adalah urusan kita. Kalau kamu mau membantu, bantulah Kakak. Jangan lupa, kamu juga punya bagian di dalamnya.”“Nanti kalau sudah masuk sekolah, belajarlah dengan rajin dan jangan berpikir yang aneh-aneh. Kami orang dewasa akan mengurus semua urusan yang perlu diurus. Kamu juga jangan terlalu berhemat di sekolah. Kalau kurang uang, bilang sama Kakak. Kakak akan mentransfernya ke rekeningmu.”Jordan memandangi kakaknya lama sekali dan tiba-tiba bertanya, “Apa Kakak benar-benar bersedia memberiku bagian dari harta keluarga Siahaan?”Semua orang memberitahunya bahwa kalau Rosalina mengambil alih Siahaan Group, Rosalina pasti akan memonopoli perusahaan dan tidak akan membiarkannya ikut campur, apalagi berbagi harta dengannya. Itu karena Rosalina membenci orang tuanya.Bahkan meskipun ibunya juga ibu kakaknya.Namun, sikap ibunya terhadap
Calvin berdiri, membantu mengambil tongkat dan menyerahkannya ke tangan Rosalina, lalu membantu wanita itu berjalan pergi.Jordan berdiri dan melihat punggung kakaknya. Dia membuka mulutnya dan berbisik, “Kakak.”Entah Rosalina memang tidak mendengarnya, atau mendengarnya tapi tidak memedulikannya. Rosalina tidak berhenti atau bahkan menoleh ke belakang.Setelah beberapa saat, ketika Rosalina hendak keluar dari kafe itu, Jordan menarik kursi, segera mengejar kakaknya dan dan berteriak keras, “Kakak.”Kali ini, Rosalina berhenti.Namun, dia masih tidak berbalik badan.Semua orang di kafe memandangi mereka berdua.“Beli apa pun yang kamu butuhkan dan pesan tiket pesawatmu terlebih dahulu. Di hari kamu mau berangkat, Kakak akan menyuruh sopir untuk menjemputmu. Kalau kamu mau, kamu boleh pulang ke rumah. Tidak peduli kapan pun, rumah itu tetap rumahmu.Setelah mengatakan itu, Rosalina mengangkat kakinya dan berjalan lagi.“Kakak, aku minta maaf.” Jordan meminta maaf dengan suara besar.Di
“Kalau Kakak nggak mengurus perusahaan, apa kamu bisa mengelolanya? Apa kamu bisa mengurus bisnis sambil bersekolah? Nggak, ‘kan? Kamu nggak bisa mengurus perusahaan, jadi mereka akan dengan maju dan bilang ingin membantumu untuk mengurusnya.”“Apa menurutmu mereka akan mengembalikan perusahaan itu kepadamu setelah kamu menyerahkannya kepada mereka? Sekalipun dikembalikan kepadamu, yang akan dikembalikan hanya perusahaan yang sudah nggak ada nilainya.”Setelah mengatakan itu, Rosalina berkata lagi kepada Calvin, “Calvin, ayo pergi.”“Oke.” Calvin membantu tunangannya berjalan lagi dengan lembut. Mereka keluar dari kafe itu dan meninggalkan Jordan di sana.Jordan tidak mengejar lagi. Dia berdiri di sana, memperhatikan kakaknya pergi dengan perasaan bersalah.Setelah sekian lama, dia mengalihkan pandangannya, lalu kembali ke kursinya dengan frustrasi dan duduk di sana. Dia mengambil cangkir kopinya, menyesapnya, lalu meletakkan cangkirnya lagi. Dia tidak terlalu suka minum kopi.Dia meny
Olivia tersenyum, "Anak-anak memang seperti itu. Dalam hidup ini, masa yang paling bahagia dan tanpa beban adalah masa kanak-kanak. Saat mereka bertambah besar dan mulai bersekolah, mereka akan menghadapi tekanan belajar dan nggak bisa lagi sebebas dan seceria sekarang." Mulan mengangguk setuju. "Itu benar, aku bahkan ingin kembali ke masa kecil. Waktu masih jadi anak kecil, rasanya sangat menyenangkan." Saat kecil, dia adalah anak kesayangan di keluarganya. Semua orang memanjakannya, bahkan lebih bahagia dibandingkan anak angkat mereka. Liam harus belajar ilmu medis dan seni bela diri. Sementara sebelum masuk sekolah dasar, Mulan hanya bermain sepanjang waktu. Olivia berkata padanya, "Ucapanmu itu sebaiknya jangan terlalu keras, jangan sampai Yose mendengarnya. Nanti dia malah mengira kamu merasa nggak bahagia setelah menikah dengannya, lalu dia akan memikirkan berbagai cara untuk membuatmu senang." Mulan secara refleks menoleh ke arah Yose. Seolah memiliki telepati, lelaki itu j
Anak perempuan memang sangat menggemaskan. Anak perempuan juga lebih patuh dibandingkan anak laki-laki, tidak terlalu nakal. Ibu mertuanya berkata, “Bukannya bilang nggak mau punya anak kedua? Kalau mau lagi, sebaiknya tunggu beberapa tahun lagi. Nanti setelah Tiano masuk taman kanak-kanak, baru kalian coba punya anak kedua.” Dia tidak mempermasalahkan berapa banyak anak yang ingin dimiliki oleh menantunya. Tidak ikut campur, tidak mendesak mereka untuk memiliki anak. Anak-anaknya sudah dewasa, mereka punya pemikiran sendiri. Asalkan mereka tahu apa yang mereka lakukan, itu sudah cukup. Selama anak-anaknya merasa bahagia, dia tidak peduli apakah mereka menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, dan berapa banyak anak yang ingin mereka miliki.“Ya, sekarang belum saatnya memiliki anak lagi. Sekarang pun aku nggak ada waktu untuk hamil dan melahirkan,” kata Kellin. Dia teringat bahwa malam ini dia harus berangkat ke Mambera, menemani Setya ke Cianter. Setiap hari dia sibuk ke san
Kellin tersenyum dan berkata, "Archie, Tante Kelli nggak bisa menggendong kamu, duduk saja dulu dan mainkan mainanmu." Archie yang sudah mengulurkan tangan tetapi tidak digendong langsung tidak senang dan mulai berteriak ke arah Kellin. "Wah, sekarang kalau nggak digendong, sudah bisa protes, ya?" Kellin tertawa, lalu melepaskan satu tangan dan meraih pinggang Archie, menggendongnya juga. Begitu digendong, bocah itu melihat adiknya masih memegang mainan di tangannya. Dengan sikap dominan, dia langsung mengulurkan tangan untuk merebutnya. Audrey menggenggam erat mainannya, tidak membiarkan kakaknya merebutnya. Archie tetap berusaha merebut, tetapi Audrey lebih kuat. Dia menarik mainannya kembali dengan sekuat tenaga, lalu langsung mengayunkannya ke arah kakaknya. Archie yang terkena pukulan beberapa kali dengan mainan itu, langsung merengut, matanya memerah, bersiap untuk menangis keras-keras. "Bibi, cepat gendong Archie, dia mau menangis!" Kellin paling takut jika anak-anak menan
Di mata ibu mertuanya, Kellin mungkin terkenal suka menggigit orang dan yang paling sering digigitnya adalah anak kecil. Siapa suruh kulit bayi begitu halus dan lembut? Melihatnya saja sudah membuat orang ingin menggigit, dan kalau sudah tidak bisa menahan diri, ya benar-benar menggigit. Kellin pun mengikuti ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. "Ma, kapan guruku dan yang lainnya sampai?" "Mereka sudah datang. Yose dan adiknya keluar untuk menjemput mereka," jawab Wanita itu. Kellin mengangguk, lalu merasa lega saat melihat anaknya sudah berhenti menangis. Dia takut anaknya masih menangis saat gurunya masuk ke dalam rumah nanti. "Lain kali jangan sering-sering menggigit Tiano," ujar mertuanya."Kalau memang nggak bisa menahan diri, setidaknya jangan gigit terlalu keras. Kulit bayi masih lembut, meskipun hanya digigit pelan, tetap akan memerah cukup lama. Lagi pula, dia anakmu sendiri, apa kamu nggak kasihan sama dia? Sering menggigit seperti ini, seperti harimau saja." "Waktu hamil
Kellin tertawa kecil sambil mencubit lembut pipi anaknya, "Maunya selalu digendong. Siapa yang punya waktu untuk terus menggendongmu? Semua gara-gara papamu yang terlalu memanjakanmu, waktu di masa nifas selalu menggendongmu." Saat pertama kali menjadi ayah, setiap kali anaknya menangis, Jhon langsung menggendongnya. Akibatnya, Tiano jadi terbiasa digendong, sehingga begitu lepas dari pelukan orang dewasa, ia mudah terkejut dan menangis. "Belum lagi kakekmu juga sangat memanjakanmu. Dia yang paling menyayangimu." Tiano tersenyum pada ibunya. Melihat senyum anaknya, hati Kellin menjadi luluh. Dia pun mencium pipi anaknya yang halus. Merasa kulit anaknya begitu lembut, dia tidak tahan untuk menggigitnya sedikit. Menurutnya, dia menggigit dengan sangat pelan. Namun, sesaat kemudian, anaknya cemberut lalu menangis keras. "Dasar bocah, Mama cuma menggigitmu sedikit saja. Siapa suruh kulitmu begitu halus dan lembut? Mama jadi nggak bisa menahan diri. Lagipula Mama nggak menggigitmu denga
Kellin mengambil putranya yang terus menangis dari pelukan pengasuh dan bertanya, "Apa dia buang air?" "Nggak, baru saja diganti popoknya." "Dia juga baru saja makan, lalu kenapa menangis lagi? Ribut sekali, siang menangis, malam pun menangis. Nggak bisakah dia sedikit tenang?" Kellin menggendong putranya sambil menenangkannya, lalu bertanya kepada pengasuh, "Papanya di mana?" "Pak Jhon mungkin ada di tempat Pak Yose."Karena Dokter Panca dan beberapa tamu termasuk Olivia hari ini datang, maka Yose dan saudaranya tidak pergi ke kantor dan tetap di vila untuk menunggu para tetua. Kellin pun berkata kepada pengasuh, "Baiklah, aku akan membawanya bermain dengan kakak-kakaknya." Meskipun kakak-kakak Tiano juga masih anak-anak, mereka sering berkumpul dan saling menatap. Terkadang juga menangis bersama, tetapi lebih sering bermain bersama.Namun, karena Tiano lebih kecil beberapa bulan dari mereka, dia belum bisa duduk dan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Bocah itu tidak bisa
"Benar, Kakek Setya, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak masalah. Bagaimana kalau kami menemani Kakek jalan-jalan?" Aldi ikut menimpali perkataan ibunya. Bahkan Elang juga berkata, "Kakek, Tante Yuna benar. Sudah menunggu selama puluhan tahun, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak ada bedanya. Yang terpenting adalah kesehatanmu. Kellin mungkin akan tiba malam ini." "Sejak melahirkan, dia selalu ingin pergi ke luar. Katanya anaknya suka menangis dan rewel." Elang tertawa, "Tiano mirip sekali dengan Kellin saat kecil, suka menangis dan rewel." "Tapi kenapa aku ingat waktu Kellin kecil sangat mudah diurus?" Kenangan Setya tentang Kellin saat kecil berhenti pada usia dua atau tiga tahun. Pada usia itu, Kellin tidak banyak menangis dan sangat penurut. Ingatannya juga luar biasa, dia bisa mengingat segala sesuatu yang diajarkan kepadanya meskipun belum bisa menguasainya sepenuhnya. Setelah mengingatnya, dia akan mencerna dan memahaminya sendiri perlahan-lahan. Elang yang
Olivia merupakan menantu paling tua di keluarga Adhitama. Ibu kandung Olivia, Reni, adalah putri kedua dari kepala keluarga Gatara yang sebelumnya. Kelak, Odelina akan menjadi menantu keempat keluarga Lumanto. Perempuan itu memiliki status dan kedudukan yang sama dengan Olivia. Keluarga Sanjaya juga memiliki hubungan dengan keluarga Gatara karena Yuna, adalah putri sulung dari kepala keluarga Gatara sebelumnya. Oleh karena itu, keluarga Adhitama, keluarga Sanjaya, dan keluarga Lumanto adalah tiga keluarga yang bersedia dijaga hubungannya oleh Organisasi Lima Kaisar dalam jangka panjang. Semua ini berkat pengaruh Setya. Elang sebelumnya tidak memiliki hubungan dengan ketiga keluarga ini. Namun, setelah gurunya datang ke Mambera, dia telah menyelidiki semua keluarga besar di sana dan mengetahui bahwa empat keluarga tersebut menguasai Mambera. Umumnya, tidak ada yang berani menyinggung mereka. Para pemimpin dari empat keluarga besar itu juga mampu mengendalikan anggota keluarganya, me
“Dokter Panca bilang, dia akan mengatur agar Dokter Dharma datang dan menemani kita pergi ke Cianter,” kata Yuna. “Dengan adanya Dokter Dharma bersama kita, setidaknya kita bisa lebih tenang,” lanjutnya. Setya sudah sangat tua. Perjalanan jauh membuat semua orang khawatir dan takut jika sewaktu-waktu napasnya tersendat, dia akan langsung pergi begitu saja. Dengan kehadiran Dokter Dharma atau Dokter Panca, mereka bisa merasa lebih lega. “Dokter Dharma sering bepergian untuk mengobati orang. Kalau dia pergi selama beberapa hari, Olivia juga nggak akan curiga,” lanjut Yuna. “Kalau saja Olivia nggak sedang hamil, kami juga nggak perlu menyembunyikan ini darinya.” “Bayinya lebih penting, lebih baik kita merahasiakannya,” kata Setya, yang juga setuju untuk menyembunyikan ini dari Olivia. Apalagi setelah mengetahui bahwa Olivia baru bisa hamil setelah satu tahun menikah. Kehamilan ini tidak mudah baginya, ditambah lagi dengan tekanan besar yang dia hadapi. Jika perempuan itu tahu bahwa s