“Nggak.”“Mereka nggak pernah beri tahu aku strategi yang mereka diskusikan,” kata Rosalina dengan santai.Usai berkata, Rosalina mengambil tongkatnya. Setelah dia diusir oleh ibunya malam itu, tongkatnya tergeletak di kamar ibunya.Keesokan harinya, pelayan mengembalikan tongkat itu kepada Rosalina. Pelayan itu juga berkata pada Rosalina kalau dia menemukan tongkat itu di depan kamar Sinta. Rosalina menduga kalau ibunya telah membuang tongkatnya.Rosalina menyerahkan tongkat itu kepada Calvin. Pada awalnya, Calvin mengira Rosalina akan memukul kepalanya dengan tongkat. Secara naluriah dia mengulurkan tangan untuk menahan tongkat Rosalina. Namun, Rosalina melepaskan tongkatnya.Calvin baru sadar, ternyata perempuan itu menyerahkan tongkat itu kepadanya.“Ada bagian kosong di tongkatku, di dalamnya ada sebuah pena perekam suara,” ujar Rosalina dengan suara yang masih datar.Mata hitam Calvin berkedip sebentar, caranya menatap Rosalina akhirnya menjadi sedikit berbeda. Dia pun berhenti m
Karena Rosalina mencurigai ada sesuatu yang janggal dengan kematian ayahnya, mereka pun ingin membunuh Rosalina. Lagi pula, di rumah keluarga Siahaan, Rosalina seperti orang tak kasat mata. Sekalipun dia meninggal karena sakit, tidak akan ada yang menyelidiki kematian Rosalina.Kalau bukan karena tante Rosalina yang telah menikah dan pindah ke tempat jauh tiba-tiba pulang ke rumah, lalu menemukan Rosalina sakit parah dan mengantarnya ke rumah sakit, Rosalina pasti sudah mati di tangan ibu kandungnya sendiri sepuluh tahun yang lalu.Tentu saja, Calvin dan Rosalina juga percakapan Johan dan Sinta tentang meminta Calvin untuk bertanggung jawab terhadap Rosalina.Usai mendengar rekaman itu, Calvin menatap Rosalina tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sedangkan Rosalina sedang mengatupkan kedua tangannya dengan erat, terdiam cukup lama.Meski selama ini Rosalina memang mencurigai kematian ayahnya ada hubungannya dengan mereka, dia hanya bisa curiga karena tidak memiliki bukti.Namun, begitu
Calvin menatap mata Rosalina sesaat, lalu berkata, “Kak Olivia benar. Kalau kamu ingin mengumpulkan bukti, kamu harus sembuhkan matamu lebih dulu. Kamu serahkan saja padaku alat perekam ini, aku bantu kamu simpan dulu. Daripada nanti jatuh ke tangan mereka, bisa-bisa kamu kehilangan nyawamu.”“Terima kasih, Pak Calvin.”Rosalina tidak pernah berpikir untuk membawa kembali alat perekam itu. Seperti kata Calvin, kalau Rosalina membawa kembali alat perekam itu dan tidak menyimpannya dengan baik, bisa-bisa Rosalina kehilangan nyawanya.“Kalau mereka terus ingin memanfaatkan aku untuk menyelamatkan adikku, aku akan mengikuti rencana mereka. Apakah kamu keberatan?”Rosalina spontan memasang raut wajah tidak mengerti.“Apa maksud Pak Calvin dengan mengikuti rencana mereka?”“Papa tirimu ingin aku bertanggung jawab padamu, kan. Mereka mengira aku pasti nggak mau, dengan begitu mereka bisa mengajukan persyaratan padaku untuk menyelamatkan adikmu. Perhitungan mereka sangat bagus, tapi jawaban da
Roni melihat sekarang kehidupan Odelina menjadi lebih baik, kondisi mental perempuan itu pun pelan-pelan berubah. Roni merasa ingin menambahkan masalah untuk Odelina.Contohnya saja masalah kali ini. Sebenarnya Roni hanya ingin membeli baju untuk putranya. Tapi setelah diprovokasi Yenny, dia pun merasa Odelina sengaja tidak membiarkannya dekat dengan Russel, tidak membiarkannya bertemu dengan putranya sendiri.Oleh karena itu, Roni bersikeras ingin membawa Russel pergi mencoba baju. Odelina tidak setuju, maka dia akan bertengkar dengan Odelina.“Russel mana? Kamu sembunyikan Russel di mana?”Roni melihat ke sekeliling toko tapi tidak menemukan putranya di sana.“Kamu sembunyikan Russel di tempat Olivia?”Tidak, toko buku Olivia tidak buka selama dua hari terakhir. Roni sudah coba pergi ke toko buku itu.“Russel lagi di kelas, agak siang baru pulang.” Odelina berkata dengan acuh tak acuh, “Roni, aku nggak bermaksud menghalangi kamu bertemu dengan Russel. Kalau kamu benar-benar mau bawa
“Mama.”Russel yang memakai seragam dari guru seni bela dirinya berlari masuk ke dalam toko sambil memanggil ibunya.“Russel sudah pulang.”Odelina tersenyum dan memeluk putranya, “Bagaimana? Capek, nggak? Russel menangis, nggak?”Russel menggelengkan kepalanya, “Aku nggak menangis, tapi capek banget.”“Capek banget, ya. Mama cium Russel, habis itu Russel nggak capek lagi. Russel harus bertahan, ya.” Odelina takut putranya tidak bisa bertahan. Setelah mencium wajah putranya, Odelina menyemangati putranya untuk bertahan, jangan sampai mengecewakan Stefan.Russel merasa sangat lelah, dia juga tidak ingin pergi lagi. Namun, dia ingat dengan perkataan Stefan. Kalau Russel belajar ilmu bela diri, Russel tidak perlu takut pada orang jahat lagi. dia juga bisa melindungi ibunya. Russel ingin menjadi pria yang bisa melindungi ibunya.Setelah mendengar perkataan ibunya, Russel pun mengangguk dengan penuh semangat, “Mama, aku akan bertahan.”Dimas juga ikut masuk ke dalam toko.“Bu Odelina,” sapa
“Boleh saja kalau kamu mau. Kalau kamu nggak mau, kamu harus berani ngomong nggak mau.”Odelina tidak memaksa Russel, dia juga menghormati pilihan putranya itu.Russel memiringkan kepalanya dan menatap sang ayah. Setelah berpikir sejenak, dia bertanya, “Mama pergi, nggak?”“Pergi, dong. Waktu itu Papa sudah kasih undangan ke mamamu, kan?”Russel menjawab dengan kata oh, lalu mengangguk dan berkata, “Kalau begitu aku mau, Pa.”Roni langsung tersenyum lebar. Dia tahu putranya masih sayang padanya dan bersedia menjadi penabur bunga di pernikahannya nanti.“Kalau begitu kita pergi coba baju, yuk?”Russel menatap ibunya lagi. Roni tidak punya pilihan selain berkata kepada Odelina, “Kalau kamu ikut, ayo cepat.”Odelina tidak menggubrisnya. Dia memeriksa saklar listrik di toko dan memastikan gas sudah dimatikan lebih dulu. Setelah memastikan semuanya aman, dia meminta kedua karyawannya untuk pulang lebih dulu. Kemudian, Odelina berkata kepada Dimas, “Dimas, aku mau temani Russel pergi coba ba
Roni menyesal, sebenarnya dia sudah lama menyesali keputusannya. Sejak dia mempublikasikan hubungannya dan Yenny, dia baru menyadari kalau semuanya tidak seindah yang dia bayangkan. Roni pun sedikit menyesal.Apalagi keluarga Roni terus menentang dan berdebat dengan Yenny. Hal itu membuat Roni merasa sangat kesal. Makanya dia sangat menyesal.Begitu kekasih menjadi istri, ternyata semua sama saja. Selain itu, kalau saat itu Roni memperlakukan Odelina dengan baik, meminta Odelina menurunkan berat badan dan berdandan ketika sempat, istrinya tidak akan kalah dari kekasih gelapnya ....“Sayang, kenapa kamu melamun begitu?”Yenny mendapati Roni sedang melamun sambil melihat Odelina memarkirkan mobilnya. Dia pun menyenggol Roni dan memanggilnya.“Nggak apa-apa.”Roni tidak berani mengakui kalau dia sedang mengenang masa lalu dan menyesali keputusannya. Bisa-bisa Yenny bertengkar dengannya di jalan.Roni masih memiliki harga diri, dia tidak ingin bertengkar dengan perempuan di jalan. Apalagi
Russel berteriak sambil meronta, berusaha melepaskan diri dari pria itu. Dia bahkan menendang dan memukul pria itu. Sayangnya, tenaga kecil Russel sama sekali tidak terasa apa-apa bagi pria bertubuh tinggi itu. Semua usaha Russel sia-sia.Setelah mendapati tendangan dan pukulannya tidak berhasil, Russel tiba-tiba memukul mata pria berbaju hitam itu. Pukulannya kali ini langsung berhasil.Pukulan Russel di mata pria berbaju hitam itu mempengaruhi penglihatan pria itu. Dia seketika terhuyung-huyung, sehingga larinya tidak secepat sebelumnya.Melihat hal itu, Odelina langsung mengerahkan seluruh tenaga untuk mempercepat larinya. Dia terus berlari hingga jaraknya dan pria berbaju hitam itu semakin berkurang hingga tersisa sepuluh meter, lima meter, satu meter ....Pada saat pria berbaju hitam yang marah ingin membuat Russel pingsan, Odelina menerjang ke arah pria itu, lalu mendorong pria itu dengan badan sedangkan tangannya merebut kembali Russel dari pria itu. Akan tetapi, setelah Odelina
Jika bukan karena Sofia, mungkin Deddy tidak akan pernah melirik Patricia sedikit pun. Sofia, Sofia, apa-apa selalu saja karena Sofia!Patricia berpikir saat itu dia berencana untuk membunuh kakaknya adalah karena kebencian. Karena apa pun yang Patricia lakukan, orang lain akan selalu mengungkit nama Sofia. Dialah yang akan selalu dipuji karena sudah mendidik Patricia dengan baik.Patricia mengaku dia iri kepada kakaknya. Kakaknya jauh lebih baik darinya dalam segala hal. Hanya ada satu kekurangan yang kakaknya itu miliki, yaitu tubuh yang lemah dan sakit-sakitan.Setiap kali Patricia menemui kesulitan ketika diminta untuk mengerjakan pekerjaan kantor dan juga urusan keluarga yang tidak bisa dia selesaikan sendiri, begitu pulang ke rumah dan berbicara dengan kakaknya, kakaknya pasti akan mencarikan solusi. Patricia tinggal melakukan sesuai dengan arahan kakaknya , dan masalah pun terselesaikan dengan sempurna.Patricia memang tidak secerdas dan seberani kakaknya. Patricia minder merasa
Vandi beranjak dari kursinya dan langsung membalikkan badan. Patricia dapat melihat sosok tubuh Vandi saat dia membelakanginya. Sebenarnya, ketika dilihat dari belakang, Vandi adalah pria yang lumayan menarik. Tampangnya tidak dibilang jelek, dan banyak kepribadian yang dia miliki cocok dengan Felicia.Patricia mengalihkan pandangannya ke sebuah bingkai foto yang dia letakkan di salah satu sudut meja. Foto itu memperlihatkan potret satu keluarga lengkap setelah Felicia pulang. Di foto tersebut mereka berdua berdiri sebelahan, tetapi Felicia tidak menyentuhnya. Saat itu mereka berdua tidak ada bedanya dengan orang asing yang saling menjauhi satu sama lain. Namun Patricia berdiri menempel dan berusaha menggandeng tangan anaknya dengan penuh kasih sayang, seolah ingin memperlihatkan kalau mereka bisa berdamai dengan masa lalu.Cukup lama Patricia mengamati foto tersebut. Jari-jarinya meraba sosok Felicia dengan perlahan dan bergumam, “Felicia, kamu akan lebih bahagia dari aku.”Lalu Patri
Mengetahui Vandi pasti akan khawatir dengan keamanan Felicia, Patricia pun berkata, “Kamu jangan takut, obat ini nggak akan membahayakan nyawanya, paling cuma bikin dia pingsan selama beberapa hari saja. Begitu sadar, dia masih akan merasa kaki tangan lemas selama beberapa hari ke depan. Tenang saja, aku nggak mungkin meracuni anak perempuanku satu-satunya sampai mati.”Vandi lantas mengambil obat itu dan menyimpannya di dalam saku celananya. “Bu Patricia, obatnya kuterima, tapi aku nggak bisa berjanji akan menaruh obat ini ke dalam makanannya.”Jika Vandi tidak mengambil obat tersebut, Patricia pasti akan meminta orang lain untuk menaruh obat tersebut ke dalam makanannya. Dengan mengambil obat itu, Vandi bisa memastikan kandungan obatnya terlebih dahulu baru memutuskan apakah dia akan menggunakannya kepada Felicia.“Aku tahu Bu Patricia nggak berniat membunuh Felicia, tapi Felicia sudah dewasa. Dia punya pemikirannya sendiri, Bu Patricia nggak seharusnya membatasi dia. Kalau aku melak
“Sedikit demi sedikit dia bikin aku makin kecewa sama Fani, dan di kantor dia juga pelan-pelan mulai menunjukkan taringnya. Aku baru tahu kalau bakat terpendamnya sudah terbangun. Semua perempuan yang lahir di keluarga Gatara punya bakat alami dalam berbisnis, dan ditakdirkan untuk jadi wanita yang kuat. Setelah aku tahu dia ternyata seperti itu, aku masih tetapi memarahi dia untuk sementara waktu supaya nggak langsung terbongkar, sambil menunggu sampai dia mulai paham gimana cara kerja Gatara Group, baru aku kasih dia wewenang lebih. Begitu yang lain baru sadar, mereka sudah nggak bisa menindas Felicia lagi. Ya … mau gimanapun juga dia tetap anak kandungku. Aku menyesal nggak menyusui dan menggendong dia sekali pun. Aku ingin menebus kesalahanku, nggak peduli seperti apa sikap dia kepadaku, aku tetap tahan. Tapi kalau orang lain yang mengkhianatiku, di saat itu juga langsung kuhabisi dia.”Setelah mendengar semua perkataan Patricia yang sangat panjang itu, Vandi tidak mengatakan apa-a
Patricia sudah sejak awal sekali meminta mereka untuk memberikan seorang asisten serba bisa untuk membantu Felicia dalam menjalani pekerjaannya sehari-hari. Saat itu Patricia mengira Felicia adalah anak yang tidak berguna dan akan sulit untuk hidup mandiri, makanya dia sudah dari awal meminta mereka untuk mengirimkan seorang asisten.Namun siapa sangka, di hari ini dia malah menyerahkan nasib anaknya kepada Vandi.Apabila Felicia meninggalkan keluarga Gatara, menikah, dan menjalani kehidupan sehari-hari yang normal bersama Vandi, sepertinya itu bukan pilihan yang buruk. Mereka berdua sama-sama memiliki kelebihannya sendiri. Dengan saling membantu satu sama lain, mereka pasti bisa melewati hari-hari mereka kelak dengan baik, bahkan mungkin lebih baik lagi daripada yang sekarang.Selama bertahun-tahun Patricia mengemban tanggung jawab sebagai kepala keluarga Gatara, dia tentunya tahu betul seperti apa kondisi perusahaan mereka saat ini, dan apa saja intrik-intrik yang ada di dalamnya.Al
Patricia memanggil Vandi datang untuk mengobrol, tetapi mengapa rasanya dia malah terkesan mendorong Vandi untuk menikah dengan Felicia. Memangnya Patricia bisa mengatur hidupnya Felicia? Lagi pula Felicia hanya akan meniduri pria lain, bukan menikah dengannya. Kecuali jika Felicia sudah bukan lagi menjadi kepala keluarga Gatara dan mewarisi Gatara Group, maka dia boleh saja menikah.Vandi sebenarnya sudah bisa menebak apa yang terjadi mengingat-ingat apa saja yang akhir-akhir ini Patricia lakukan, hanya saja Vandi tidak mau mengungkapkannya. Tidak hanya Vandi dan Felicia saja, tetapi Odelina juga sama-sama terus memantau setiap aktivitas Patricia.Jadi, pada akhirnya siapa yang akan menang?Vandi tidak peduli dengan itu. Dia hanya melakukan apa pun yang Felicia minta. Apakah Patricia secepat itu melakukan persiapan apabila dia kalah? Sejujurnya Vandi merasa yang sudah pasti kalah dalam perselisihan ini adalah Patricia, tetapi dia tentu saja tidak berani megatakannya terang-terangan. D
Setelah terdiam sejenak, Patricia melanjutkan ucapannya. “Dia bakal jadi penerus Gatara Group. Dia harus melahirkan generasi baru untuk meneruskan garis keturunan. Kalau dia nggak punya suami, dia gimana bisa punya keturunan? Anak itu malah bisa-bisanya ngomong cari cowok one night stand dan mengandung anak cowok itu, nggak perlu repot-repot cari calon pasangan yang setia.”Singkat kata, Felicia ingin dibuahi oleh pria yang baru beberapa kali tidur dengannya dan membesarkan anaknya sendiri tanpa bantuan suami. Anak muda zaman sekarang memiliki pemikiran yang sangat berbeda dengan pendahulunya. Patricia meski sudah cukup lama menjadi kepala keluarga, dia masih tetap terikat dengan adat lama di mana perempuan harus menikah dan menjadi bagian dari keluarga suaminya. Dia tidak memiliki pemikiran yang lebih terbuka seperti Felicia.Dengan sangat berhati-hati Vandi menanggapi, “Bu Patricia, kami yang dikirim ke pusat pelatihan semuanya adalah yatim piatu. Kami nggak punya orang tua atau kaka
Felicia meminta Vandi untuk berangkat ke gedung kantor Gatara Group.Dengan rasa khawatir Vandi berkata, “Kalau aku pergi, kamu sendirian di sini. Aku nggak bisa tenang tinggalin kamu sendiri.”“Nggak tenang kenapa? Yang bisa membunuhku cuma mamaku. Papa dan kakak-kakakku memang mau aku mati, tapi nyali mereka terlalu kecil. Kalau mereka mau membunuhku secara terang-terangan, mereka nggak akan selamat. Odelina dan yang lain nggak mungkin melakukan itu, dan mamaku nggak akan membunuhku.”Felicia sangat yakin akan hal itu. Jika ibunya ingin membunuhnya, Felicia pasti sudah mati entah berapa kali sejak dulu.“Kalau begitu aku ke sana dulu. Kalau ada apa-apa telepon aku,” ujar Vandi.“Iya, cepat pergi.”Atas dorongan dari Felicia, Vandi pun berangkat ke kantor Gatara Group sesegera mungkin. Suasana hati Patricia sedang buruk-buruknya karena dua hari ini dia harus bekerja di kantor, bahkan di akhir pekan pun ada banyak karyawan yang harus lembur. Gedung kantor menyala dengan terang benderan
Setelah percakapan dengan ibunya berakhir, Felicia menatap ayah dan kakak-kakaknya, lalu berkata, “Aku sudah bilang ke Mama, kalian semua boleh pulang.”Cakra dan ketiga anaknya juga merasa canggung saat mendengar percakapan antara Felicia dan Patricia. Mereka sudah menduga Patricia akan meminta anaknya untuk berbaikan dengan para kakaknya, tetapi bagai minyak dan air, mereka tidak mungkin bisa bersatu. Ivan dan adik-adiknya yang memang sejak awal tidak memiliki kasih sayang kepada Felicia jadi makin membencinya. Kalau bukan karena kondisi keluarga yang sedang kritis, mereka mungkin akan mencari cara bagaimana mereka bisa menghabisi nyawa Felicia. Namun saat ini mereka tidak melakukannya karena membunuh Felicia sama dengan merugikan diri sendiri.Namun apa boleh buat, ini salah mereka sendiri yang tidak sanggup menolong diri sendiri seingga harus bergantung kepada Felicia. Mereka hanya bisa bersembunyi di belakang ibunya dan memuaskan hasrat pribadi dengan memanfaatkan Gatara Group.“F