“Kamu nggak tanya kenapa aku menyinggung orang?”Stefan menoleh dan menatap Olivia, lalu berkata, “Nggak usah tanya. Nggak peduli kenapa kamu menyinggung orang, aku akan selalu berpihak padamu.”Di mata Stefan, istrinya selalu benar.“Stefan, kamu begitu percaya padaku dan manjakan aku. Aku akan dibuat jadi manja sama kamu.”“Aku memang mau manjakan kamu, sampai hanya aku yang bisa menolerir kamu. Dengan begitu, kamu akan selalu jadi milikku. Nggak akan ada orang lain yang rebut istriku dariku.”Olivia tertawa lepas, “Selama orang itu tahu aku istrimu, siapa yang berani dekati aku?”Albert menyukai Olivia secara diam-diam selama beberapa tahun. Meski jelas-jelas dia tahu Olivia sudah menikah, dia tetap tidak menyerah. Dia bahkan berharap begitu pernikahan Olivia dan Stefan berakhir, Olivia mau menikah dengannya. Namun, begitu sang ibu memberi tahu Albert kalau suami Olivia adalah Stefan, tuan muda keluarga Adhitama, Albert pun menyerah sepenuhnya.Terakhir kali Albert mengambil kesempa
“Kalau Tante Yuna dengar kata-katamu itu, dia pasti akan pelototi kamu.”Stefan tertawa, “Tantemu selalu jadi orang yang tegas. Sejak dia pensiun, dia baru jadi lebih lembut. Kamu minta dia ajari kamu, latih kamu, kamu pasti akan tersiksa. Tapi, dia tantemu. Dia tegas demi kebaikanmu sendiri. Kalau kamu bisa atasi kesulitan dan pelajari banyak hal darinya, itu sudah cukup untuk kamu gunakan seumur hidup.”Olivia berjalan ke sofa dan duduk di sana. Stefan mengikuti istrinya. Dia berjongkok dan mengangkat kaki Olivia, lalu mulai memijatnya.Olivia ingin menghentikan Stefan dan berkata, “Kamu ini Tuan Muda Adhitama, CEO Adhitama Group.”“Di depanmu, aku hanya lakimu, suamimu. Istriku sudah siksa kakinya sepanjang malam pakai sepatu hak tinggi yang nggak disukainya demi aku. Aku mau kasih perhatian pada istriku. Kenapa nggak boleh?”Setelah mendengar kata-kata Stefan yang mendominasi sekaligus romantis, Olivia pun tidak menghentikan Stefan memijat kakinya.“Tadi aku ketemu Rosalina.”Stef
Stefan terdiam sejenak, lalu menjawab, “Aku sudah tahu. Tapi aku lebih percaya dengan mata dan perasaanku sendiri. Jadi itu alasan kenapa aku sembunyikan identitas aku dulu agar tahu orang seperti apa kamu.”“Dengan kepribadianmu, kamu nggak akan setuju menikah denganku kalau kamu nggak informasi tentang aku sampai detail. Setelah menikah, kamu masih curiga kalau aku perempuan matre yang ingin incar uangmu?”“Aku takut ada kesalahan dalam penyelidikan.”Olivia langsung kehilangan kata-kata.“Pernikahan hanya sekali seumur hidup. Perempuan takut menikah dengan pria yang salah. Kami para pria juga takut mendapatkan istri yang salah. Aku harus menghabiskan waktu bersamamu baru tahu orang seperti apa kamu. Kalau hasil penyelidikan hanya beberapa baris kesimpulan saja.”“Pernikahan hanya sekali seumur hidup. Sepertinya kita berdua terlalu tergesa-gesa,” kata Olivia. Dia menghela napas, lalu berkata lagi dengan nada bersyukur, “Untung saja, kita saling mencintai.”Jika waktu bisa diulang, Ol
“Banyak hal yang tersembunyi di dalam keluarga kaya. Mereka bisa melakukan apa saja demi keuntungan mereka sendiri. Hanya saja, orang luar nggak tahu. Tapi Oliv, kamu nggak perlu khawatir. Keluarga kami nggak seperti itu. Biar kasih uang banyak ke adik-adikku juga nggak akan ada yang mau ambil posisiku ini.”Olivia percaya dengan kata-kata Stefan. Dia telah bertemu beberapa kali dengan keluarga Stefan. Tidak peduli generasi yang lebih tua, atau adik-adiknya Stefan, mereka semua sangat baik. Satu-satunya orang yang sedikit berprasangka padanya dan tidak terlalu senang dengannya adalah ibu mertuanya. Namun, ibu mertuanya tidak pernah melakukan apa pun yang menyakiti Olivia.Pada saat Olivia marah pada Stefan, ibu mertuanya juga menemani sang nenek untuk meminta maaf pada Olivia. Ibu mertuanya itu tidak mengambil kesempatan untuk menyuruh Stefan menceraikan Olivia.Mungkin bagi ibu mertuanya, meski latar belakang menantu itu penting, perasaan dan kebahagiaan putranya jauh lebih penting.“
“Ke kamar ganti baju dulu, ya.”Usai berkata, Stefan hendak menggendong Olivia. Namun, Olivia menghentikannya.“Aku bukannya nggak bisa jalan sendiri.”Olivia berdiri dari sofa. Setelah dipijat Stefan, kakinya terasa jauh lebih enak.“Oliv, kamu nggak pernah beri aku kesempatan. Aku juga ingin latih kekuatan lengan. Aku jalan sambil gendong kamu, sekalian latih kekuatan lengan.”Olivia mencubit wajah Stefan dengan ringan, “Kamu sudah olahraga setiap hari, masih perlu gendong aku untuk latih kekuatan lengan? Ayo, siap-siap tidur.”“Aku siapkan air mandi untukmu.”Stefan tidak menggendong Olivia kembali ke kamar. Dia pun berjalan lebih dulu ke dalam kamar. Kemudian, dia menyiapkan air hangat untuk Olivia mandi. Selain itu, dia juga mengambil baju tidur untuk Olivia. Dia membiarkan Olivia mandi air hangat sehingga bisa tidur nyenyak.Setelah keluar dari kamar mandi, Olivia naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Stefan. Kemudian, dia teringat sesuatu. Dia pun mengangkat kepalanya da
“Suami Bu Sinta paling membela dan menutupi kesalahan anak istrinya. Semua orang tahu dia sangat sayang putra dan putrinya. Menantumu sudah buat putrinya malu di depan umum. Dia dan suaminya pasti benci banget sama menantumu. Bukankah itu akan datangkan masalah bagi keluarga Adhitama?”“Bu Dewi, kamu harus didik menantumu itu. Sekarang dia mewakili wajah keluarga Adhitama. Dia lahir di keluarga biasa, kedua orang tuanya sudah meninggal pula. Nggak ada yang didik dia, makanya sifatnya jadi liar begitu. Kalau kamu nggak didik dia, bagaimana dia bisa layak jadi menantu keluarga Adhitama?”Orang itu telah berbicara panjang lebar. Semua yang dia katakan merupakan keluhan tentang Olivia. Raut wajah Dewi menjadi muram ketika mendengarnya.Begitu Handi melihat raut wajah istrinya berubah drastis, dia pun bertanya, “Siapa yang telepon? Bilang apa dia?”Dewi tidak serta merta menjawab pertanyaan suaminya. Dia justru membantah orang yang di telepon dengan dingin, “Bu Wenny, apa hubungannya masala
“Giselle kasih obat ke minuman untuk kakaknya sendiri?”Handi pun merasa ngeri ketika mendengar hal itu.“Iya. Olivia sudah menyelamatkan Rosalina. Itu perbuatan baik. Tapi orang-orang jahat itu malah bilang Olivia suka ikut campur.”“Mereka juga bilang Olivia sudah menyinggung Bu Sinta dan Giselle, sedangkan suami Bu Sinta sangat membela anak istrinya. Memangnya kenapa? Dia bisa bela anak istrinya, aku juga bisa. Menantuku nggak takut menyinggung orang lain. Selama Olivia benar, aku tetap bantu dia sekalipun dia menyinggung semua orang di Kota Mambera.”“Bikin kesal saja. Mereka sengaja adu domba aku. Mereka ingin jadikan aku orang pertama yang menghancurkan keharmonisan keluarga Adhitama?”Handi spontan tertawa, “Istriku sangat pintar, nggak akan kemakan omongan mereka.”“Aku kesal begini, kamu masih saja tertawa. Olivia juga menantu kamu. Aku kasih tahu kamu, ya. Mulai sekarang kalau kamu dengar di luar sana ada yang bilang Olivia gadis kampung, nggak pengertian, suka ikut campur, k
Cuaca masih dingin. Giselle berendam dalam air es hampir sepanjang malam, sudah pasti kedinginan. Dia pun demam tinggi saat subuh. Sinta cepat-cepat menyuruh dokter keluarga mereka datang untuk memeriksa putrinya. Selesai diperiksa, dokter meresepkan obat untuk Giselle. Setelah menyuapi Giselle obat, Sinta terus berjaga di kamar Giselle.Setelah demam Giselle benar-benar mereda, Sinta baru merasa lega. Dia pun keluar dari kamar.“Rosalina mana? Dia nggak pulang tadi malam?”Pada saat Sinta menanyakan putri sulungnya, ekspresinya yang penuh kasih sayang terhadap Giselle barusan seketika menjadi ekspresi jijik. “Si buta itu nggak tahu dapat keberuntungan dari mana, sampai Amelia mau bantu dia. Gadis kampung itu juga bantu dia.”“Hanya gadis kampung yang nggak punya papa mama. Dia pikir dia sudah hebat sekarang? Kalau dia nggak ikut campur, Giselle nggak bakal sakit begini. Tangan gadis kampung itu cepat banget, seperti orang yang pernah belajar ilmu bela diri.”Sepasang suami istri itu t
Terlalu banyak cucu juga bukan hal yang baik.“Nggak, kok. Nenek nggak bilang apa-apa tentang kamu. Jangan selalu berpikiran buruk tentang Nenek, ya,” ujar Rosalina dengan maksud bercanda.Mendengar itu, Nene Sarah dengan sengaja meninggikan suaranya, “Rosalina, aku kasih tahu, nih. Calvin waktu kecil suka ngompol. Waktu umur dia lima tahun saja kadang-kadang masih suka ngompol. Dia selalu ngaku cari kamar mandi di mimpinya. Pas lagi nyari, begitu ketemu langsung pipis.”“Nenek!” sahut Calvin di telepon.Ya, baiklah. Di antara kakak beradik itu, memang Calvin yang paling sering mengompol. Yang lain pada umumnya sudah tidak mengompol lagi di usia mereka sudah bisa berbicara. Begitu mereka ke kamar mandi sebelum tidur, mereka akan tertidur lelap sampai hari mulai terang. Berbeda dengan Calvin,dia justru banyak minum menjelang tidur dan tidak ke kamar mandi. Makanya, dia sering terbangun di tengah malam untuk pipis. Namun bagaimanapun juga, Calvin baru berusia 5-6 tahun dan masih dianggap
Nenek Sarah tersenyum, lalu dia berkata, “Aku nggak peduli apa kata mereka. Toh cucuku ya milikku. Aku yang membesarkan mereka dari kecil, aku dan suamiku yang bersusah payah mendidik mereka dengan sepenuh hati. Aku yang paling tahu seperti apa sifat mereka, dan wanita seperti apa yang cocok dengan mereka. Aku cuma mau cucuku bahagia dan memberikan mereka istri yang pantas. Apa itu salah? Orang-orang bilang Olivia nggak pantas untuk Stefan. Mereka sering kali bertanya memangnya sudah berapa lama Olivia masuk ke keluarga Adhitama? Atau bertanya dengan kemampuan yang Olivia miliki, apa dia pantas untuk Stefan?”Sarah dari dulu memang lebih menyayangi Olivia. Dia melanjutkan, “Aku justru sangat berterima kasih sama Olivia karena dia mau menikah sama Stefan. Dengan sifat Stefan yang temperamental itu, bisa jadi dia nggak akan dapat pasangan seumur hidup. Bahkan para ahli juga pada bilang kalau Stefan dan Olivia itu memang ditakdirkan untuk jadi suami istri seumur hidup. Mereka mendapatkan
Tante Rida pernah berpesan kepada Rosalina. Andaikan Rosalina sungguh mencintai Calvin, maka terimalah cintanya. Jangan sampai Rosalina melewatkan kesempatan ini atau dialah yang akan menyesal nantinya.Setiap anak lelaki yang terlahir di keluarga Adhitama, entah di urutan yang keberapa pun, mereka sama-sama mendapatkan pendidikan yang setara. Cara mereka menyikapi hubungan asmara juga sama, yaitu fokus dengan pasangan masing-masing bahkan sampai ke tahap buta asmara. Mereka tidak akan jatuh cinta dengan mudah, tetapi sekali jatuh cinta, maka itu akan menjadi komitmen seumur hidup.“Aku bisa mengerti. Memang ini sudah risiko menjadi bagian dari keluarga yang dikenal banyak orang,” ujar Sarah, seraya menepuk punggung tangan Rosalina dengan kasih sayang.Rosalina tersenyum dan berkata, “Nek, yang aku bilang itu dulu. Sekarang aku sudah nggak merasa tertekan atau merasa minder lagi. Dulu aku merasa beruntung karena Calvin sudah memilih aku. Sekarang aku merasa aku pasti punya suatu kelebi
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan