Share

Bab 19.A

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-07-22 22:04:09

"Ikut aja, Pak, nanti juga Bapak tahu."

"Ya udah Bapak ganti baju dulu." Endang masuk ke kamar sementara Naura menunggu di luar, terlalu lama berada di dalam rumah itu membuat hatinya perih.

Kenangan kelam di masa kecil terus terbayang, ia sering dibentak oleh Rita, disuruh ini itu tanpa belas kasihan, jika sedikit saja melakukan kesalahan maka hukumannya lebih kejam.

Lain lagi dengan Dara, sebesar apapun kesalahannya Rita selalu memaafkan dan memaklumi.

Naura menunggu di teras, sesekali matanya melirik ke arah kerumunan ibu-ibu di rumah sebrang yang sedang membicarakan dirinya.

"Ayo, Ra." Pak Endang keluar

"Kalian mau ke mana?" tanya Rita menyusul dari dalam diikuti oleh Dara di belakangnya.

Naura tersenyum sinis." Jalan-jalan," jawabnya dengan jumawa.

Semenjak tahu kebusukan ibu sambungnya itu rasa hormat di hati Naura terhadap dirinya seolah lenyap.

"Sombong! Bapak diajak jalan-jalan sementara perempuan yang udah ngerawat kamu dari kecil ga diajak?" Dara tersenyum sinis.

"Anak dur
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 19.B

    "Kosim.""Dia adalah lelaki yang Bapak tuduh berselingkuh sama Ibu 'kan? lihatlah sampai saat ini baik Ibu atau Pak Kosim menjalani kehidupan masing-masing, kalau mereka selingkuh sudah sejak dulu mereka menikah," sergah Naura dengan puas.Endang lagi-lagi terdiam, rasa sesal mendadak hinggap di hatinya, ia mengaku Rita memang jauh berbeda dengan Endah.Wanita itu serakah, pemarah dan tidak sabaran, berbeda dengan Nendah yang murah senyum dan lemah lembut."Endang, saya dan Nendah tidak pernah memiliki hubungan apapun," ucap Pak Kosim, usianya memang lebih tua dari Endang."Dulu mantan istrimu itu memang suka meminta bantuanku untuk membawa Naura yang masih kecil ke rumah sakit, hubungan kami hanya sebatas itu ga lebih." Pak Kosim yang sudah renta membetulkan kacamatanya, kini ia beralih menatap Nendah di depan sana."Sebenarnya sejak dulu saya selalu meminta Nendah untuk membicarakan masalah ini baik-baik, tapi dia bilang kamunya ga mau, padahal saat itu aku sangat ingin memberikan p

    Last Updated : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 20.A

    Selama perjalanan Naura menahan emosi yang membuncah, ia tak ingin marah-marah di mobil angkutan umum dan menjadi tontonan orang-orang."Ma, Pak Anwar ga nganterin mobil?" tanya Naura pada mama mertuanya yang sedang nonton televisi."Engga, bukannya tadi pergi sama kamu?" Naura garuk-garuk kepala, bingung harus menjelaskan apa."Mobilnya dipinjem lagi?" tanya Bu Nisya.Naura mengangguk, sedangkan Bu Nisya mengembuskan napas kasar."Kebiasaan," gumam Bu Nisya "Si Feri itu terlalu baik sama Pak Anwar jadinya dia semena-mena, masa kamu pulang naik angkutan umum dia enak-enakan pakai mobil." Bu Nisya cemberut.Naura pun duduk di sebelah mertuanya itu."Yang buat aku makin kesel mobilnya itu dipakai anak Pak Anwar jalan-jalan sama pacarnya," ujar Naura, ia mencoba mendekatkan diri dengan mamanya yang masih misteri.Bu Nisya membulatkan mata. "Hah beneran mobilnya dipakai anak Pak Anwar jalan-jalan?" "Iya, nih aku kenal sama pacarnya anak Pak Anwar." Naura memperlihatkan status Poto Da

    Last Updated : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 20.B

    Sementara di sana Dara dan Alvin sedang sibuk memilih gaun pernikahan yang akan digelar tiga Minggu lagi, undangan pun sedang dicetak dan akan selesai beberapa hari lagi."Kebaya akad pengen yang itu ya, Mbak." Dara menunjuk sebuah kebaya yang begitu berkilau indah terpampang di sebuah manekin."Kalau yang itu khusus untuk paket dua puluh juta, Mbak." Wanita yang melayani Dara itu tersenyum manis."Kok gitu sih, Mbak, saya bayar lima belas juta masa gaunnya kaya gini, biasa aja." Dara merenggut protes.Sedangkan Alvin sedikit gelisah, pasalnya Pak Anwar ayahnya terus menelpon agar segera pulang membawa mobil milik majikannya."Yang, gimana dong? aku pengen kebaya yang itu buat akad, tapi katanya ga bisa harus ngambil paket dua puluh juta, kamu usaha lagi dong cari uang," cetus Data sambil menghampiri suaminya.Alvin pusing lalu mengusap wajah."Ya ampun, itu juga bagus, Yang, udahlah gunakan seadanya uang aja." Alvin berdecak."Tapi yang itu kebayanya biasa aja, kamu lihat dong payet

    Last Updated : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 21.A

    Warga sekitar membantu menolong dua pasang kekasih yang sedang kesakitan itu, diantara mereka ada yang memanggil polisi."Aduh sakiiit." Dara merintih dengan lirih, sementara Alvin masih berusaha diselamatkan warga karena sebelah kakinya terjepitUsai aparat keamanan itu datang Dara segera dibawa ke rumah sakit terdekat sedangkan Alvin masih berusaha dikeluarkan dari dalam mobil."Pak! Bapaak!" teriak Bu Rita sambil menghampiri suaminya yang baru pulang dari pasar.Tubuh wanita yang selalu dandan menor itu bergetar saat melangkahkan kedua kakinya."Kenapa sih, Bu?" "Barusan ada telepon katanya Dara kecelakaan, sekarang udah di UGD, ayo kita ke sana sekarang, Pak!" Bu Rita makin panik"Kok bisa kecelakaan sih? emang tadi Dara abis dari mana?" tanya Pak Endang sambil melangkah masuk hendak ganti baju."Abis cari baju pengantin, Pak, sama Alvin.""Pakai mobil?" Pak Endang langsung balik badan."Iyalah naik mobil Dara mana mau naik motor." Bu Rita mencebik."Mobil yang biasa dipake ke si

    Last Updated : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 21.B

    Pak Anwar dan istri yang baru saja datang tak bisa membendung tangisannya, kondisi putranya sangat mengkhawatirkan belum lagi ia mikirin soal mobil majikannya yang sudah pasti rusak parah.*Sementara di rumah Bu Nisya terus menelpon Pak Anwar, lama-lama emosinya bangkit karena supir keluarganya itu tak memberi kejelasan, dan tak kunjung pulang membawa mobil.Mau tak mau Pak Anwar pun mengangkat telepon majikannya itu meski rasa takut menyerbu hatinya."Iya Bu." "Halo Pak Anwar, kenapa telpon saya ga diangkat sih? Terus kamu bawa ke mana mobil Feri? Masa istrinya pulang naik angkutan umum, Pak Anwar ini gimana sih?""Terus kenapa mobil Feri harus dipakai jalan-jalan sama anak Pak Anwar? Jangan kira saya ga tahu apa-apa ya! Mantu saya pulang jalan kaki sementara anak Pak Anwar enak-enakan pakai mobilnya."Bu Nisya nyerocos meluapkan rasa kesal."Maaf, Bu." Pak Anwar hanya sanggup mengatakan itu."Maaf maaf, bawa pulang sekarang mobilnya, lain kali kalau habis pakai mobil langsung diba

    Last Updated : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 22.A

    Sepanjang malam Bu Rita merenung memikirkan keputusan putri bungsunya itu."Bu gimana keadaan Dara?" tanya Feli--anak sulung Bu Rita dari suami pertamanya--ia sudah menikah dan tinggal bersama suaminya."Udah mendingan sih, abis kuret barusan," jawab Bu Rita masih bingung."Jadi Dara keguguran? Ya bagus sih kalau gitu Ibu ga malu lagi 'kan?" timpal Sasya--anak kedua Bu Rita dengan suami pertamanya--ia pun sama sudah menikah dan tinggal dengan suaminya."Tapi Ibu bingung soal biaya rumah sakit Dara, Fel, Sya." Bu Rita memijat kening."Loh kok bingung? Bukannya calon suami Dara itu kaya, ya minta lah sama dia, ngapain Ibu bingung," celetuk Sasya, orangnya memang suka ceplas-ceplos.Bu Rita berdecak kesal sambil mendelik, ia belum berani mengatakan yang sebenarnya tentang usaha pacar Dara itu, bisa makin runyam jika mereka tahu."Heuh malah diem." Sasya merasa jengah lalu meninggalkan ibunya dan masuk ke ruangan tempat Dara dirawat, ruangan kelas satu.Dara mengerling malas melihat kedua

    Last Updated : 2022-07-23
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 22.B

    "Istri Bapak nelpon nih, pasti mau marahin aku, udah ya, Pak." Naura mendadak males."Udah rijek aja jangan diangkat," jawab Pak Endang."Tapi aku penasaran, Pak, istri Bapak ini entah mau minta apa lagi kali ini, udah dulu ya, Pak." Naura mematikan telpon secara sepihak membuat Pak Endang risau, takut jika istrinya itu akan melukai perasaan Naura lagi"Halo, Bu, ada apa?" tanya Naura dengan malas."Naura, kamu ini masih bernapas kan? adikmu kecelakaan tapi kamu diam-diam aja ga nongol kemari, Feli sama Sasya aja udah dateng," cerocos Bu Rita."Aku lagi sibuk ngurusin mobil yang udah dihancurin sama anak dan mantu Ibu, ga ada waktu." Naura menjawab dengan sinis.Tapi hati Bu Rita merasa panas merasa tak dihormati o oleh anak tirinya itu."Kamu sibuk ngurusin mobil tapi adikmu diabaikan?" tanya Bu Rita sedikit teriak."Terserah aku lah, lagian anak kesayangan Ibu itu ga pernah nganggap aku kakak 'kan?" Naura tersenyum sinis.Sementara Bu Rita mulai jengah."Gini aja, kalau kamu ga mau

    Last Updated : 2022-07-23
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 23.A

    Hari ini Feri menjemput istrinya pulang kuliah menggunakan motor, mata lelaki bermata coklat itu tertuju pada seorang wanita yang mengenakan jilbab warna ocean blue."Udah beres kuliahnya, Yang?" tanya Feri dengan dahi mengerenyit karena menahan teriknya panas matahari"Udah dong. Kamu mah ih bukannya jemput pakai mobil Papa, aku tuh masih males naik motor." Naura mencebik area intimnya masih merasakan sakitFeri terkekeh."Maaf maaf, mobilnya dipakai Papa, tar ya kita beli mobil lagi, biar kamu ga ngangkang." Naura mendelik. "Ngeselin."Mereka pun boncengan menuju suatu tempat, Naura bertanya dalam hati mau di bawa ke mana tapi males berucap karena takkan dijawab.Mereka akhirnya sampai di sebuah perumahan yang terkenal asri karena view tempat itu langsung ke pegunungan dan persawahan."Mas, kita ngapain ke sini? lihat-lihat rumah?" tanya Naura, matanya terpukau pada rumah-rumah bagus berjejeran rapi."Iya lah mau beli rumah masa mau beli cilok." Feri terkekeh, Naura menepuk suamin

    Last Updated : 2022-07-23

Latest chapter

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Tamat

    "Kecuali apa!" bentakku sambil menatapnya tajam."Loh, Sayang, kok kamu bentak-bentak Pak Bagas gitu? Ada apa?" tanya Mas Dari yang tiba-tiba datang dari arah belakang.Aku sudah tak tahan dengan semua ini, lantas berdiri dan menatap tajam wajah Bagas."Mas, lebih baik tolak bantuan dari lelaki ini!" telunjukku mengarah ke wajah Bagas.Lelaki itu sedikit panik dan ketakutan, ia pikir aku akan diam saja ditekan olehnya, jangankan menggertak mencoba membunuhnya saja aku berani.Ya, tepat dua tahun yang lalu Bagas mencoba melecehkanku di vilanya yang berada di puncak Bogor, mereka sengaja memberikan obat tidur pada ketiga temanku lalu dengan santainya menggodaku hingga berusaha melecehkanku di tempat itu.Namun, aku tak Sudi disentuh olehnya, saat itu aku melawan sekuat tenaga hingga berhasil memukul kepalanya dengan bangku, kepala Arvin berdarah, tetapi lelaki itu tak menyerah terus menyerangku untuk mengoyak diri iniHingga akhirnya aku kalap lalu menancapkan pisau daging ke perut dan

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 44

    Naura mematung dengan tangan mengepal erat, di dadanya ada amarah yang membuncah hebat.Ia benci embusan napas itu, ia juga benci seringai menjijikkan itu yang hampir merenggut kesuciannya beberapa tahun silam, andai Naura tak pandai bela diri tentu sekarang dirinya sudah menjadi sampah."Maaf sekali, Pak Burhan, sepertinya saya berubah pikiran.""Maksud Anda?" Pria berjas silver bernama Burhan itu mengerenyitkan dahinya."Ya, tanah ini tidak jadi saya jual, mohon maaf ya, Pak."Lelaki bernama Burhan itu melirik Naura dengan intens, lalu melirik kliennya yakni Bagas."Maaf kalau boleh tahu apa alasan Bu Naura membatalkan jual beli tanah ini? Bukankah sebelumnya kita sudah sepakat soal harga? Di depan kita sudah ada pembeli yang berani menawar dengan harga tinggi loh, Bu."Naura terdiam sejenak menatap lelaki bernama Bagas yang sangat ia benci setengah mati."Alasannya karena saya tidak menyukai dia." Naura menunjuk dada Bagas dengan tatapan dingin.Sontak saja Bu Nendah dan Pak Burhan

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 43

    "Pak Polisi?" Tenggorokan Dara tercekat.Bagaimana tak panik teman-teman yang digadang -gadangkan akan melindunginya malah hilang entah ke mana. Sekarang ia mendapati dirinya dalam keadaan mengkhawatirkan."Ini surat penangkapan Anda, saya harap Anda bisa diajak kerja sama." Polisi itu menyerahkan secarik kertas yang membuat Dara kian panik."Tapi ... saya ga bersalah kok, Pak polisi." "Ikut saja ke kantor ya. Ayo." Pimpinan aparat itu menyuruh bawahannya yang berjenis kelamin wanita agar membawa Dara."Sial!""Sial!"Ke mana Yopi, Clara dan yang lainnya? Lalu ada apa dengan tubuhku? Apa yang mereka lakukan semalam?Selama digiring pihak kepolisian Dara terus bertanya-tanya dalam hatinya, tiba-tiba ia langsung teringat Yopi.Apa jangan-jangan lelaki itu sudah menj*mah tubuhku? Kurang ajar kau Yopi, lihat saja nanti.Di ruang penyelidikan Dara terus di bombardir pertanyaan-pertanyaan yang membuat dirinya kehilangan konsentrasi karena pertanyaan tersebut hanya itu-itu saja dan dilontar

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42.B

    "Soal itu kami masih menyelidikinya Pak Feri jangan khawatir kita akan menemukan pelakunya secepat mungkin."Usai berbincang dengan aparat kepolisian jenazah Pak Bagus pun diperbolehkan pulang, seluruh keluarga besar Bu Nisya dan Pak Bagus datang kembali ke rumah itu.Mereka tak menyangka Pak Bagus akan meninggal dalam waktu berdekatan dengan istrinya, ada yang menganggap ini cinta sejati antara mereka ada juga yang menganggap karma."Fer, apa kamu melihat Dara?" tanya Farhan."Tidak, aku sudah menelpon Pak Endang mungkin dia di perjalanan sekarang," jawab Feri.Benar saja beberapa menit kemudian Pak Endang dan Bu Rita datang memakai pakaian serba hitam."Saya ikut berduka cita, Nak Feri," ucap Pak Endang."Terima kasih.""Oh ya mana anakmu si Dara itu? Kenapa dia ga ke sini?" tanya Jeni yang duduk di dekat suaminya.Saat ini jenazah Pak Bagus sedang dimandikan di belakang rumah.Pak Endang tak menjawab ia malah melirik istrinya."Mungkin sebentar lagi," jawab Bu Rita, karena sebenarn

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42.A

    "Hah!" Napas Dara terengah-engah melihat suaminya tergeletak di lantai dengan wajah penuh kesakitan, sedangkan dari dalam dadanya keluar darah dengan derasIa baru tersadar jika tindakannya barusan memang dikuasi setanDara beringsut mundur sambil menutup mulutnya, tubuh kurus itu bergetar ketakutan."Mas." Dara menggoncangkan tubuh suaminya menggunakan kaki.Tapi Pak Bagus tak bergerak, bahkan matanya melotot tanpa berkedip.Dara semakin panik, matanya liar melihat ke sekeliling ruangan, beruntung tak ada yang menyaksikan karena sanak saudara Bu Nisa telah pulang tadi malam.Perempuan itu pun mundur perlahan lalu pergi dengan berlari kencang, keluar dari perumahan itu baru ia bisa berhenti berlari karena napasnya terengah-engah."Ya Tuhan, apa Mas Bagus meninggal?" Seluruh tubuhnya bergetar hebat.Ia pun segera naik angkot lalu pulang ke rumah melewati ibunya yang sedang mengemas barang dagangan."Gimana, Ra? Pak Bagus ngasih uang?" tanya Dara.Bahkan ia lupa jika dompet suaminya ya

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42

    Dara melotot sambil melirik suaminya, tak menyangka Pak Bagus yang bucin bisa menuduh sekejam itu, ya walaupun tuduhan itu benar, pikir Dara."Apaan sih kamu ga jelas banget, aku mana ngerti begituan, jangan mentang-mentang istri kamu meninggal terus kamu merasa bersalah dan mencampakkan aku gitu aja ya, Mas." Dara berusaha memutar balikkan fakta."Seminggu yang lalu saya dirukiyah sama Feri dan saya muntah, setelah itu tiba-tiba aja rasa cinta saya ke kamu jadi hilang, itu apa artinya kalau kamu ga melet saya hah." "Apa?! Cuma masalah kaya gitu Mas berani nuduh aku." Dara tersenyum getir."Bilang aja nyesel nikah sama aku karena istri kamu udah meninggal sekarang, ga usah nuduh aku macam-macam karena Mas ga punya bukti." Dara masih tak ingin kalah Pak Bagus terdiam berdebat dengan anak ingusan memang takkan pernah menemukan titik penyelesaian."Saya ga nuduh kamu, tapi saat ini perasaan saya ke kamu udah ga ada, Dara, terus kamu mau kaya gimana?" Pak Bagus pasrah, sudah terlalu ban

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 41.A

    "Neng, kasian sekali ya Bu Nisya."Hari ini tepat setelah tujuh hari Bu Nisya pergi Naura pulang ke rumahnya dengan sang ibu, tak dapat dipungkiri menginap di sana membuatnya sedikit tak betah oleh sikap Jeni yang sering sekali menyindir."Nasibnya ga jauh beda sama Ibu, sama-sama ditinggalin suami.""Udah ah, Ibu jangan banyak pikiran sekarang istirahat ya.""Neng, kapan Ibu berhenti minum obat? Ibu udah sembuh kok."Naura menatap ibunya dengan tersenyum. "Iya Ibu udah sembuh, tapi minum obat juga harus karena yang suka Ibu minum itu vitamin bukan obat, aku juga suka minum vitamin kok ga hanya Ibu aja." Naura terpaksa berbohong"Oh gitu ya." Bu Nendah masih mikir."Udah istirahat."Setelah ibunya tertidur Naura segera menghampiri Feri di kamarnya."Perusahaan lagi pailit, Ra, uang buat menggaji karyawan dipakai Papa buat nikah kemarin.""Apa, jadi mahar satu milyar itu uang perusahaan?"Feri mengangguk.Bertahun-tahun menjadi karyawan ia faham betul jika perusahaan telat memberi gaji

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 40.B

    Bugh!Dara berhasil membuat Jeni terhuyung ke lantai dengan pukulannya, ia dan ibunya gegas masuk ke dalam rumah.Kebetulan di dalam ada Bu Nendah dan Naura yang sedang mempersiapkan acara tahlilan Bu Nisya."Rita," gumam Bu Nendah sambil mengehentikan aktifitasnya.Naura pun sontak melirik ke arah pandang ibunya."Naura, di mana Mas Bagus? Panggilin sana." Dengan pongah Dara memerintah."Ngapain kamu ke sini, Rita! Pergi sana! Ternyata bukan hanya kamu ya yang suka ngerebut suami orang tapi anakmu juga, emang ibu sama anak ga ada bedanya!" Hardik Bu Nendah.Jeni lah yang memberitahunya jika Dara adalah perusak rumah tangga Pak Bagus dan Bu Nisya."Jangan ikut campur! Kamu juga ngapain di sini sih? Sana balik ke rumah sakit jiwa," ejek Bu Rita tak mau kalah.Sementara Dara masih celingukan ke sekeliling ruangan mencari suaminya."Saya emang gila dan itu karena kamu sudah memisahkan saya dan Naura, dan saya sudah sembuh, saya doakan selanjutnya kamu atau anakmu ini yang gila," balas Bu

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 40.A

    Bu Rita yang sedang maskeran di kamarnya terlonjak kaget mendengar jeritan putri bungsunya, ia bergegas ke luar menemui Dara."Kamu kenapa sih?" "Ini, Bu, duit aku ilang semua." Dara masih sibuk mengecek ponsel berusaha menghubungi costumer servis bank."Kok bisa ilang? 'kan disimpan di ATM." "Aduh, Ibu, aku tuh kena tipu." Dara semakin panik."Kok bisa sih duit disimpan di bank ilang gitu aja," gumam Bu Rita yang minim pengetahuan."Gimana, Dara? Duitnya balik lagi 'kan setelah nelpon tukang banknya?""Ga tahu, pokoknya besok pagi aku diminta ke datang ke bank.""Aduuh gimana ini, Bu, mana duitku masih ada delapan ratus juta lagi di situ." Dara frustasi sambil mengacak rambutnya."Ya ampun! Kamu ini sarjana masa bisa ketipu sih, kamu itu 'kan pinter, Dara! Kok bisa ketipu!" teriak Bu Rita.Pak Endang yang tak tahan dengan suara bising di kamar sebelah pun beranjak menghampiri."Ada apaan sih? Malem-malem teriak?""Pak, duit Dara, Pak. Habis semua kena tipu."Pak Endang merenung sej

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status