Share

Bab 15.B

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-22 16:11:46

Bun Nani yang sedang membersihkan wajan pun tercenung sambil menatap keponakannya itu.

"Itu fitnah, Neng, sama sekali ga bener, bapakmu salah faham," ujar Bu Nani sambil menghela napas.

"Maksudnya" Naura semakin antusias, hatinya berdoa semoga tuduhan keji itu tak salah.

"Waktu itu bapakmu merantau kerja ke luar kota, dan ibumu di sini menunggu bapakmu pulang dua bulan sekali."

"Waktu kecil Eneng sering sakit bahkan sering bolak balik ke rumah sakit, ibumu sering minta bantuan Kang Kosim buat antar ke rumah sakit pakai mobil pickup-nya, dari situlah fitnah dimulai," ujar Bu Nani.

"Kang Kosim itu duda, dan hanya dia yang punya kendaraan di kampung ini waktu itu."

"Cuma itu aja, Bi? Masa cuma gara-gara itu Bapak salah faham," sahut Naura, hatinya mulai menyalahkan sang ayah.

'Andai bapak dan ibu tak bercerai mungkin masa kecilku bahagia, hidupku tak tertekan oleh perangai ibu' batin Naura bicara.

"Bukan, Neng. Puncaknya waktu Teh Nendah pulang dari rumah sakit malam-malam sama Kang Kosi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 16. A

    (FLASHBACK)"Semalam aku lihat Si Nendah istrimu sama si Kosim berduaan dalam mobil pickup, malam-malam di tengah hutan, hujan lebat pula, coba kamu pikir mereka berdua kira-kira ngapain kalau bukan berzina di tempat sepi."Telinga Endang memanas mendengar laporan dari perempuan itu."Kamu yakin, Rita, yang kamu lihat itu si Nendah?" tanya Endang lagi, amarah mulai naik ke ubun-ubunnya.Ia lelah bekerja sebagai tukang bangunan di kota, harusnya sang istri bisa setia di kampung sana, begitu fikirnya."Yakin sekali, Endang, kalau kamu ga percaya telpon si Juri, semalam aku dibonceng dia, dia juga sama-sama melihat si Nendah berduaan dalam mobil." Rita janda dua anak itu menyeringai sambil menempelkan ponsel jadul ke telinganya."Gitu ya? Ya sudah aku mau telpon si Juri dulu, terima kasih infonya ya, Rit.""Sama-sama, sebagai teman aku ga rela lihat kamu dikhianati di belakang, Dang." Nada suara Rita sengaja dibuat lembut.Dada Endang terasa sesak, jika saja tuduhan perselingkuhan itu be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 16.B

    "Kamu jangan bohong, Rita, aku ga mau salah paham lagi sama istriku." Endang berusaha membela walau hatinya sudah panas."Aku ga bohong, kalau ga percaya silakan telpon tetangga Kang Kosim, mereka pada lihat kok."Begitu telpon terputus Endang langsung menelpon Bu Tarni, hanya nomor wanita itu yang dimiliki Endang, kebetulan rumah wanita itu berdekatan dengan Kosim."Iya bener, Endang, kemarin istrimu memang ke rumah si Kosim sendirian lagi, mereka juga sering jalan bareng, alasannya nganter ke rumah sakit, ga tahu setelah itu mereka jalan ke mana lagi," ujar Bu Tarni yang memang dasarnya tukang gosip.Jelas saja Endang meradang, keesokan harinya ia memilih mengabaikan pekerjaan dan pulang ke rumah hendak menumpahkan amarah."Aku ke rumah Kang Kosim cuma nganterin uang ongkos aja, Kang, cuma sebentar abis itu pulang lagi, kamu jangan dengerin apa kata orang dong." Nendah membela diri usai suaminya marah-marah begitu datang ke rumah."Halaah, semua tetangga di sana udah risih lihat sik

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 17. A

    (MASIH FLASHBACK)Dengan penuh semangat Rita selalu datang ke rumah orang tua Endang, bahkan ia rela pinjam uang ke saudaranya demi untuk membawakan makanan juga mainan untuk Naura."Saya kasihan sama Naura, Bu, masih kecil harus jauh dari ibunya," ucap Rita sambil meletakkan Naura kecil di pangkuannya."Gimana lagi, Neng, ibunya ga bener lebih baik diurus kami di sini."Rita tersenyum tipis mendengar ibunya Endang menjelekkan saingannya itu."Saya sama Endang satu nasib, Bu, sama-sama di khianati," ujar Rita pura-pura sedih."Sabar, insyaallah lepas ini kalian dapat pasangan yang lebih baik." Ibunya Endang tersenyum, ia mulai suka pada Rita yang terlihat menyayangi Naura kecil.Sementara Nendah masih dilanda penderitaan siang malam, ke sana kemari ia mencari Naura tapi tak berhasil ditemukan."Aku harus cari Naura ke mana lagi, Bu?" Isakan Nendah terdengar pilu."Ibu juga bingung, bisa aja si Endang bawa anakmu ke Jakarta," sahut ibunya Nendah menduga."Mana mungkin, Bu, masa Naura y

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 17.B

    Namun, sayang di jalan yang menanjak Rita berhasil menjambak kerudung Nendah yang lebar hingga Nendah tak bisa lagi melarikan diri."Hei kembalikan anakku!" teriak Rita.Warga yang lain menyusul dan berkerumun melihat aksi penculikan itu."Aku Nendah! Bukan culik! Aku mau mengambil anakku! Apa itu salah hah?!" teriak Nendah sambil terus mendekap tubuh putrinya.Mata Rita melebar, ternyata wanita yang menjadi saingannya itu bisa berbuat licik juga."Tapi Kang Endang melarang kamu membawa Naura! Sini kembalikan!" teriak Lina dari belakang.Seketika Rita bahagia mendapat dukungan dari calon adik iparnya."Memangnya kenapa hah?! Aku ibunya, berhak membawa dia!""Ibu macam apa kamu yang suka selingkuh membawa anak, kamu jadikan anakmu ini tameng untuk menutupi kebusukanmu!" Lina menunjuk wajah Nendah dengan bengis."Itu fitnah! Aku ga pernah selingkuh!" teriak Nendah, ia berusaha meneruskan langkah sambil menggendong anaknya, ia begitu rindu pada putri satu-satunya itu."Hei berhenti! Kem

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 18.A

    Mata Naura terus berair kala membawa ibunya menggunakan mobil, di sampingnya Nendah diam terpaku dengan tatapan kosong Sungguh ia rindu pelukan tulus seorang ibu. Namun, nyatanya rasa rindu itu tak pernah berbalas saat sang ibu enggan menatap wajahnya.Teringat cerita-cerita yang keluar dari mulut Bu Nani tentang ibunya, membuat Naura merasa sedih, fitnah perempuan yang bernama Rita, benar-benar membuat keduanya menderita.'Aku akan membuatmu merasakan apa yang aku dan ibu rasakan, Bu,' gumam Naura dalam hati, ia sungguh benci pada perempuan yang mengaku sebagai ibunya itu.Perjalanan yang sangat jauh akhirnya berakhir di depan sebuah bangunan yang begitu luas, sebuah yayasan khusus untuk pasien yang menderita gangguan jiwa.Karena sebelumnya Naura dan Feri sudah ada janji dengan petugas di sana, mereka langsung masuk begitu saja tanpa harus banyak tanya.Nendah di periksa oleh dokter di dalam, sementara Feri dan Naura menunggu di luar."Gimana ibu saya, Dok?" tanya Naura begitu seor

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 18.B

    Dara yang mendengar itu langsung melotot, siapa juga yang mau nikah sama tukang cilok, kalau tak ada anak yang kukandung sudah kutinggalkan lelaki itu, fikir Dara."Lagian cicilan perbulannya cuma sejuta dua ratus kok, Pak, dalam jangka waktu tiga tahun, lagian ini buat acara nikahan anakmu loh, bukan orang lain, jangan perhitungan lah," sanggah Bu Rita."Kamu itu ya, Bu, terus saja manjakan Dara, sekalipun keinginannya melampaui batas tetap kamu turuti, coba jadi ibu tuh yang bijak!""Sekarang kamu pikir gimana caranya kita bayar cicilan perbulannya, bukankah tiap bulan kamu ngeluh kekurangan uang?" Endang menatap sang istri dengan nyalang."Ya itu urusanmu, Pak, makanya jualan tuh yang bener, pakai penglaris kaya orang-orang, hari gini kalau jualan ga pakai penglaris ya ga dapat duit," sahut Bu Rita "Astaghfirullah! Pakai penglaris itu perbuatan syirik, Bu! Kamu mau selamanya kekal di neraka? otakmu makin hari makin ga waras!" Pak Endang buang muka."Bapak ga mau tahu ya, Bu, kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 19.A

    "Ikut aja, Pak, nanti juga Bapak tahu.""Ya udah Bapak ganti baju dulu." Endang masuk ke kamar sementara Naura menunggu di luar, terlalu lama berada di dalam rumah itu membuat hatinya perih.Kenangan kelam di masa kecil terus terbayang, ia sering dibentak oleh Rita, disuruh ini itu tanpa belas kasihan, jika sedikit saja melakukan kesalahan maka hukumannya lebih kejam.Lain lagi dengan Dara, sebesar apapun kesalahannya Rita selalu memaafkan dan memaklumi.Naura menunggu di teras, sesekali matanya melirik ke arah kerumunan ibu-ibu di rumah sebrang yang sedang membicarakan dirinya."Ayo, Ra." Pak Endang keluar "Kalian mau ke mana?" tanya Rita menyusul dari dalam diikuti oleh Dara di belakangnya.Naura tersenyum sinis." Jalan-jalan," jawabnya dengan jumawa.Semenjak tahu kebusukan ibu sambungnya itu rasa hormat di hati Naura terhadap dirinya seolah lenyap."Sombong! Bapak diajak jalan-jalan sementara perempuan yang udah ngerawat kamu dari kecil ga diajak?" Dara tersenyum sinis."Anak dur

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 19.B

    "Kosim.""Dia adalah lelaki yang Bapak tuduh berselingkuh sama Ibu 'kan? lihatlah sampai saat ini baik Ibu atau Pak Kosim menjalani kehidupan masing-masing, kalau mereka selingkuh sudah sejak dulu mereka menikah," sergah Naura dengan puas.Endang lagi-lagi terdiam, rasa sesal mendadak hinggap di hatinya, ia mengaku Rita memang jauh berbeda dengan Endah.Wanita itu serakah, pemarah dan tidak sabaran, berbeda dengan Nendah yang murah senyum dan lemah lembut."Endang, saya dan Nendah tidak pernah memiliki hubungan apapun," ucap Pak Kosim, usianya memang lebih tua dari Endang."Dulu mantan istrimu itu memang suka meminta bantuanku untuk membawa Naura yang masih kecil ke rumah sakit, hubungan kami hanya sebatas itu ga lebih." Pak Kosim yang sudah renta membetulkan kacamatanya, kini ia beralih menatap Nendah di depan sana."Sebenarnya sejak dulu saya selalu meminta Nendah untuk membicarakan masalah ini baik-baik, tapi dia bilang kamunya ga mau, padahal saat itu aku sangat ingin memberikan p

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22

Bab terbaru

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Tamat

    "Kecuali apa!" bentakku sambil menatapnya tajam."Loh, Sayang, kok kamu bentak-bentak Pak Bagas gitu? Ada apa?" tanya Mas Dari yang tiba-tiba datang dari arah belakang.Aku sudah tak tahan dengan semua ini, lantas berdiri dan menatap tajam wajah Bagas."Mas, lebih baik tolak bantuan dari lelaki ini!" telunjukku mengarah ke wajah Bagas.Lelaki itu sedikit panik dan ketakutan, ia pikir aku akan diam saja ditekan olehnya, jangankan menggertak mencoba membunuhnya saja aku berani.Ya, tepat dua tahun yang lalu Bagas mencoba melecehkanku di vilanya yang berada di puncak Bogor, mereka sengaja memberikan obat tidur pada ketiga temanku lalu dengan santainya menggodaku hingga berusaha melecehkanku di tempat itu.Namun, aku tak Sudi disentuh olehnya, saat itu aku melawan sekuat tenaga hingga berhasil memukul kepalanya dengan bangku, kepala Arvin berdarah, tetapi lelaki itu tak menyerah terus menyerangku untuk mengoyak diri iniHingga akhirnya aku kalap lalu menancapkan pisau daging ke perut dan

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 44

    Naura mematung dengan tangan mengepal erat, di dadanya ada amarah yang membuncah hebat.Ia benci embusan napas itu, ia juga benci seringai menjijikkan itu yang hampir merenggut kesuciannya beberapa tahun silam, andai Naura tak pandai bela diri tentu sekarang dirinya sudah menjadi sampah."Maaf sekali, Pak Burhan, sepertinya saya berubah pikiran.""Maksud Anda?" Pria berjas silver bernama Burhan itu mengerenyitkan dahinya."Ya, tanah ini tidak jadi saya jual, mohon maaf ya, Pak."Lelaki bernama Burhan itu melirik Naura dengan intens, lalu melirik kliennya yakni Bagas."Maaf kalau boleh tahu apa alasan Bu Naura membatalkan jual beli tanah ini? Bukankah sebelumnya kita sudah sepakat soal harga? Di depan kita sudah ada pembeli yang berani menawar dengan harga tinggi loh, Bu."Naura terdiam sejenak menatap lelaki bernama Bagas yang sangat ia benci setengah mati."Alasannya karena saya tidak menyukai dia." Naura menunjuk dada Bagas dengan tatapan dingin.Sontak saja Bu Nendah dan Pak Burhan

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 43

    "Pak Polisi?" Tenggorokan Dara tercekat.Bagaimana tak panik teman-teman yang digadang -gadangkan akan melindunginya malah hilang entah ke mana. Sekarang ia mendapati dirinya dalam keadaan mengkhawatirkan."Ini surat penangkapan Anda, saya harap Anda bisa diajak kerja sama." Polisi itu menyerahkan secarik kertas yang membuat Dara kian panik."Tapi ... saya ga bersalah kok, Pak polisi." "Ikut saja ke kantor ya. Ayo." Pimpinan aparat itu menyuruh bawahannya yang berjenis kelamin wanita agar membawa Dara."Sial!""Sial!"Ke mana Yopi, Clara dan yang lainnya? Lalu ada apa dengan tubuhku? Apa yang mereka lakukan semalam?Selama digiring pihak kepolisian Dara terus bertanya-tanya dalam hatinya, tiba-tiba ia langsung teringat Yopi.Apa jangan-jangan lelaki itu sudah menj*mah tubuhku? Kurang ajar kau Yopi, lihat saja nanti.Di ruang penyelidikan Dara terus di bombardir pertanyaan-pertanyaan yang membuat dirinya kehilangan konsentrasi karena pertanyaan tersebut hanya itu-itu saja dan dilontar

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42.B

    "Soal itu kami masih menyelidikinya Pak Feri jangan khawatir kita akan menemukan pelakunya secepat mungkin."Usai berbincang dengan aparat kepolisian jenazah Pak Bagus pun diperbolehkan pulang, seluruh keluarga besar Bu Nisya dan Pak Bagus datang kembali ke rumah itu.Mereka tak menyangka Pak Bagus akan meninggal dalam waktu berdekatan dengan istrinya, ada yang menganggap ini cinta sejati antara mereka ada juga yang menganggap karma."Fer, apa kamu melihat Dara?" tanya Farhan."Tidak, aku sudah menelpon Pak Endang mungkin dia di perjalanan sekarang," jawab Feri.Benar saja beberapa menit kemudian Pak Endang dan Bu Rita datang memakai pakaian serba hitam."Saya ikut berduka cita, Nak Feri," ucap Pak Endang."Terima kasih.""Oh ya mana anakmu si Dara itu? Kenapa dia ga ke sini?" tanya Jeni yang duduk di dekat suaminya.Saat ini jenazah Pak Bagus sedang dimandikan di belakang rumah.Pak Endang tak menjawab ia malah melirik istrinya."Mungkin sebentar lagi," jawab Bu Rita, karena sebenarn

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42.A

    "Hah!" Napas Dara terengah-engah melihat suaminya tergeletak di lantai dengan wajah penuh kesakitan, sedangkan dari dalam dadanya keluar darah dengan derasIa baru tersadar jika tindakannya barusan memang dikuasi setanDara beringsut mundur sambil menutup mulutnya, tubuh kurus itu bergetar ketakutan."Mas." Dara menggoncangkan tubuh suaminya menggunakan kaki.Tapi Pak Bagus tak bergerak, bahkan matanya melotot tanpa berkedip.Dara semakin panik, matanya liar melihat ke sekeliling ruangan, beruntung tak ada yang menyaksikan karena sanak saudara Bu Nisa telah pulang tadi malam.Perempuan itu pun mundur perlahan lalu pergi dengan berlari kencang, keluar dari perumahan itu baru ia bisa berhenti berlari karena napasnya terengah-engah."Ya Tuhan, apa Mas Bagus meninggal?" Seluruh tubuhnya bergetar hebat.Ia pun segera naik angkot lalu pulang ke rumah melewati ibunya yang sedang mengemas barang dagangan."Gimana, Ra? Pak Bagus ngasih uang?" tanya Dara.Bahkan ia lupa jika dompet suaminya ya

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42

    Dara melotot sambil melirik suaminya, tak menyangka Pak Bagus yang bucin bisa menuduh sekejam itu, ya walaupun tuduhan itu benar, pikir Dara."Apaan sih kamu ga jelas banget, aku mana ngerti begituan, jangan mentang-mentang istri kamu meninggal terus kamu merasa bersalah dan mencampakkan aku gitu aja ya, Mas." Dara berusaha memutar balikkan fakta."Seminggu yang lalu saya dirukiyah sama Feri dan saya muntah, setelah itu tiba-tiba aja rasa cinta saya ke kamu jadi hilang, itu apa artinya kalau kamu ga melet saya hah." "Apa?! Cuma masalah kaya gitu Mas berani nuduh aku." Dara tersenyum getir."Bilang aja nyesel nikah sama aku karena istri kamu udah meninggal sekarang, ga usah nuduh aku macam-macam karena Mas ga punya bukti." Dara masih tak ingin kalah Pak Bagus terdiam berdebat dengan anak ingusan memang takkan pernah menemukan titik penyelesaian."Saya ga nuduh kamu, tapi saat ini perasaan saya ke kamu udah ga ada, Dara, terus kamu mau kaya gimana?" Pak Bagus pasrah, sudah terlalu ban

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 41.A

    "Neng, kasian sekali ya Bu Nisya."Hari ini tepat setelah tujuh hari Bu Nisya pergi Naura pulang ke rumahnya dengan sang ibu, tak dapat dipungkiri menginap di sana membuatnya sedikit tak betah oleh sikap Jeni yang sering sekali menyindir."Nasibnya ga jauh beda sama Ibu, sama-sama ditinggalin suami.""Udah ah, Ibu jangan banyak pikiran sekarang istirahat ya.""Neng, kapan Ibu berhenti minum obat? Ibu udah sembuh kok."Naura menatap ibunya dengan tersenyum. "Iya Ibu udah sembuh, tapi minum obat juga harus karena yang suka Ibu minum itu vitamin bukan obat, aku juga suka minum vitamin kok ga hanya Ibu aja." Naura terpaksa berbohong"Oh gitu ya." Bu Nendah masih mikir."Udah istirahat."Setelah ibunya tertidur Naura segera menghampiri Feri di kamarnya."Perusahaan lagi pailit, Ra, uang buat menggaji karyawan dipakai Papa buat nikah kemarin.""Apa, jadi mahar satu milyar itu uang perusahaan?"Feri mengangguk.Bertahun-tahun menjadi karyawan ia faham betul jika perusahaan telat memberi gaji

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 40.B

    Bugh!Dara berhasil membuat Jeni terhuyung ke lantai dengan pukulannya, ia dan ibunya gegas masuk ke dalam rumah.Kebetulan di dalam ada Bu Nendah dan Naura yang sedang mempersiapkan acara tahlilan Bu Nisya."Rita," gumam Bu Nendah sambil mengehentikan aktifitasnya.Naura pun sontak melirik ke arah pandang ibunya."Naura, di mana Mas Bagus? Panggilin sana." Dengan pongah Dara memerintah."Ngapain kamu ke sini, Rita! Pergi sana! Ternyata bukan hanya kamu ya yang suka ngerebut suami orang tapi anakmu juga, emang ibu sama anak ga ada bedanya!" Hardik Bu Nendah.Jeni lah yang memberitahunya jika Dara adalah perusak rumah tangga Pak Bagus dan Bu Nisya."Jangan ikut campur! Kamu juga ngapain di sini sih? Sana balik ke rumah sakit jiwa," ejek Bu Rita tak mau kalah.Sementara Dara masih celingukan ke sekeliling ruangan mencari suaminya."Saya emang gila dan itu karena kamu sudah memisahkan saya dan Naura, dan saya sudah sembuh, saya doakan selanjutnya kamu atau anakmu ini yang gila," balas Bu

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 40.A

    Bu Rita yang sedang maskeran di kamarnya terlonjak kaget mendengar jeritan putri bungsunya, ia bergegas ke luar menemui Dara."Kamu kenapa sih?" "Ini, Bu, duit aku ilang semua." Dara masih sibuk mengecek ponsel berusaha menghubungi costumer servis bank."Kok bisa ilang? 'kan disimpan di ATM." "Aduh, Ibu, aku tuh kena tipu." Dara semakin panik."Kok bisa sih duit disimpan di bank ilang gitu aja," gumam Bu Rita yang minim pengetahuan."Gimana, Dara? Duitnya balik lagi 'kan setelah nelpon tukang banknya?""Ga tahu, pokoknya besok pagi aku diminta ke datang ke bank.""Aduuh gimana ini, Bu, mana duitku masih ada delapan ratus juta lagi di situ." Dara frustasi sambil mengacak rambutnya."Ya ampun! Kamu ini sarjana masa bisa ketipu sih, kamu itu 'kan pinter, Dara! Kok bisa ketipu!" teriak Bu Rita.Pak Endang yang tak tahan dengan suara bising di kamar sebelah pun beranjak menghampiri."Ada apaan sih? Malem-malem teriak?""Pak, duit Dara, Pak. Habis semua kena tipu."Pak Endang merenung sej

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status