"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian.
"Kami membutuhkan bantuanmu." jawab Criss singkat.
"Aku akan terus mengambil cuti libur," ucap Diki cetus.
"Mari kita bicara tentang virus mematikan ini. Ingat jenis B.O.V vaksin yang mereka gunakan?" celetuk Daniel.
"Ini sudah sangat lama dan aku lupa itu." imbuh Diki memegang minuman yang hampir abis yang diminumnya. Sementara makanan nasi goreng yang berada di atas meja sudah ia makan tanpa sisa.
"Jadi, apa kamu hanya ingin duduk di sini selama berminggu-minggu dan tidak melakukan apapun?" tanya Criss.
"Sejauh ini, aku tidak memiliki rencana." jawab Diki cuek.
"Hey! Bawakan aku minuman baru." perintah Diki menatap pelayan wanita yang berlalu lalang.
"Batalkan pesanan!" ucap Criss cetus.
"Hey! Siapa kau?" tanya Diki.
"Jadi ada baiknya begini,oke." jawab Criss.
Daniel dan Budi yang melihat adegan drama kecil, mereka menggeleng-gelengkan kepala betapa keras hatinya kedua manusia yang berbicara di hadapan mereka.
"Apa yang kau inginkan, Criss?" tanya Diki menatap tajam ke arah Criss yang berdiri di sebelahnya.
"Apa yang kau inginkan, Diki?" tanya Criss balik.
Diki mengeluarkan minuman keras yang berada di saku celananya dan dicegah cepat oleh Criss.
"Jatuhkan botol itu!" perintah Criss.
"Guys, jangan begini," ucap Dissa yang berjalan ke arah mereka. Criss dan Diki menoleh ke arahnya.
"Diki, aku minta maaf karena telah menganggu liburanmu," ucap Dissa mendudukan diri dari atas kursi di hadapan Diki dan diikuti oleh Daniel yang duduk di sebelahnya. Dissa mengetahui rencana mereka datang kemari karena telah diceritakan oleh Daniel saat ia bertemu di toilet tadi.
"Tapi, kita tidak akan ada disini jika bukan hal yang serius. Kau telah menunjukkan beberapa informasi, seperti yang kita butuhkan sekarang." jelas Dissa menatap kedua bola mata Diki.
Diki menghela nafas sejenak dan mencerna setiap kata yang diberikan oleh Dissa. "Informasi apa?" tanya Diki.
Dissa mulai menceritakan semua kronologis yang dialami oleh warga setempat dari hasil penelitian Daniel tunjukkan dan ia juga memberikan bukti fisik di depan Diki.
Sementara di kota yang berbeda, terlihat sebuah CCTV menampilkan sebuah video yang dimana sudah dilacak oleh seseorang.
Disana, terlihat seorang wanita sedang berbicara dengan ketiga lelaki yang duduk di satu meja.
Kenzo menatap fokus ke arah layar komputernya dan ia mendekatkan dirinya agar lebih terlihat jelas menatap tampilan video yang sedang diputarnya.
Kenzo duduk di kursi kebesarannya dan menerima semua informasi yang diberikan oleh tangan kanannya.
"Target lainnya telah dikonfirmasi," ucap seorang wanita berpakaian seksi melalui layar komputer yang sebelahnya.
"Biarkan dia hidup!" perintah Kenzo dan dibalas anggukan oleh Yanti.
"Ambil kehidupan lainnya," ucap Kenzo.
"Diterima," sahut Yanti. Layar komputer di sebelahnya pun mati dan layar komputer yang dilihat Kenzo sedari tadi tetap menyala.
Kenzo terus menatap wajah cantik Dissa. Ia memikirkan rencana baru untuk menghancurkan hubungan mereka.
***
"Menyebarluaskan virus dengan kecepatan kilat," ucap Dissa.
"Semua peneliti dan karyawan di universitas terinfeksi," sahut Criss.
"Pasti ini terjadi lagi! Seolah-olah aku terjebak." imbuh Diki.
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Daniel.
"Apakah kalian ingat dengan bom yang meledak di negara Palestina? Itu tugasku untuk menghentikan teroris. Kami tiba di lokasi itu, tetapi bedebah itu menjebak kami," ucap Diki.
"Bom meledek dan semua unitku hilang. Aku terus berjuang dan berjuang. Tapi itu tidak akan pernah berakhir, itu hanya akan lebih buruk. Apakah ini hidupku yang seharusnya terjadi? Untuk melawan orang mati yang hidup kembali dan bedebah memanfaatkan mereka. Apa tujuannya?" lanjut Diki.
Criss menyerahkan laptop yang dipegangnya dan memberikan layar laptop di depan Diki. "Dengar! Ini adalah Kenzo Albert, pedagang senjata. Perdagangan pasar gelapnya begitu busuk. Pemerintah tentu akan melikuidasi dirinya." jelas Criss di hadapan Diki.
"Sebuah bom presisi menghancurkan pernikahannya. Dia kehilangan keluarga dan istrinya. Sekarang, dia membawa dendam. Setelah serangan itu, ia pergi ke bawah dunia. Tapi, sekarang dia kembali dengan B.O.V dan tidak puas dengan balas dendamnya. Yang lebih parah, ia mengklaim bahwa produknya tetap memiliki kemampuan. Aku percaya dia." lanjut Criss. Diki yang mendengar sneua veirta itu hanya bisa menghela nafasnya dengan berat.
"Di satu sisi, dia memiliki seorang pedagang senjata. Sedangkan di sisi lain, pemerintah yang melemparkan bom pada saat acara pernikahannya. Lalu, Siapa yang jahat disini?" tanya Diki.
"Kenzo Albert," jawab Criss cepat.
"Itu adalah tugas kita untuk mengalahkan dia." lanjut Criss.
"Tugas kau tapi bukan aku," sahut Diki.
"Bedebah! Kau Diki." jawab Criss tak mau kalah dengan perdebatannya.
"Berhenti, Diki terlepas dari segala sesuatu yang terjadi, kau hanya duduk di sini dan menangis." ucap Dissa menatap ke arah Diki.
"Dan kau? Kau membiarkan dia terbawa oleh dendam lamanya." ucap Dissa mengarahkan jari telunjuknya di depan Criss.
"Astaga, aku tidak percaya jika aku jadi kalian berdua?" ujar Dissa di hadapan mereka.
"Apa maksudmu?" tanya Budi yang mulai mengeluarkan suara yang sedari tadi hanya menjadi pendengar yang baik.
"Kalian berperilaku seperti anak nakal yang manja." jawab Dissa berdiri dari duduknya untuk membatu Daniel yang sedari tadi mengambil peralatan kesehatan. Dissa pun mengambil pistol sebagai penawar racun virus dari tas besar Daniel. Dissa membalikkan badannya ke arah depan. Ia memperagakan pistol itu yang digenggamnya ke arah lengan sebelah kirinya dan menembaknya. Lengan kirinya terlihat satu titik. Criss mengalihkan pandangannya ke arah Diki dan dibalas tatapan oleh Diki.
"Virus ini dalam jangkauan kita. Selalu begitu akan terus terjadi," ucap Dissa berdiri di hadapan mereka.
"Ku tidak mengerti," sahut Budi.
"Kita tidak harus mencari virus baru seperti Kenzo menginfeksi orang. Virus akan tertidur dalam diri kita semua. Bahkan kau, yang perlu kita temukan adalah pemicu. Sesuatu yang mengaktifkan virus mematikan hanya Kenzo yang tahu itu apa. Tapi sampai kita tahu itu, semua hidup dan mati dan senjata dia yang berpotensi. Jika kita menghitung keluar sekarang, tidak adanya desa yang indah, dimana kau bisa tenggelam dan larut seperti ini. Tidak ada lagi. Jesika membuat vaksin, Jesika menguji pada dirinya sendiri dan bekerja." jelas Dissa panjang lebar.
"Tapi, sampai kita menemukan bagaimana Kenzo memicu virusnya. Kita tidak tahu jika kita bekerja pada semua orang, Darahku menahan jawabannya." lanjut Dissa mengambil sampel darah dari pistolnya.
Dissa berjalan menuju meja yang duduki oleh Criss, Daniel dan Budi. "Jika aku mati, kemudian membawa ini ke laboratorium. kau pasti percaya." ucap Dissa memberikan sampel darahnya di atas meja dan membalikkan badannya dan berjalan menuju tas besar Daniel.
"Aku tidak dapat membayangkan, apa yang telah kau alami. Tapi aku tahu bahwa tidak satu pun dari kau adalah tipe orang yang duduk di sini dan berdebat dan sementara dunia sekarat," lanjut Dissa mengarahkan tangannya menuju luar ruangan.
"Itu bukan kalian! Atau apakah itu kalian?" tanya Dissa berdiri di hadapan mereka dan berjalan keluar dari ruangan itu. Criss, Daniel dan Budi terdiam saat mendengarkan semua keluh kesah Dissa yang disampaikan di hadapan mereka. Sementara di tempat lain, Dissa sedang membersihkan tangannya di westalfel toilet. Ia menatap pantulan dirinya di depan kaca toilet. "Itu bukanlah hal yang baik dari diriku," gumam Dissa pada diri sendiri. Dissa mematikan kran wastafel dan membersihkan sisa air di tangannya menggunakan tisu kering. Brak! Dissa mendengar suara dari dalam kamar toilet dan ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju salah satu kamar toilet itu. Ia memegang gagang pintu dan membukanya. saat ia ingin membukanya, ia melihat ada darah segar yang mengalir dari bawah kamar toilet, Dissa menghela nafas sejenak, ia membuka p
"Aku tahu yang orang yang pandai menyakiti, dia adalah Kenzo." ucap Diki berdiri dari tempat duduknya. Daniel berjalan mendekati Diki. "Apa yang akan Kenzo lakukan dengan Dissa?" tanya Daniel berdiri di depan Diki. "Aku tidak tahu, aku hanya ingin dia kembali. Aku bisa pergi liburan lagi." jawab Diki frustasi menghadapi situasi yang dialaminya saat ini. Drt! Drt! Criss menoleh ke arah sebelahnya terdapat sebuah ponsel milik Kornelius. Ia mengambil ponsel itu dan memberikan layar ponsel yang di genggamnya di hadapan Diki dan Daniel. Criss menerima panggilan masuk dari ponsel di genggamnya. "Hey sayang, ini aku. Apakah orang itu akan membantu kita?" tanya seorang wanita dari panggilan masuk di ponselnya. "Aku sangat takut, Selena merindukan dirimu. Kornelius? Hallo?" lanjut wanita itu dan disambut oleh suara anak kecil. "Ma
Kenzo menghela nafas panjang dan tetap menatap fokus ke arah depan. "Aku minta maaf telah mengatakannya, tetapi penelitian kau tidak lengkap. Kau menemukan obatnya, tetapi kau tidak diserang setelah mengambilnya. Tapi itu kau, bukan?" tanya Kenzo menoleh ke arah Dissa yang duduk di sebelahnya. "Bukan hal yang penting. Tidak, kau dan vaksin kau segera terlambat. Besok dunia akan menjadi tempat yang berbeda." jawab Kenzo dibalas tatapan penuh arti oleh Dissa. *** "Kenzo sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kornelius tahu terlalu banyak tentang hal itu," ucap Diki membuka memori eksternal pada ponsel di genggamannya. "Oleh karena itu, ia dibunuh." jawab Criss menatap wajah tampan Diki. Diki memegang memori eksternal ponsel yang menampilkan satu merek dari memori tersebut. *** "Aku tahu, apa yang terjadi padamu? Mereka datang untuk membunuhmu, tapi membunuh orang yang kau cintai. Itu hari pernikahanmu," ucap Dissa dan Kenzo pun
Kenzo terus memantau kondisi kota dari arah balkon apartemennya."Keadaan dunia akan berubah dengan semestinya, sebentar lagi rencanaku akan berhasil. Sayangku, kau disana pasti akan bahagia. Lihatlah, aku bisa membalaskan dendam lama yang hampir fana." gumam Kenzo dengan senyuman miringnya. Setelah puas, melihat kekacauan yang terjadi di kotanya. Kenzo melangkahkan kakinya menuju pintu masuk kamar apartemennya. Saat ini, ia tinggal di Apartemen di ujung kota U dan apartemennya paling tinggi dan menjulang dengan tingkatan lantai 30. Kenzo berjalan menuju tempat tidurnya. Ia menduduki diri di pinggir tempat tidur dan diambilnya sebuah bingkai foto yang tertata rapi di atas meja sebelah tempat tidurnya. Kenzo menatap sebuah foto yang menampilkan foto pernikahan dirinya bersama sang istri tercintanya. "Sayang, aku merindukanmu," gumam Kenzo dengan menitikkan buliran kristal yang membahasi wajah tampannya. "Andai waktu itu tidak terjadi, kita pasti hid
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih yang saling mencintai walaupun salah satu keluarga besar dari mempelai wanita tidak merestui hubungan mereka tetapi mereka tetap melaksanakan janji suci di hari pernikahan ini. Di sebuah taman yang letaknya di pinggir pantai, disana, terlihat beberapa tenda dan dekor bunga mawar putih yang sangat indah bergaya pesta outdoor. Semua orang berdatangan dalam menyambut pesta ikatan janji suci dari kedua insan yang dimabuk cinta. Ayah Kenzo dan Yanti yang merupakan adik kandung Kenzo pun datang dalam menyaksikan acara pernikahannya. Teman-teman dekat Kenzo datang dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Setelah mengucapkan ijab kabulnya dan dinyatakan sah menjadi sepasang suami-istri. Di acara terakhir, saling memasangkan cincin pernikahan. Semua orang yang berada memberikan tepuk tangan yang sangat meriah kepada mereka. Kenzo berdiri dari duduknya dan memberikan isyarat agar tetap tenang. K
Dissa yang masih duduk di atas lantai mendengar semua ucapan dari Kenzo. Ia terus menatap punggung belakang pria yang sedang menelpon seseorang. "Kau merencanakan serangan lain?" tanya Dissa dan Kenzo membalikkan badannya ke arah Dissa. "Aku merencanakan masa depan kita. Waktu kita di mulai dari sekarang." jawab Kenzo berjalan menuju mendekati Dissa. "Kita?" tanya Dissa lagi. "Iya, seiring dengan sisa temanku dan memasuki kehidupan baru kami bersama-sama." jawab Kenzo mengalihkan pandangannya menuju sebuah tampilan foto dirinya bersama istrinya dan seorang laki-laki tua dan wanita muda di sebelah istrinya. *** Di sebuah tempat yang berbeda, terlihatseorang wanita berpakaian seksi sedang mengetik dan di sebelahnya terlihat seorang pria dengan tangan di borgol bersamanya. "Sudah waktunya, Ayah." ucap seorang wanita bernama Yanti menoleh ke arah ayahnya. Pria yang sedang berdiri itu mengangguk dan Yanti berjalan mendek
Drt! Drt! Dissa mengalihkan pandangannya menuju sumber suara panggilan masuk dari ponselnya. Ia segera mengambil ponsel dari tasnya yang terletak di atas meja kerja Kenzo. Baru saja, Dissa melangkahkan kakinya menuju meja kerja Kenzo tetapi ia kalah cepat dengan dirinya. Kenzo berhasil lebih dulu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan masuk dari ponsel Dissa. "Hallo Dissa! Kau tenanglah disana, aku akan segera menyelamatkanmu," ucap Daniel dari balik ponselnya. "Kau tak akan bisa menyelamatkannya, sebentar lagi, aku akan membuatnya menjadi milikku seutuhnya, hahaha..." sahut Kenzo melalui panggilan di ponsel Dissa. "Jangan sentuh istriku! Atau akan aku bunuh kau menggunakan tanganku!" ancam Daniel."Hahaha... Kau lucu sekali," ucap Kenzo dari panggilan masuk di ponsel. "Kau!" bentak Daniel. "Tidak perlu mencarinya lagi, cepat atau lambat Dissa akan menjadi milikku. Lepaskan dia dan biarkan aku yang memilikinya," sahut Kenzo me
"Kalian sudah siap?" tanya Criss yang berdiri di hadapan Daniel, Diki, Budi, Jesika, Nick. "Kami semua siap," ucap mereka serempak. "Baiklah, sebaiknya kita membagi dua tim. Diki, Daniel dan Budi menggunakan mobil TNI.Sementara Aku, Jesika dan Nick kalian tetap menggunakan mobil Rumah sakit dan kalian tetap bawa senjata api beserta pelurunya. Dunia sedang tidak baik-baik saja dan di pusat kota, sebagian warga telah berubah menjadi mayat hidup. Berhati-hatilah dan tetap protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan hand-sanitizer untuk mencegah virus itu menempel di permukaan kulit kita." jelas Criss berdiri di depan mereka yang berdiri satu barisan. "Baiklah, sebelum memulai pembukaan rencana kita. Ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu, berdoa mulai," ucap Criss memimpin berdoa menurut kepercayaan masing-masing. "Berdoa selesai," lanjut Criss dan mereka membubarkan diri untuk mempersiapkan pergi menuju titik lokasi tempat mension Kenzo. Mobil ya
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah