Kenzo terus memantau kondisi kota dari arah balkon apartemennya.
"Keadaan dunia akan berubah dengan semestinya, sebentar lagi rencanaku akan berhasil. Sayangku, kau disana pasti akan bahagia. Lihatlah, aku bisa membalaskan dendam lama yang hampir fana." gumam Kenzo dengan senyuman miringnya.Setelah puas, melihat kekacauan yang terjadi di kotanya. Kenzo melangkahkan kakinya menuju pintu masuk kamar apartemennya.
Saat ini, ia tinggal di Apartemen di ujung kota U dan apartemennya paling tinggi dan menjulang dengan tingkatan lantai 30. Kenzo berjalan menuju tempat tidurnya. Ia menduduki diri di pinggir tempat tidur dan diambilnya sebuah bingkai foto yang tertata rapi di atas meja sebelah tempat tidurnya.
Kenzo menatap sebuah foto yang menampilkan foto pernikahan dirinya bersama sang istri tercintanya.
"Sayang, aku merindukanmu," gumam Kenzo dengan menitikkan buliran kristal yang membahasi wajah tampannya. "Andai waktu itu tidak terjadi, kita pasti hidup bahagia dan mempunyai anak-anak yang lucu yang dapat kita jaga." lanjut Kenzo.
Hiks! Hiks!
Inilah sosok asli seorang Kenzo Albert terlihat rapuh dan merasa kesepian. Tidak ada yang tahu tentang dirinya yang satu ini dan Semua orang hanya mengetahui bahwa Kenzo Albert merupakan seorang pedagang picik yang kejam dan menjual senjata biologis yang mematikan.
"Sarah, ketahuilah cintaku hanya untuk dirimu seorang. Kalaupun kau hidup kembali dengan tubuh dan nama yang berbeda maka aku siap menghalalkanmu dan menjagamu seumur hidupku," ujar Kenzo masih menyentuh foto Sarah.
"Andai semua tidak terjadi," lanjut Kenzo lagi dan berputarlah kenangan indah dirinya bersama Sarah.
*Flashback On*
Di sebuah mension mewah milik seorang pengusaha muda bernama Kenzo Albert. Kenzo sedang mengotak-atik laptopnya di ruang kerja mensionnya. Saat ini, ia disibukkan dengan banyaknya urusan penanaman saham dan rencana kerja samanya dalam meningkatkan keuntungan antar perusahaan. Kenzo Albert membangun sebuah perusahaan di bidang ekonomi yang dimana ia lebih banyak memberikan produk dalam kebutuhan masyarakat. Seperti: bahan makanan dan minuman, pakaian terbaru hingga alat senjata pun ia perjual-belikan kepada siapapun yang ingin membelinya. Sebenarnya, Kenzo lebih nyaman mengenai senjata tajam tetapi ia juga harus menyeimbangkan kebutuhan pokok masyarakat karena saat ini, perusahaannya yang lebih unggul dari perusahaan lain.
Setelah selesai menerima laporan perusahaan melalui G***l pribadinya. Kenzo menutup laptopnya dan meregangkan kedua tangannya agar otot-ototnya tidak pegal. Kenzo berdiri dari duduknya dan berjalan menuju jendela ruang kerjanya. Ia melihat keadaan kota yang dipenuhi manusia yang berlalu lalang di jalanan. "Sabar Kenzo, tinggal menghitung hari lagi." kata Kenzo dalam hati. Ia tersenyum mengingat tidak lama lagi dirinya akan mengikat janji sucinya bersama wanita yang selama ini ia cintai.
Ceklek!
Suara pintu ruang kerjanya terbuka, seorang wanita berpakaian modis berwarna lylac dan dengan gaya rambut pendeknya berwarna gold melangkah masuk ke dalam ruangan.
"Sayang!" panggil wanita itu, memeluk Kenzo dari belakang.
Kenzo yang mendengar suara lembut dari seorang wanita yang dicintainya. Ia mengalihkan pandangannya dan membalikkan tubuhnya. Kenzo mendapati seorang wanita cantik tersenyum ke arahnya.
"Kamu sudah makan?" tanya Kenzo mengusap pipi cabi Sarah.
Sarah yang melihat Kenzo menyentuh pipi cabinya, ia membalas sentuhan tangan Kenzo. "Belum sayang, aku datang kemari mau mengajakmu untuk makan siang bersama di luar, apakah kamu mau?" tanya Sarah menatap kedua bola mata indah Kenzo berwarna biru tosca.
"Tentu saja, aku mau sayang. Ayo sekarang kita pergi," jawab Kenzo dan dibalas anggukan dari Sarah.
Mereka berjalan keluar dari ruangan, saat ini mereka berjalan dengan bergandengan tangan. Semua pekerja di mension sudah terbiasa dengan pemandangan yang mereka lihat.
Mereka sampai di depan halaman mension dan supir pribadi Kenzo sudah siap membuka pintu mobil. Namun, Kenzo melarangnya dan biarkan saja ia melakukan itu kepada Sarah. Kenzo membuka pintu mobil dan mempersiapkan Sarah masuk ke dalam mobil sport berwarna hitam. Sarah pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih di depan Kenzo.
Setelah di rasa Sarah sudah masuk ke dalam mobil, Kenzo pun berjalan memutari mobilnya. Ia menyalakan starter mobil dan mulai melajukan mobil menuju keluar gerbang mensionnya.
Keadaan raya begitu ramai karena banyak orang-orang berlalu lalang pergi untuk makan siang. Di dalam mobil, Sarah bergelayut manja di tangan kekar milik Kenzo. Kenzo menatap fokus ke arah depan, sesekali ia menoleh ke arah Sarah.
"Kita mau makan dimana?" tanya Kenzo menatap fokus ke arah depan.
"Hem..." gumam Sarah berpikir sejenak.
"Bagaimana kita mencoba makanan yang lagi viralnya di medsos, yang katanya makanan jaman now," ucap Sarah melirik ke arah Kenzo.
"Dimana lokasi tempatnya?" tanya Kenzo masih memegang stir mobilnya.
"Tidak jauh lagi, kau cukup berjalan lurus dan tinggal belok ke arah kanan dan di situ sudah ada tulisan makanan yang kau inginkan." jawab Sarah tersenyum ke arah Kenzo.
"Baiklah," ucap Kenzo.
Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, Kenzo membuka pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu Sarah. Sarah pun keluar dari mobil dan mengikuti langkah kaki Kenzo agar berjalan seiringan dengannya.
"Selamat datang, silahkan duduk," ucap seorang pelayan wanita berdiri di depan pintu.
Kenzo mengangguk dan berjalan menuju meja makan yang akan di dudukinya. Kini, Kenzo dan Sarah duduk berhadapan di meja makan restoran dan pelayan wanita membawakan daftar makanan yang akan di pesannya.
"Sayang, kamu mau pesan apa?" tanya Kenzo menatap kedua bola mata Sarah.
"Aku pesan salad buah dan cheese cake saja untuk makanan pedas manis viral di medsos juga pesan ya." jawan Sarah.
"Aku sama dengannya," ucap Kenzo dan pelayan pun menulis pesanan mereka dan pamit undur diri dari hadapannya.
"Sayang, tinggal beberapa hari lagi acara pernikahan kita akan berlangsung," ucap Kenzo memegang telapak tangan kanan Sarah.
"Lalu?" tanya Sarah.
"Apakah keluargamu tidak ingin menghadiri pernikahan kita nanti," ucap Kenzo menatap intens ke arah Sarah. Sarah yang ditatap pun merasa gugup.
Sarah menunduk dan buliran kristal pun lolos membasahi kedua wajah cantiknya. "Maafkan aku, sebenarnya kedua orang tuaku dari awal tidak merestui hubungan kita,hiks." jawab Sarah.
Memang benar ucapan dari Sarah, kedua orang tuanya tidak merestui dirinya menjalin hubungan dengan seorang Kenzo Albert yang dikenal sebagai sosok kejam dan sikap piciknya di bidang bisnis membuat kedua orang tuanya berusaha memisahkan dirinya dengan Kenzo. Sarah dapat bertemu dengan Kenzo secara diam-diam dan tidak diketahui oleh kedua orang tuanya. Sarah, anak tunggal dari pasangan Hendry Christian dan Launry christian yang dikenal sebagai pengusaha terkaya ketiga di dunia itu selalu pilih-pilih dalam memberikan pasangan hidup anak kesayangannya.
"Tidak apa-apa, yang terpenting sekarang, kau tetap bersamaku dan kita akan memulai kehidupan baru bersama-sama," ucap Kenzo tulus di hadapan Sarah.
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih yang saling mencintai walaupun salah satu keluarga besar dari mempelai wanita tidak merestui hubungan mereka tetapi mereka tetap melaksanakan janji suci di hari pernikahan ini. Di sebuah taman yang letaknya di pinggir pantai, disana, terlihat beberapa tenda dan dekor bunga mawar putih yang sangat indah bergaya pesta outdoor. Semua orang berdatangan dalam menyambut pesta ikatan janji suci dari kedua insan yang dimabuk cinta. Ayah Kenzo dan Yanti yang merupakan adik kandung Kenzo pun datang dalam menyaksikan acara pernikahannya. Teman-teman dekat Kenzo datang dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Setelah mengucapkan ijab kabulnya dan dinyatakan sah menjadi sepasang suami-istri. Di acara terakhir, saling memasangkan cincin pernikahan. Semua orang yang berada memberikan tepuk tangan yang sangat meriah kepada mereka. Kenzo berdiri dari duduknya dan memberikan isyarat agar tetap tenang. K
Dissa yang masih duduk di atas lantai mendengar semua ucapan dari Kenzo. Ia terus menatap punggung belakang pria yang sedang menelpon seseorang. "Kau merencanakan serangan lain?" tanya Dissa dan Kenzo membalikkan badannya ke arah Dissa. "Aku merencanakan masa depan kita. Waktu kita di mulai dari sekarang." jawab Kenzo berjalan menuju mendekati Dissa. "Kita?" tanya Dissa lagi. "Iya, seiring dengan sisa temanku dan memasuki kehidupan baru kami bersama-sama." jawab Kenzo mengalihkan pandangannya menuju sebuah tampilan foto dirinya bersama istrinya dan seorang laki-laki tua dan wanita muda di sebelah istrinya. *** Di sebuah tempat yang berbeda, terlihatseorang wanita berpakaian seksi sedang mengetik dan di sebelahnya terlihat seorang pria dengan tangan di borgol bersamanya. "Sudah waktunya, Ayah." ucap seorang wanita bernama Yanti menoleh ke arah ayahnya. Pria yang sedang berdiri itu mengangguk dan Yanti berjalan mendek
Drt! Drt! Dissa mengalihkan pandangannya menuju sumber suara panggilan masuk dari ponselnya. Ia segera mengambil ponsel dari tasnya yang terletak di atas meja kerja Kenzo. Baru saja, Dissa melangkahkan kakinya menuju meja kerja Kenzo tetapi ia kalah cepat dengan dirinya. Kenzo berhasil lebih dulu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan masuk dari ponsel Dissa. "Hallo Dissa! Kau tenanglah disana, aku akan segera menyelamatkanmu," ucap Daniel dari balik ponselnya. "Kau tak akan bisa menyelamatkannya, sebentar lagi, aku akan membuatnya menjadi milikku seutuhnya, hahaha..." sahut Kenzo melalui panggilan di ponsel Dissa. "Jangan sentuh istriku! Atau akan aku bunuh kau menggunakan tanganku!" ancam Daniel."Hahaha... Kau lucu sekali," ucap Kenzo dari panggilan masuk di ponsel. "Kau!" bentak Daniel. "Tidak perlu mencarinya lagi, cepat atau lambat Dissa akan menjadi milikku. Lepaskan dia dan biarkan aku yang memilikinya," sahut Kenzo me
"Kalian sudah siap?" tanya Criss yang berdiri di hadapan Daniel, Diki, Budi, Jesika, Nick. "Kami semua siap," ucap mereka serempak. "Baiklah, sebaiknya kita membagi dua tim. Diki, Daniel dan Budi menggunakan mobil TNI.Sementara Aku, Jesika dan Nick kalian tetap menggunakan mobil Rumah sakit dan kalian tetap bawa senjata api beserta pelurunya. Dunia sedang tidak baik-baik saja dan di pusat kota, sebagian warga telah berubah menjadi mayat hidup. Berhati-hatilah dan tetap protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan hand-sanitizer untuk mencegah virus itu menempel di permukaan kulit kita." jelas Criss berdiri di depan mereka yang berdiri satu barisan. "Baiklah, sebelum memulai pembukaan rencana kita. Ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu, berdoa mulai," ucap Criss memimpin berdoa menurut kepercayaan masing-masing. "Berdoa selesai," lanjut Criss dan mereka membubarkan diri untuk mempersiapkan pergi menuju titik lokasi tempat mension Kenzo. Mobil ya
"Ada apa," ucap mereka secara bersamaan. "Ayo cepatlah buka gerbang itu, jika tidak terbuka maka kita akan menjadi santapan makanan oleh mayat hidup itu," ucap Daniel seraya mengarahkan jari manisnya menuju beberapa orang yang berjalan menuju mereka. Diki dan Budi mengikuti arah jari Daniel dan mereka terkejut karena ada beberapa mayat hidup yang ingin menjadikan mereka sebagai makanannya. "Ini pasti ulah Kenzo!" ucap Diki dengan mengepalkan kedua tangannya. "Kenzo, aku pastikan akan menangkapmu!" lanjut Diki dan mereka mulai mengambil senjata api dari saku celananya. *** Di depan gerbang Mension mewah milik Kenzo, terdengar beberapa kegaduhan dari depan gerbang. Kedua satpam yang sedang duduk di pos keamanan Mension Kenzo. Sebenarnya, mereka mengetahui ada beberapa perkelahian antara musuh Kenzo dengan mayat hidup yang dijadikan Kenzo sebagai senjata biologisnya. Namun, karena mereka diutus untuk tetap mengabaikan saja hal itu dan dem
Cekrek!Suara pintu terbuka dan disana terlihat seorang wanita cantik yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur. Wanita itu adalah Dissa Richard. Dengan kecantikan yang menyerupai panutan hati Kenzo Albert membuat hidup Kenzo lebih berarti. Kenzo tersenyum tulus menatap ke arah Dissa yang masih setia menutup kedua bola matanya di atas tempat tidur. Tadi, sebelum Kenzo datang kesini. Ia menyuruh maid yang bertugas mengantarkan makanan untuk terlebih dahulu memasukkan sebuah obat tidur agar Dissa tidak bisa kabur dari mensionnya. Kenzo masuk ke dalam kamar bernuansa gold dan ia menutup pintu kamar dengan sangat pelan. Kenzo melangkahkan kakinya menuju tempat tidur Dissa. Setelah sampai di depan Dissa, Kenzo menatap penuh cinta dan ia berpikir sejenak apa yang akan dilakukannya terhadap Dissa itu benar atau tidak. Kenzo mengambil sebuah alat suntik yang berada di kantong belakang celananya. Sebenarnya, ia ragu-ragu untuk menyuntikkan obat yang mengandu
"Cuihhh!" Diki meludahi kedua pria yang hampir sekarat di depannya. "Kalian tidak perlu mencampuri urusan kami! Urus hidup kalian sendiri dan jangan pernah usik keinginanku untuk menyelamatkan adikku," ucap Diki dengan senyuman miringnya menatap ke arah kedua pria yang terkapar di atas lantai. Diki membalikkan tubuhnya dan menekan tombol ruangan lift dan setelah lift terbuka, ia pun berjalan masuk ke dalam lift. *** Di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh beberapa bingkai foto yang dipajang rapi. Disinilah Budi terus melangkahkan kakinya menuju setiap ruangan pada mension. Cekrek! Budi memasukkan kepalanya sedikit untuk melihat kondisi di dalam ruangan. "Uwoow... Keren sekali ruangannya," ucap Budi memuji beberapa peralatan medis yang dilihatnya. Saat ini, ia berada di lantai tingkat satu. Para bodyguard yang diutus Kenzo untuk menjaga keamanan mensionnya, semuanya telah sekarat dihajar oleh Criss dan Daniel. Budi berjalan masuk k
Daniel berjalan menghampiri Kenzo berdiri di tempat. Daniel mulai menceritakan bahwa dirinya dan Dissa saling mencintai dan bagaimana awal kisah perjuangan cinta surga yang mereka lalui bersama-sama. *****Flashback On***** "Sayang banget hari ini kita gak bisa menyelesaikan fitting baju pernikahan kita, kamu pulangnya terlalu malam, jadi Salon Aura sudah tutup," ucap Dissa, lalu memasukan sesuap nasi ke mulutnya. Mereka sedang makan malam bersama di sebuah Restoran langganan. "Maaf sayang, lalu lintas sedang padat karena jam pulang kantor," jelas Daniel, Dissa mengangguk pun memaklumi. "Sayang, aku mau membicarakan sesuatu." "Bicara saja." ucap Dissa singkat. "Sayang, besok aku izin untuk pergi karena mendapat amanah dari rumah sakit." ujar Daniel menatap kedua bola mata indah Dissa yang berdiri di hadapannya. "Mau pergi mengisi seminar di luar kota lagi?" tanya Dissa yang sudah hafal kegiatan calon suaminya yang sering d
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah