Hari ini, Diki berniat menenangkan dirinya untuk pergi ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kediamannya. Ia menaiki mobil kesayangannya, saat ia memarkirkan mobil di area parkiran, ia mendengar suara seorang wanita yang berteriak meminta tolong.
"Ada apa lagi ini!" gumam Diki yang sudah mengerti dengan situasi di kota ini. Ia membuka bagasi mobil dengan menggunakan remote kunci mobil yang digenggamnya.
Bip! Bip!
Bagasi mobil terbuka secara otomatis, ia mulai mengambil beberapa peralatan senjata api pistol dan menaruhnya di samping celananya. Diki menutup bagasi itu dan ia melangkahkan kaki menuju sumber suara yang snagat familiar di dengarnya.
"Tolong! Tolong aku!" teriak suara seorang wanita yang dikenalnya.
Diki berlari dari tempat dan mendapati 4 bodyguard di serang oleh 10 mayat hidup yang ingin memangsanya, Diki menembaki 10 mayat hidup itu dan untung saja 4 bodyguard itu tidak terkena gigitan. Setelah itu, ia berjalan dan melihat seorang wanita cantik yang sedang melempari beberapa barang di hadapan 2 mayat hidup yang terus berjalan ke arahnya.
Lantas Diki memberikan beberapa tembakan pada dua mayat hidup yang mencoba menyerang ke arah Dissa. Kedua mayat hidup itu tewas di tempat dan Diki berjalan menuju Dissa.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Diki mendapati Dissa yang duduk di balik kayu dengan wajah yang ketakutan.
Diki memberikan telapak tangan kanannya di depan Dissa. "Ayo ikut aku, aku akan mengantarkanmu pulang," ucap Diki berdiri di hadapan Dissa.
Dissa mengangguk dan menyambut telapak tangan Diki. Ia berdiri dan dibantu oleh Diki.
Mereka berjalan menuju tempat parkiran mobil Diki dan diikuti oleh 4 bodyguard di belakangnya.
Setelah sampai di depan mobil, Diki mengambil kunci mobil dari saku celananya dan menekan tombol kunci pembuka pintu otomatis dan ia mempersilakan Dissa masuk ke dalam mobilnya. Ia berjalan menuju bagian stir mobil.
Diki mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Di sepanjang jalan, Diki dan Dissa terdiam dengan pikirannya masing-masing.
Dor! Dor! Dor!
Buammmm!
Terdengar suara ledakan dari ujung jalan sana, untunglah Diki belum melewati jalan itu kalo iya maka ia juga terkena pancaran api besar yang siap memakan mangsanya.
"Dissa, kita putar balik jalan saja. Kita tidak bisa melewati jalan pulang karena disana terjadi kegaduhan lagi. Bagaimana kamu ikuti aku saja, aku ingin pergi mencari makan siang," ucap Diki masih menatap fokus ke arah depan.
"Boleh." jawab Dissa singkat. Dissa mengetahui maksud dari Diki, tadi, saat Diki membantunya untuk berjalan. Diki menceritakan semua kejadian yang sedang terjadi dan disitulah mereka sempat berkenalan dan tukar nomor telepon jika ada keperluan penting.
Akhirnya, Diki memutar balikkan arah mobilnya menuju jalan k dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sampailah mereka di sebuah kafe ternama di pinggir kota X. Diki membuka selt bet dari tubuhnya dan membuka pintu untuk keluar dari mobil. Ia juga membukakan pintu kepada Dissa dan membantunya untuk berjalan.
Di belakang, sudah ada 4 bodyguard yang menjaga keberadaan mereka.
"Ayo masuk!" ajak Diki mempersilakan Dissa berjalan masuk ke dalam ruangan kafe. Diki berjalan di belakang Dissa.
Mereka berjalan menuju ruangan VIP kafe, Dissa duduk di pinggir kaca dan Diki mengambil posisi duduk di depannya. Pelayan wanita cantik itu memberikan daftar makanan di atas meja.
"Selamat datang di kafe kami, ada yang bisa saya bantu?" ucap Pelayan wanita ramah seraya memberikan daftar buku di depan mereka.
"Kamu mau pesan apa? Nanti biar aku saja yang bayar," ucap Diki menatap kedua bola mata indah Dissa.
Dissa mengambil buku daftar makanan dan mulai mengecek makanan apa yang diinginkan.
"Aku pesan nasi goreng dan minumannya jeruk Panas." jawab Dissa.
"Baiklah, saya juga pesan seperti dia," imbuh Diki menatap pelayang yang berdiri di sebelahnya.
"Baiklah, silahkan tunggu ya tuan dan nona akan saya ambilkan," sahut pelayan wanita itu dan memutar badannya menuju arah dapur kafe.
"Oh iya, Aku permisi ke toilet sebentar," ucap Dissa berdiri dari duduknya.
"Iya hati-hati," balas Diki menatap punggung wanita yang berjalan ke arah toilet kafe.
Bruk!
"Maaf! Maafkan aku!" ucap seorang wanita yang menabraknya.
"Dissa mirip sekali dengan adikku, Apakah dia adikku?" gumam Diki pelan.
"Sepertinya aku harus mencari tahu informasi lengkap tentang dirinya." lanjut Diki seraya meminum-minumannya.
Sementara di luar sana, terlihat sebuah helikopter yang lepas landas dari arah belakang kafe.
Daniel, Jesika, Budi, Criss bersama rekan kerja TNI AU siap keluar dari helikopter. Saat ini mereka berdiri tidak jauh dari tempat Kafe.
"Diki, sudah berada disini!" ucap Criss mendeteksi keberadaan Diki melalui jam tangan yang dikenakannya.
"Baiklah, ayo kita masuk dan sebagian dari kita harus berjalan secara berpencar. Demi menjaga keamanan bersama kalian berdua berjaga di depan kafe dan kalian berdua berjaga di belakang kafe dan Hans dan Jesika tetap berada di dalam helikopter. Aku, budi dan Criss berjalan masuk ke dalam Kafe." jelas Daniel panjang lebar. "Tolong, laporkan apabila ada yang mencurigakan," lanjut Daniel.
"Siap!" jawab Hans dan Jesika secara bersamaan. Mereka berjalan masuk ke dalam helikopter dan mulai mengeluarkan CCTV yang melayang di udara.
Daniel, Budi dan Criss melangkahkan kakinya menuju tempat kafe.
Saat ini, mereka telah masuk ke dalam tempat kafe dan mencari keberadaan Diki. Daniel berinisiatif menanyakan kepada salah satu pelayan wanita yang sedang berdiri di hadapannya.
"Permisi, kalo boleh tahu pelanggan bernama Diki berada di ruang mana ya?" tanya Daniel berdiri di depan Pelayan wanita.
Pelayan wanita itu langsung membuka daftar buku yang dipegangnya. "Tuan Diki, duduk di ruang VIP dan ruangannya berada di pinggir sana." jawab Pelayan wanita itu sopan.
"Baiklah, terima kasih," ucap Daniel tersenyum dan mereka berjalan menuju ruangan VIP.
"Diki?" panggil Daniel mengalihkan pandangan Diki yang langsung menatap intens ke arahnya.
"Kamu siapa?" tanya Diki dengan ekspresi wajah binggung.
Daniel, Budi dan Criss berjalan menuju meja yang di tempatinya dan mereka duduk satu meja yang sama.
"Hati-hati, jangan menakuti penduduk. Dalam daftar neraka, ini sedikit lebih awal untuk melihat jauh ke dalam botol, Diki." celetuk Criss.
"Baiklah, perkenalkan namaku Daniel, dokter relawan dari negara Indonesia dan ini adalah rekan kerjaku bernama Budi. Pria yang mengenakan baju berwarna armi ini bernama Criss adalah seorang TNI AU yang siap membantu untuk menyelesaikan kondisi yang tidak kondusif ini," ujar Daniel. "Maukah kamu menerima tawaran kami untuk ikut bekerja sama dengan kami?" tanya Daniel tepat duduk di hadapan Diki.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian. "Kami membutuhkan bantuanmu." jawab Criss singkat. "Aku akan terus mengambil cuti libur," ucap Diki cetus. "Mari kita bicara tentang virus mematikan ini. Ingat jenis B.O.V vaksin yang mereka gunakan?" celetuk Daniel. "Ini sudah sangat lama dan aku lupa itu." imbuh Diki memegang minuman yang hampir abis yang diminumnya. Sementara makanan nasi goreng yang berada di atas meja sudah ia makan tanpa sisa. "Jadi, apa kamu hanya ingin duduk di sini selama berminggu-minggu dan tidak melakukan apapun?" tanya Criss. "Sejauh ini, aku tidak memiliki rencana." jawab Diki cuek. "Hey! Bawakan aku minuman baru." perintah Diki menatap pelayan wanita yang berlalu lalang. "Batalkan pesanan!" ucap Criss cetus. "H
"Itu bukan kalian! Atau apakah itu kalian?" tanya Dissa berdiri di hadapan mereka dan berjalan keluar dari ruangan itu. Criss, Daniel dan Budi terdiam saat mendengarkan semua keluh kesah Dissa yang disampaikan di hadapan mereka. Sementara di tempat lain, Dissa sedang membersihkan tangannya di westalfel toilet. Ia menatap pantulan dirinya di depan kaca toilet. "Itu bukanlah hal yang baik dari diriku," gumam Dissa pada diri sendiri. Dissa mematikan kran wastafel dan membersihkan sisa air di tangannya menggunakan tisu kering. Brak! Dissa mendengar suara dari dalam kamar toilet dan ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju salah satu kamar toilet itu. Ia memegang gagang pintu dan membukanya. saat ia ingin membukanya, ia melihat ada darah segar yang mengalir dari bawah kamar toilet, Dissa menghela nafas sejenak, ia membuka p
"Aku tahu yang orang yang pandai menyakiti, dia adalah Kenzo." ucap Diki berdiri dari tempat duduknya. Daniel berjalan mendekati Diki. "Apa yang akan Kenzo lakukan dengan Dissa?" tanya Daniel berdiri di depan Diki. "Aku tidak tahu, aku hanya ingin dia kembali. Aku bisa pergi liburan lagi." jawab Diki frustasi menghadapi situasi yang dialaminya saat ini. Drt! Drt! Criss menoleh ke arah sebelahnya terdapat sebuah ponsel milik Kornelius. Ia mengambil ponsel itu dan memberikan layar ponsel yang di genggamnya di hadapan Diki dan Daniel. Criss menerima panggilan masuk dari ponsel di genggamnya. "Hey sayang, ini aku. Apakah orang itu akan membantu kita?" tanya seorang wanita dari panggilan masuk di ponselnya. "Aku sangat takut, Selena merindukan dirimu. Kornelius? Hallo?" lanjut wanita itu dan disambut oleh suara anak kecil. "Ma
Kenzo menghela nafas panjang dan tetap menatap fokus ke arah depan. "Aku minta maaf telah mengatakannya, tetapi penelitian kau tidak lengkap. Kau menemukan obatnya, tetapi kau tidak diserang setelah mengambilnya. Tapi itu kau, bukan?" tanya Kenzo menoleh ke arah Dissa yang duduk di sebelahnya. "Bukan hal yang penting. Tidak, kau dan vaksin kau segera terlambat. Besok dunia akan menjadi tempat yang berbeda." jawab Kenzo dibalas tatapan penuh arti oleh Dissa. *** "Kenzo sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kornelius tahu terlalu banyak tentang hal itu," ucap Diki membuka memori eksternal pada ponsel di genggamannya. "Oleh karena itu, ia dibunuh." jawab Criss menatap wajah tampan Diki. Diki memegang memori eksternal ponsel yang menampilkan satu merek dari memori tersebut. *** "Aku tahu, apa yang terjadi padamu? Mereka datang untuk membunuhmu, tapi membunuh orang yang kau cintai. Itu hari pernikahanmu," ucap Dissa dan Kenzo pun
Kenzo terus memantau kondisi kota dari arah balkon apartemennya."Keadaan dunia akan berubah dengan semestinya, sebentar lagi rencanaku akan berhasil. Sayangku, kau disana pasti akan bahagia. Lihatlah, aku bisa membalaskan dendam lama yang hampir fana." gumam Kenzo dengan senyuman miringnya. Setelah puas, melihat kekacauan yang terjadi di kotanya. Kenzo melangkahkan kakinya menuju pintu masuk kamar apartemennya. Saat ini, ia tinggal di Apartemen di ujung kota U dan apartemennya paling tinggi dan menjulang dengan tingkatan lantai 30. Kenzo berjalan menuju tempat tidurnya. Ia menduduki diri di pinggir tempat tidur dan diambilnya sebuah bingkai foto yang tertata rapi di atas meja sebelah tempat tidurnya. Kenzo menatap sebuah foto yang menampilkan foto pernikahan dirinya bersama sang istri tercintanya. "Sayang, aku merindukanmu," gumam Kenzo dengan menitikkan buliran kristal yang membahasi wajah tampannya. "Andai waktu itu tidak terjadi, kita pasti hid
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih yang saling mencintai walaupun salah satu keluarga besar dari mempelai wanita tidak merestui hubungan mereka tetapi mereka tetap melaksanakan janji suci di hari pernikahan ini. Di sebuah taman yang letaknya di pinggir pantai, disana, terlihat beberapa tenda dan dekor bunga mawar putih yang sangat indah bergaya pesta outdoor. Semua orang berdatangan dalam menyambut pesta ikatan janji suci dari kedua insan yang dimabuk cinta. Ayah Kenzo dan Yanti yang merupakan adik kandung Kenzo pun datang dalam menyaksikan acara pernikahannya. Teman-teman dekat Kenzo datang dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Setelah mengucapkan ijab kabulnya dan dinyatakan sah menjadi sepasang suami-istri. Di acara terakhir, saling memasangkan cincin pernikahan. Semua orang yang berada memberikan tepuk tangan yang sangat meriah kepada mereka. Kenzo berdiri dari duduknya dan memberikan isyarat agar tetap tenang. K
Dissa yang masih duduk di atas lantai mendengar semua ucapan dari Kenzo. Ia terus menatap punggung belakang pria yang sedang menelpon seseorang. "Kau merencanakan serangan lain?" tanya Dissa dan Kenzo membalikkan badannya ke arah Dissa. "Aku merencanakan masa depan kita. Waktu kita di mulai dari sekarang." jawab Kenzo berjalan menuju mendekati Dissa. "Kita?" tanya Dissa lagi. "Iya, seiring dengan sisa temanku dan memasuki kehidupan baru kami bersama-sama." jawab Kenzo mengalihkan pandangannya menuju sebuah tampilan foto dirinya bersama istrinya dan seorang laki-laki tua dan wanita muda di sebelah istrinya. *** Di sebuah tempat yang berbeda, terlihatseorang wanita berpakaian seksi sedang mengetik dan di sebelahnya terlihat seorang pria dengan tangan di borgol bersamanya. "Sudah waktunya, Ayah." ucap seorang wanita bernama Yanti menoleh ke arah ayahnya. Pria yang sedang berdiri itu mengangguk dan Yanti berjalan mendek
Drt! Drt! Dissa mengalihkan pandangannya menuju sumber suara panggilan masuk dari ponselnya. Ia segera mengambil ponsel dari tasnya yang terletak di atas meja kerja Kenzo. Baru saja, Dissa melangkahkan kakinya menuju meja kerja Kenzo tetapi ia kalah cepat dengan dirinya. Kenzo berhasil lebih dulu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan masuk dari ponsel Dissa. "Hallo Dissa! Kau tenanglah disana, aku akan segera menyelamatkanmu," ucap Daniel dari balik ponselnya. "Kau tak akan bisa menyelamatkannya, sebentar lagi, aku akan membuatnya menjadi milikku seutuhnya, hahaha..." sahut Kenzo melalui panggilan di ponsel Dissa. "Jangan sentuh istriku! Atau akan aku bunuh kau menggunakan tanganku!" ancam Daniel."Hahaha... Kau lucu sekali," ucap Kenzo dari panggilan masuk di ponsel. "Kau!" bentak Daniel. "Tidak perlu mencarinya lagi, cepat atau lambat Dissa akan menjadi milikku. Lepaskan dia dan biarkan aku yang memilikinya," sahut Kenzo me
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah