"Jangan diam saja, kau dengar atau tidak, Irene?" Tat kala tidak kunjung mendapati jawaban, Clara kembali menegaskan nada bicaranya. Kening Irene mengerenyit, "Jangan berisik, Clara. I'm not deaf." Hanya saja, apa yang dikatakan oleh Clara langsung memukul ke ulu hatinya. Ini jelas lebih sakit ketimbang tamparan fisik yang dilakukan oleh Aslan dan Clara. Ah, ini benar-benar sangat menjengkelkan hingga Irene hampir kehilangan ketenangannya. Rasanya Irene ingin segera melepaskan ikatan ini dan meninju wajah Clara hingga babak belur. Clara mendengus, "Pikirkan untuk menceraikan suami mu, atau aku rebut paksa dari mu." Setelah itu perempuan berambut merah berdiri dari tempatnya. "Aku akan memberi mu waktu hingga esok hari. Mino, tidak akan pernah menyangka akan kehadiran pulau kecil iniㅡsebab ini adalah properti pribadi milik Levebvè family. Aku kembali dahulu, adios, adik kecil." > •••
Lembuyang sore hari menunjukan warna gradien bak iblis. Sungguh indah, disaat yang bersamaan sangat menakutkan. Cahaya tersebut terpantul pada wajah dua gadis di mansion Levebvè yang sedang saling berhadapan. Sebelum, lampu menyala menandakan bahwa kegelapan malam akan segera menghampiri. Clara duduk di depan kursi yang ditempati oleh Clarissa, adik bungsunya. Sejenak, dia berpikir kembali; apakah dia harus memaparkan rencana ini kepada adiknya, ataukah lebih baik ia simpan sendiri demi mencegah bocornya informasi. Clara yakin, Mino saat ini sedang kelabakan mencari Irene. Akan tetapi, dia sungguh membutuhkan sang adik untuk berada dipihaknya. Clarissa adalah orang yang bisa meyakinkan banyak orang untuk menjadi saksi bahwa dia adalah orang yang innocent dan tidak bersalah atas kejadian ini. Ia bisa membiarkan Alan Stuart mengambil semua kesalahanㅡhubungannya dan Alan adalah saling menguntungkan, tidak heran bukan, jika suatu saat, apabila hubungan mereka sudah tidak berguna, Clara
Malam itu, Mino kembali ke Manor dengan tangan kosong. Dia tidak menyangka akan kehilangan Irene tepat di depan matanya; secara harfiah, karena di sana Lee, yang sengaja ia tugaskan untuk menjaga sang kekasih hati. Tuan Levebvè juga telah kembali pulang. Lee, tak lupa datang dengan membawa kabar bahwa klinik Irene akan memulai peresmiannya esok hari. Semakin membuat kepalanya pening. Mino memerintahkan salah satu pelayan di Manor untuk mengambil alkohol yang tersimpan diruang penyimpanan bawah tanah. Menuangkan white wine, Mino menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Mendongak, seraya menatap kosong ke arah lampu candelier manornya. Anehnya, semakin berkelumit situasi, semakin pula pikirannya clear. Dia mengambil ponsel, mengabarkan kepada Marcus untuk mendiskusikan dengan kedua orang tuanya, dan memberi tahu perihal penculikan Irene. Marcus, yang posisinya sedang makan malam bersama tuan dan nyonya Dendanious, mau tidak mau menyemburkan minuman. Beruntung tidak mengenai ked
Ferlin secara mendadak segera meraba kunci mobil yang ada di saku celana. Pria itu kemudian berlari menuju mobil yang terparkir rapih di pekarangan mansion keluarga Levebvè. Di belakangnya, sang atasan mengikuti dengan tergepoh-gepoh. Kedua orang tersebut memasuki mobil, dan meninggalkan mansion sesegera mungkin. Ferlin sudah mencoba memaksimalkan kecepatannya, akan tetapi sayang sekali, tampaknya pagi ini, jalanan kota New York begitu tidak ramahㅡmacet karena dipenuhi oleh orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah. Di Amerika, fenomena ini jarang terjadi. Kebanyakan sekolah biasanya akan menggunakan mobil antar-jemput sekolah, tapi jika kasusnya adalah mereka yang bersekolah di sekolah swasta, tentu itu masalah lain. "Tuan, bagaimana?" Tuan Levebvè tahu bahwa kondisi realita jalan sungguh berada diluar ekspektasi dari yang manusian bayangkan. Terkadang, kecelakaan kecil tidak bisa dihindariㅡcontohnya adalah kemacetan ini, yang merupakan salah satu bagian kategori kecelakaan keci
Clarissa mengikuti arahan sang ayah. Perempuan berusia duapuluh tahunan ini mengurung diri di kamar villa seraya menggigit ujung ponsel. Dia tidak menyangka bahwa kakaknya akan menjadi monster gila seperti ini. Bagaimana bisa kakaknya menyiksa dokter Irene? Ini jelas tidak bisa dibiarkan, tapi posisinya juga sangat tidak menguntungan. Serba salah, dan menjadi double agent akan lebih menguntungkan. Sebenarnya dia tidak tahu harus mempercayai ucapan Clara atau tidak, perihal ibunya dan juga masa lalu keluarga Levebvè. Beberapa kali, sejak setibanya ia di villa ini, mencoba memgetik di internet perihal masa lalu keluarga Levebvè, ada beberapa intrik kata kunci yang membuatnya penesaran sengath mati; married by accident, anak haram, dan lain sebagainya. Terdapat beberapa kalimat yang perlu di highlight; kekasih Rakhsa Levebvè, Shamantha Shanon, memutuskan untuk meninggalkan Amerika Serikat dengan bukti foto yang terlampir dibagian bawah. Sungguh, wajah orang yang bernama Shamantha ini
Kapal Selam. Tidak heran apabila Mino bisa sampai hingga ke pulai private ini disaat cuaca sedang badai. Sebab, jika tidak bisa melalui permukaan lautan, maka menggunakan jalur bawah laut adalah pilihan yang paling bisa masuk diakal. Namun, hanya untuk menyelamatkan satu nyawa dengan menggunakan kapal selam angkatan laut, sudah menjelaskan posisi Irene dihati Mino. Tentu hal ini mengakibatkan kecemburuan yang lebih di hati Clara. Batinya terus bertanya-tanya, apa yang kurang dari dirinya? "I see, so this is your choise then." Suara Mino kembali terdengar. Sementara di belakangnya, kini terdapat banyak sekali anggota pengawal dengan pakaian formal hitam-hitam, tampak siap untuk melangkah maju ke depan dan melakukan aksi baku hantam. Allan sedikit takut melihat ekspresi bertekad dari anak buah Mino. "Bagaimana, apa yang harus kita lakukan, Clara?"Perempuan berambut merah ini juga agak gemetar. Akan tetapi, pengendalian dirinya cukup baik, "Kau tidak perlu khawatir, bukankah kita ju
Sebelum sempat bereaksi, dua orang muncul dari balik tangga, tampaknya mereka baru saja keluar dari sebuah ruangan. Perempuan dan Pria, berdiri berdampingan menghadap dua orang Pria yang menerobos masuk. Tuan Levebvè menatap biasa ke arah sang putri, tapi entah mengapa Clara merasakan aura kemarahan yang luar biasa menguar dari tubuh sang Ayah. Dia sungguh tidak mengharapkan akan ditemukan oleh sang Ayah begitu cepat. Memang, resiko menerima kerjasama dari Allan Stuart adalah terbongkarnya siapa pelaku dibalik kejadian yang ada; akan tetapi sungguh, tidak secepat ini maksud Clara. Setidaknya, berikan dia sinyal bahwa sang Ayah telah mengetahuinya. "Aㅡayah," ucapnya dengan sedikit tergagap. Tuan Levebvè hanya berkata, "Di mana adik mu?" Untuk sesaat, Clara tampak kebingunganㅡentah dengan sikap yang ditunjukan oleh tuan Levebvè atau atas kalimat pertanyaan yang diajukan. "Dia ... bukankah selama ini dia berada di dalam kamar?" "Nope," bantah tuan Levebvè, "Dia tidak ada di kamar
Manusia tidak pernanh menjadi makhluk yang sempurna, kecuali jika kita mempertemukan diri kita dengan yang lain. Oleh sebab itu, tidak heran apabila manusia, jika mendapatkan pasangan, layaknya seperri menemukan kepingan puzzle yang menghilang. Rasanya, Son merasa bahwa kejadian kemarin terlalu anti-klimaks, sehingga terkadang ia memiliki banyak pikiran tertentuㅡseperti akankah ada masalah lebih serius yang akan menimpa keluarga tuannya?Saat ini, Son sedang berada disebuah tempat dengan bau disenfektan paling menyengat di duniaㅡrumah sakit. Mino, selepas memasuki kapal selama, beruntungnya di kapal tersebut terdapat dokter militer, sehingga keadaan Irene yang dehidrasi bisa diatasi dengan pertolongan pertama. Rasanya, jika Son membayangkan terlambat sedikit menyelamatkan Irene, Mino akan menjadi orang gila yang akan memporak porandakan dunia dan seisinya. Mino, di sisi lain tidak masuk kerja. Pria itu mencoba tenang dengan mengalihkan fokusnya pada kerjaan yang menumpuk. Beruntung
Berita pernikahan putra sulung keluarga Dendanious, Lousi Mino Dendanious menyebar luas; berbagai awak media berbondong-bondong menjadikan berita ini sebagai headline majalah dan koran, sementara ada juga sebagian jurnalistik yang berdiam diri di depan mansion keluarga Dendanious demi mencari secuil beritaㅡterutama menyangkut hal berupa scandal akan lebih baik. Atau setidaknya mereka pikir seperti itu. Sebab, hingga tiga hari belakangan ini, Mansion keluarga Dendanious cenderung sepi dan hanya ada pelayan atau tukang kebun yang membersihkan halaman dibalik pagar yang menjulang tinggi. Para wartawan dan paparazzi ini sudah berkemah di sini. Dan tepat di saat mereka sudah putus asa, sebuah mobil Misserati terlihat mendekati pagar mansion keluarga Dendanious. Para wartawan ini segera menarik kamera dan mencoba melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah salah satu kerabat Mino, yang datang untuk melihat anggota keluarga baru Dendanious yang dinanti-nanti. "Tuan Dealton, bagaimana pe
Seperti dadu yang dilempar, hari terus bergulir, menggantikan hari-hari sebelumnya yang telah dilewati oleh manusia. Bedanya, jika dadu dilempar oleh manusia, maka hari tidak ditentukan oleh siapapun.Roda berputar, seperti putaran takdir yang tidak bisa diprediksi; kadang di atas, terkadang pula manusia merasakan rasa pedihnya berada di bawah. Semua itu, sungguh Tuhan-lah yang telah mengaturnya. Agar seluruh manusia mengetahui seberapa hebatnya Tuhan menciptakan takdir dan alam semestaㅡagar tidak melupakan bahwa setiap perbuatan selalu ada konsekuensi yang harus dijalani. Mulai dari pertemuan tak terduga, hingga sebuah perpisahan yang telah direncanakan. Mulai dari rasa cinta, hingga rasa benci yang teramat sangat menyesakan hati. Seperti sungai yang mengalir, adem, menghanyutkan, dan membawa berbagai macam emosi di dalamnya; kepedihan, kesenangan, dan kemarahanㅡair sungai terlihat tenang tapi begitu menghanyutkan. Hal ini sama dengan yang tua meninggalkan dunia, dan yang muda terla
Clarissa keluar dari rumah sakit dengan pandangan kosong. Perempuan itu menatap langit biru di atasnya, lalu mengembuskan napas lelah. Tidak heran beberapa minggu terakhir ini dia menjadi lebih cepat lelah, bawaannya ingin pulang ke rumah dan tidur dengan nyaman, belum lagi rasa mual yang cukup mengganggu. Siapa sangka dia akan mengalaminya secepat ini? Takdir terlalu kejam untuknya. Bagaimana dia harus berkata kepada kakaknya, Irene? Belum lagi kakak iparnya yang juga berteman dekat dengan sosok yang belakangan ini terus mengusik kehidupan tenang Clarissa? Terutama, bagaimana dia menjelaskan ini kepada ayahnya? Berbagai sekelumit pemikiran terus bermekaran dalam kepala. Seolah otaknya menolak berhenti untuk tidak berpikir belebihan. Belakangan ini, ayahnya, tuan Levebvè sangat membanggakan dirinya yang sudah berani mengambil langkah kecil untuk melihat sisi lain kehidupan sebagai pekerja kantoran di perusahaan en
Beberapa hari belakangan ini Clarissa merasa dia dilihat oleh banyak orang. Dalam artian pandangan yang menatapnya dengan pandangan menilai, menghakimi, hingga merendahkan. Sebenarnya ini bisa saja hanya sebuah perasaan semata, tapi hal ini semakin membuatnya yakin ketika ia hendak ke kamar mandi untuk memuntahkan rasa mual. "Kau dengar, tidak aku sangka ternyata dia masuk ke Music Blanc menggunakan jalur nepotisme," ujar salah seorang staff. Clarissa menahan rasa mualnya habis-habisan dan berdiri terdiam di depan kamar mandi seraya membekap mulutnya. "Ya, aku yakin dia tidak memiliki prestasi sedikitpun. Apa yang kau harapkan dari seorang anak konglomerat yang manja? Tidakah belakangan keluarga Levebvè juga terkena kasus penculikan?" Menggelengkan kepala, "Sungguh keluarga yang brutal.""Sshh," staff itu melirik ke kanan dan ke kiri, "Jaga ucapan mu, aku dengar bahwa putri keluarga Levebvè yang tersembunyi adalah istri dari CEO Mino, bahaya jika kau ketahuan." Mengangkat bahu acuh
Irene sedang menikmati afternoon tea nya ketika ia mendapatkan kabar dari Marcus tentang alasan sikap murung Clarissa belakangan ini. Sejenak, Irene terdiam. Dia pandangi sosok tampan sang suami yang juga sedang menatapnya dengan pandangan kebingungan. "Aku tidak tahu apapun, sungguh!" "Aku tidak mengatakan apapun." Irene bergumam lembut. Mengembuskan napas, "Albert memang seperti itu sejak dulu. Awalnya dia tidak terlalu into sex, tapi sejak masuk ke persusahaan, ada satu dua hal yang tampaknya membuat dia sering seperti itu." Mata Irene memincing, "Did you do the same?""I do the same," Mino segera melanjutkan, "Aku bersumpah hanya melakukannya beberapa kali untuk stress relief." Irene hanya terdiam. Dia sudah pernah memikirkan ini sebelumnya, tapi mendengar pengakuan ini secara langsung, rasanya sedikit ada yang mencubit dihati. Namun, mengingat kini Mino sudah menjadi miliknya, tampaknya dia mengkhawatirkan hal yang tidak perlu."Yeah, kita tidak perlu meributkan hal yang su
Mentari sudah terbit, sinarnya memasuki cela-cela ventilasi dan menembus tirai. Sayang sekali, mungkin karena mabuk dan terlalu sibuk dengan urusan ranjang, kedua orang yang masih berbaring di atas kasur tersebut lupa untuk menutup tirai jendela. Sehingga kini matahari langsung menyinari dan membangunkan salah satu di antara mereka. Clarissa adalah sosok yang pertama kali terbangun. Perempuan itu langsung menatap wajah tertidur Albert. Dengan tergasa, dia segera bangun dari tidurnya dengan wajah panik. "Akh." Sial, sial, sial! Clarissa ingin mencakar habis pria kurang ajar satu ini. Dalam hati berkata bagaimana bisa Mino berteman baik dengan sosok bejat seperti Albert? Mendengar pekikkan kecil dan suara tergesa, Albert juga bangun dari tidurnya. Pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat. Namun, kali ini berbeda. Perempuan yang bersamannya sepanjang malam tampak sangat panik, dan terlihat mencari-cari sesuatu. "Mencari apa?" Suara serak khas bangun tidur membuat Clarissa membek
Clarissa tidak lagi mempedulikan. Perempuan itu segera memesan menu makanan yang ingin ia makan pada malam hari ini kepada bartender. "Do you think I can get closer to him?" Clarissa mengengkat bahu, "Tidak tahu, tergantung metode seperti apa yang ingin kau gunakan? Langsung menggoda, atau mau memasukan aphrodisiac?" Mata Viona melotot, tanpa sadar memukul pelan lengan rekannya, "Pikiran mu sungguh kotor."Wajah Clarissa mencerminkan tanda tanya besar. Di bagian mana dia kotor? Bukankah menggoda secara langsung dan memasukan aphrodisiac ke dalam minuman adalah metode yang biasa sering digunakan oleh banyak orang? Menganati wajah Viona yang memerah parah, Clarissa memutar bola matanya jengah. Jangan katakan ladanya bahwa Viona adalah gadis polos yang denial atas hal-hal kotor? Menghela napas, "Lalu, kau ingin dia menotis mu seperti apa?" Menundukan kepala, "Tidakkah aku cantik?" Clarissa seketika itu juga ingin sekali bernajak pulang. Siapa yang menyangka bahwa Viona merupakan g
Albert Ventagio, orang-orang selalu mengenalnya sebagai sosok ramah dan sopan. Ditambah dia adalab sekretaris sekaligus asisten pribadi seorang Louis Mino Dendanious, yang menjadikan lria itu lebih cekatan dari pada yang lainnya. Mungkin karena terinfeksi siklus kerja sahabatnya, Mino, terkadang Albert juga bisa lebih workholic daripada Mino sendiri. Sebagai sekretaris yang ditugaskan langsung dibawah Mino, dia terkadang juga menggantikan Mino dalam memimpin rapatㅡbaik secara lokal maupun rapat internasional, seperti yang sudah-sudah. Terkadang dia berada di luar negri karena utusan Mino yang kebetulan jadwalnya bertabrakan dengan jadwal meeting di luar. Sehingga mengutus Albert sebagai pengganti. Albert juga bukan berasal dari kalangan keluarga berada atau menengah ke bawah. Mendiang ayahnya adalah seorang dosen di salah satu universitas di Boston, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan harian sebagai penjual bungaㅡsekarang sudah memiliki toko dan membu
Clarissa hari ini sudah mulai masuk menjadi pekerja tetap di perusahaan Music Blanc sebagai public relation. Pekerjaan ini cenderung paling sibuk; setiap harinya harus memberikan press realise di website resmi perusahaan, promosi di akun media sosial yang telah tersedia. Hingga harus memberikan ide kreatif agar lebih menarik banyak peerhatian fans. Jumlah fans aktris, aktor, dan penyanyi di perusahaan ini banyak, hingga tidak heran apabila fans mereka juga menjadi fans perusahaan. Music Blanc digadang-gadang menjadi perusahaan entertainment dengan followers terbanyak diberbagai sosial media. Clarissa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perempuan itu tidak malu untuk memperkenalkan diria dan dari jurusan mana dia berasal. Namun, dia tidak membicarakan soal Marcus sebagai temannya, Mino sebagai kakak iparnya, dan merupakan anak bungsu keluarga Levebvè. Setidaknya, bagi Clarissa cukup tahu diri bahwa tidak semua orang bisa menikmati privilage seperti yang ia punya. Jadi