Clarissa mengikuti arahan sang ayah. Perempuan berusia duapuluh tahunan ini mengurung diri di kamar villa seraya menggigit ujung ponsel. Dia tidak menyangka bahwa kakaknya akan menjadi monster gila seperti ini. Bagaimana bisa kakaknya menyiksa dokter Irene? Ini jelas tidak bisa dibiarkan, tapi posisinya juga sangat tidak menguntungan. Serba salah, dan menjadi double agent akan lebih menguntungkan. Sebenarnya dia tidak tahu harus mempercayai ucapan Clara atau tidak, perihal ibunya dan juga masa lalu keluarga Levebvè. Beberapa kali, sejak setibanya ia di villa ini, mencoba memgetik di internet perihal masa lalu keluarga Levebvè, ada beberapa intrik kata kunci yang membuatnya penesaran sengath mati; married by accident, anak haram, dan lain sebagainya. Terdapat beberapa kalimat yang perlu di highlight; kekasih Rakhsa Levebvè, Shamantha Shanon, memutuskan untuk meninggalkan Amerika Serikat dengan bukti foto yang terlampir dibagian bawah. Sungguh, wajah orang yang bernama Shamantha ini
Kapal Selam. Tidak heran apabila Mino bisa sampai hingga ke pulai private ini disaat cuaca sedang badai. Sebab, jika tidak bisa melalui permukaan lautan, maka menggunakan jalur bawah laut adalah pilihan yang paling bisa masuk diakal. Namun, hanya untuk menyelamatkan satu nyawa dengan menggunakan kapal selam angkatan laut, sudah menjelaskan posisi Irene dihati Mino. Tentu hal ini mengakibatkan kecemburuan yang lebih di hati Clara. Batinya terus bertanya-tanya, apa yang kurang dari dirinya? "I see, so this is your choise then." Suara Mino kembali terdengar. Sementara di belakangnya, kini terdapat banyak sekali anggota pengawal dengan pakaian formal hitam-hitam, tampak siap untuk melangkah maju ke depan dan melakukan aksi baku hantam. Allan sedikit takut melihat ekspresi bertekad dari anak buah Mino. "Bagaimana, apa yang harus kita lakukan, Clara?"Perempuan berambut merah ini juga agak gemetar. Akan tetapi, pengendalian dirinya cukup baik, "Kau tidak perlu khawatir, bukankah kita ju
Sebelum sempat bereaksi, dua orang muncul dari balik tangga, tampaknya mereka baru saja keluar dari sebuah ruangan. Perempuan dan Pria, berdiri berdampingan menghadap dua orang Pria yang menerobos masuk. Tuan Levebvè menatap biasa ke arah sang putri, tapi entah mengapa Clara merasakan aura kemarahan yang luar biasa menguar dari tubuh sang Ayah. Dia sungguh tidak mengharapkan akan ditemukan oleh sang Ayah begitu cepat. Memang, resiko menerima kerjasama dari Allan Stuart adalah terbongkarnya siapa pelaku dibalik kejadian yang ada; akan tetapi sungguh, tidak secepat ini maksud Clara. Setidaknya, berikan dia sinyal bahwa sang Ayah telah mengetahuinya. "Aㅡayah," ucapnya dengan sedikit tergagap. Tuan Levebvè hanya berkata, "Di mana adik mu?" Untuk sesaat, Clara tampak kebingunganㅡentah dengan sikap yang ditunjukan oleh tuan Levebvè atau atas kalimat pertanyaan yang diajukan. "Dia ... bukankah selama ini dia berada di dalam kamar?" "Nope," bantah tuan Levebvè, "Dia tidak ada di kamar
Manusia tidak pernanh menjadi makhluk yang sempurna, kecuali jika kita mempertemukan diri kita dengan yang lain. Oleh sebab itu, tidak heran apabila manusia, jika mendapatkan pasangan, layaknya seperri menemukan kepingan puzzle yang menghilang. Rasanya, Son merasa bahwa kejadian kemarin terlalu anti-klimaks, sehingga terkadang ia memiliki banyak pikiran tertentuㅡseperti akankah ada masalah lebih serius yang akan menimpa keluarga tuannya?Saat ini, Son sedang berada disebuah tempat dengan bau disenfektan paling menyengat di duniaㅡrumah sakit. Mino, selepas memasuki kapal selama, beruntungnya di kapal tersebut terdapat dokter militer, sehingga keadaan Irene yang dehidrasi bisa diatasi dengan pertolongan pertama. Rasanya, jika Son membayangkan terlambat sedikit menyelamatkan Irene, Mino akan menjadi orang gila yang akan memporak porandakan dunia dan seisinya. Mino, di sisi lain tidak masuk kerja. Pria itu mencoba tenang dengan mengalihkan fokusnya pada kerjaan yang menumpuk. Beruntung
Sejenak, tuan Levebvè tidak mampu mengatakan apapun. Pria tua itu menunduk kan kepala, lalu mendongak ketika tekadnya untuk memberitahu sudah terlihat di depan mata. Clarissa, menepuk bahu sang ayah, "Aku pikir, Mino jiga perlu tahu." Tuan Levebvè menganggukan kepala. Pria paruh baya tersebut menghela napas, "Ini cerita panjang. Sebenarnya, aku dan Shamantha telah menikah. Dalam pernikahan kami, Irene muncul sebagai sosok yang mampu memgeratkan kami berdua. Shamantha adalah gadis yang mama bawa dari panti asuhan yang ia kunjungi di Korea Selatan. Dia keturunan Korea-Spanyol, pada awal pernikahan, kami memang tidak begitu harmonis. Seiring berjalannya waktu, Irene lahir, dan karena dia membawa berkah kebahagiaan, mama ku, memberikan nama Lissabeth sebagai nama tengah Irene." "Akan tetapi, tampaknya aku terlalu munafik," ucap tuan Levebvè. Kemudian, pria itu menceritakan bagaimana ia dan nyonya Levebvè kembali berjumpa setelah sepuluh tahun lamanya tidak bertemu. Dalam reunian sekola
Mino menghentikan sejenak aktifitasnya. Pria itu melepaskan kembali laptop yang berada dipangkuan, dan menatap ke arah Albert. "Rencana apa yang kau maksud?" Albert mengangkat sebelah alis, "Tidakkah dulu kau ingin membalas dendam?" Pria itu menggelengkan kepala, "You even want to throw her out, right?" Mino, "...." Yang melupakan tujuan awalnya hanya bisa terdiam menatap sahabatnya. "Alright, I'll remind you." Menarik napas, "Dulu, setelah kau mendapatkan informasi perihal biodata singkat Irene, tidakkah kau ingin membalas dendam atas kecelakaan yang kau alami karena kau merasa bahwa keluarga Levebvè-lah dalang dibalik segalanya?" Albert sungguh tidak tahu ampun dalam berbicara. "Kau ... bahkan hendak membuang istri mu sebagai bagian dari balas dendam mu, 'kan. Don't say that you didn't said that before, Minoㅡyou even swear to yourself that you did jot want to fall in love to Irene." "...." Bisakan Albert diam sedikit saja?! Rasanya menyakitkan sekali apabila ia mengingat ucapa
Irene tiba di bandara internasional Loss Angeles pada pukul 08.00 pagi hari. Perempuan itu segera menggunakan taksi menuju alamat cafè sahabatnya. Dia sudah memiliki tempat tujuan yang ia inginkan, akan tetapi dia harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan sang sahabat. Taksi yang dikendarai oleh Irene melesat membelah jalanan kota Loss Angeles, perempuan itu telah berganti pakaian dengan pakaian casual apa adanya. Rambutnya dikuncir asal, dan matanya sedikit sembab akibat menangis selama di pesawat. Beberapa pramugari memberikan tisu tanpa mengatakan apapun. Sesampainya di cafè, Irene melangkah masuk. Ia mendapati sosok Jennie yang sedang sibuk membuatkan minuman untuk pelanggan yang telah menjadi pengunjung setia cafè kecilnya. Ketika Jennie mendongak untuk memberikan pesanan, wanita itu tersenyum mendapati sosok sahabatnya yang datang. "Here your order, sir, thank you." Setelah mengucapkan hal tersebut, Jennie segera melepaskan apron cafè, berjalan mengelilingi pantry sebelum
Joshua Chen mengendarai Misserati putih dengan tenang, ekspresi wajahnya menunjukan rasa terkejut luar biasa, sementara itu dia mencoba memarkirkan nobil tepat di depan cafè istrinya, Jennie Alexander. Mungkin sekitar 5 menit kemudian, Joshua melihat Jennie keluar dari cafè dengan membawa tas dan satu americano. Membuka pintu mobil, perempuan itu memiliki raut wajah tidak biasa. "Here," ucap Jennie. Perempuan itu menyerahkan es americano kepada suaminya. "Whats up with the long face?" Jennie mendengus, "Sahabat ku, kau tahu kan, Irene." "Kali ini ada apa lagi?" Joshua teringat dengan sosok perempuan yang datang ke hari pernikahannya dengan Jennie. "Dia entah kenapa pergi terburu-buru sekali," jawab Jennie. Joshua menjalankan mobilnya. Membelah kota Loss Angeles menuju rumah tempat mereka tinggal. "Sepupu jauh ku, kau tahu Mino, bukan? Tampaknya dia sedang dalam masalah besar."Jennie mengerenyitkan kening, "Masalah apa, perusahan Next In Company akan bangkrut?""Hey, jaga ucapan
Berita pernikahan putra sulung keluarga Dendanious, Lousi Mino Dendanious menyebar luas; berbagai awak media berbondong-bondong menjadikan berita ini sebagai headline majalah dan koran, sementara ada juga sebagian jurnalistik yang berdiam diri di depan mansion keluarga Dendanious demi mencari secuil beritaㅡterutama menyangkut hal berupa scandal akan lebih baik. Atau setidaknya mereka pikir seperti itu. Sebab, hingga tiga hari belakangan ini, Mansion keluarga Dendanious cenderung sepi dan hanya ada pelayan atau tukang kebun yang membersihkan halaman dibalik pagar yang menjulang tinggi. Para wartawan dan paparazzi ini sudah berkemah di sini. Dan tepat di saat mereka sudah putus asa, sebuah mobil Misserati terlihat mendekati pagar mansion keluarga Dendanious. Para wartawan ini segera menarik kamera dan mencoba melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah salah satu kerabat Mino, yang datang untuk melihat anggota keluarga baru Dendanious yang dinanti-nanti. "Tuan Dealton, bagaimana pe
Seperti dadu yang dilempar, hari terus bergulir, menggantikan hari-hari sebelumnya yang telah dilewati oleh manusia. Bedanya, jika dadu dilempar oleh manusia, maka hari tidak ditentukan oleh siapapun.Roda berputar, seperti putaran takdir yang tidak bisa diprediksi; kadang di atas, terkadang pula manusia merasakan rasa pedihnya berada di bawah. Semua itu, sungguh Tuhan-lah yang telah mengaturnya. Agar seluruh manusia mengetahui seberapa hebatnya Tuhan menciptakan takdir dan alam semestaㅡagar tidak melupakan bahwa setiap perbuatan selalu ada konsekuensi yang harus dijalani. Mulai dari pertemuan tak terduga, hingga sebuah perpisahan yang telah direncanakan. Mulai dari rasa cinta, hingga rasa benci yang teramat sangat menyesakan hati. Seperti sungai yang mengalir, adem, menghanyutkan, dan membawa berbagai macam emosi di dalamnya; kepedihan, kesenangan, dan kemarahanㅡair sungai terlihat tenang tapi begitu menghanyutkan. Hal ini sama dengan yang tua meninggalkan dunia, dan yang muda terla
Clarissa keluar dari rumah sakit dengan pandangan kosong. Perempuan itu menatap langit biru di atasnya, lalu mengembuskan napas lelah. Tidak heran beberapa minggu terakhir ini dia menjadi lebih cepat lelah, bawaannya ingin pulang ke rumah dan tidur dengan nyaman, belum lagi rasa mual yang cukup mengganggu. Siapa sangka dia akan mengalaminya secepat ini? Takdir terlalu kejam untuknya. Bagaimana dia harus berkata kepada kakaknya, Irene? Belum lagi kakak iparnya yang juga berteman dekat dengan sosok yang belakangan ini terus mengusik kehidupan tenang Clarissa? Terutama, bagaimana dia menjelaskan ini kepada ayahnya? Berbagai sekelumit pemikiran terus bermekaran dalam kepala. Seolah otaknya menolak berhenti untuk tidak berpikir belebihan. Belakangan ini, ayahnya, tuan Levebvè sangat membanggakan dirinya yang sudah berani mengambil langkah kecil untuk melihat sisi lain kehidupan sebagai pekerja kantoran di perusahaan en
Beberapa hari belakangan ini Clarissa merasa dia dilihat oleh banyak orang. Dalam artian pandangan yang menatapnya dengan pandangan menilai, menghakimi, hingga merendahkan. Sebenarnya ini bisa saja hanya sebuah perasaan semata, tapi hal ini semakin membuatnya yakin ketika ia hendak ke kamar mandi untuk memuntahkan rasa mual. "Kau dengar, tidak aku sangka ternyata dia masuk ke Music Blanc menggunakan jalur nepotisme," ujar salah seorang staff. Clarissa menahan rasa mualnya habis-habisan dan berdiri terdiam di depan kamar mandi seraya membekap mulutnya. "Ya, aku yakin dia tidak memiliki prestasi sedikitpun. Apa yang kau harapkan dari seorang anak konglomerat yang manja? Tidakah belakangan keluarga Levebvè juga terkena kasus penculikan?" Menggelengkan kepala, "Sungguh keluarga yang brutal.""Sshh," staff itu melirik ke kanan dan ke kiri, "Jaga ucapan mu, aku dengar bahwa putri keluarga Levebvè yang tersembunyi adalah istri dari CEO Mino, bahaya jika kau ketahuan." Mengangkat bahu acuh
Irene sedang menikmati afternoon tea nya ketika ia mendapatkan kabar dari Marcus tentang alasan sikap murung Clarissa belakangan ini. Sejenak, Irene terdiam. Dia pandangi sosok tampan sang suami yang juga sedang menatapnya dengan pandangan kebingungan. "Aku tidak tahu apapun, sungguh!" "Aku tidak mengatakan apapun." Irene bergumam lembut. Mengembuskan napas, "Albert memang seperti itu sejak dulu. Awalnya dia tidak terlalu into sex, tapi sejak masuk ke persusahaan, ada satu dua hal yang tampaknya membuat dia sering seperti itu." Mata Irene memincing, "Did you do the same?""I do the same," Mino segera melanjutkan, "Aku bersumpah hanya melakukannya beberapa kali untuk stress relief." Irene hanya terdiam. Dia sudah pernah memikirkan ini sebelumnya, tapi mendengar pengakuan ini secara langsung, rasanya sedikit ada yang mencubit dihati. Namun, mengingat kini Mino sudah menjadi miliknya, tampaknya dia mengkhawatirkan hal yang tidak perlu."Yeah, kita tidak perlu meributkan hal yang su
Mentari sudah terbit, sinarnya memasuki cela-cela ventilasi dan menembus tirai. Sayang sekali, mungkin karena mabuk dan terlalu sibuk dengan urusan ranjang, kedua orang yang masih berbaring di atas kasur tersebut lupa untuk menutup tirai jendela. Sehingga kini matahari langsung menyinari dan membangunkan salah satu di antara mereka. Clarissa adalah sosok yang pertama kali terbangun. Perempuan itu langsung menatap wajah tertidur Albert. Dengan tergasa, dia segera bangun dari tidurnya dengan wajah panik. "Akh." Sial, sial, sial! Clarissa ingin mencakar habis pria kurang ajar satu ini. Dalam hati berkata bagaimana bisa Mino berteman baik dengan sosok bejat seperti Albert? Mendengar pekikkan kecil dan suara tergesa, Albert juga bangun dari tidurnya. Pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat. Namun, kali ini berbeda. Perempuan yang bersamannya sepanjang malam tampak sangat panik, dan terlihat mencari-cari sesuatu. "Mencari apa?" Suara serak khas bangun tidur membuat Clarissa membek
Clarissa tidak lagi mempedulikan. Perempuan itu segera memesan menu makanan yang ingin ia makan pada malam hari ini kepada bartender. "Do you think I can get closer to him?" Clarissa mengengkat bahu, "Tidak tahu, tergantung metode seperti apa yang ingin kau gunakan? Langsung menggoda, atau mau memasukan aphrodisiac?" Mata Viona melotot, tanpa sadar memukul pelan lengan rekannya, "Pikiran mu sungguh kotor."Wajah Clarissa mencerminkan tanda tanya besar. Di bagian mana dia kotor? Bukankah menggoda secara langsung dan memasukan aphrodisiac ke dalam minuman adalah metode yang biasa sering digunakan oleh banyak orang? Menganati wajah Viona yang memerah parah, Clarissa memutar bola matanya jengah. Jangan katakan ladanya bahwa Viona adalah gadis polos yang denial atas hal-hal kotor? Menghela napas, "Lalu, kau ingin dia menotis mu seperti apa?" Menundukan kepala, "Tidakkah aku cantik?" Clarissa seketika itu juga ingin sekali bernajak pulang. Siapa yang menyangka bahwa Viona merupakan g
Albert Ventagio, orang-orang selalu mengenalnya sebagai sosok ramah dan sopan. Ditambah dia adalab sekretaris sekaligus asisten pribadi seorang Louis Mino Dendanious, yang menjadikan lria itu lebih cekatan dari pada yang lainnya. Mungkin karena terinfeksi siklus kerja sahabatnya, Mino, terkadang Albert juga bisa lebih workholic daripada Mino sendiri. Sebagai sekretaris yang ditugaskan langsung dibawah Mino, dia terkadang juga menggantikan Mino dalam memimpin rapatㅡbaik secara lokal maupun rapat internasional, seperti yang sudah-sudah. Terkadang dia berada di luar negri karena utusan Mino yang kebetulan jadwalnya bertabrakan dengan jadwal meeting di luar. Sehingga mengutus Albert sebagai pengganti. Albert juga bukan berasal dari kalangan keluarga berada atau menengah ke bawah. Mendiang ayahnya adalah seorang dosen di salah satu universitas di Boston, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan harian sebagai penjual bungaㅡsekarang sudah memiliki toko dan membu
Clarissa hari ini sudah mulai masuk menjadi pekerja tetap di perusahaan Music Blanc sebagai public relation. Pekerjaan ini cenderung paling sibuk; setiap harinya harus memberikan press realise di website resmi perusahaan, promosi di akun media sosial yang telah tersedia. Hingga harus memberikan ide kreatif agar lebih menarik banyak peerhatian fans. Jumlah fans aktris, aktor, dan penyanyi di perusahaan ini banyak, hingga tidak heran apabila fans mereka juga menjadi fans perusahaan. Music Blanc digadang-gadang menjadi perusahaan entertainment dengan followers terbanyak diberbagai sosial media. Clarissa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perempuan itu tidak malu untuk memperkenalkan diria dan dari jurusan mana dia berasal. Namun, dia tidak membicarakan soal Marcus sebagai temannya, Mino sebagai kakak iparnya, dan merupakan anak bungsu keluarga Levebvè. Setidaknya, bagi Clarissa cukup tahu diri bahwa tidak semua orang bisa menikmati privilage seperti yang ia punya. Jadi