Ryan white melihat foto-foto yang berserakan dihadapannya dengan perasaan iri yang tajam, apalagi saat melihat semua itu dalam bentuk rekaman video.'Fuck!' Ryan memaki saat melihat video si wanita pantai itu sedang memanggang sesuatu.Walau diambil dari tengah lautan, jelas terlihat kecantikan dan kemolekkan si wanita pantai.Dengan hanya memakai celemek masak, dia asyik memanggang, kemudian pria itu keluar dan menggendong wanita pantai itu dan membawanya masuk.Ryan bisa membayangkan apa yang mereka lakukan, dia sendiri akan mengurung wanita itu saat nanti mereka bersama.Tak berapa lama wanita pantai itu kembali ke samping alat pemanggangnya dan melanjutkan apa yang tadi dikerjakannya, kemudian pasangannya muncul kembali dan akhirnya mereka mulai bercinta, shitt! Ryan tidak dapat melanjutkan, dia merasa panas, hatinya terbakar iri dan cemburu, dia sangat menginginkan wanita itu.Tapi semua foto dan video ini tidak bisa mewakili sosok wanita itu yang sesungguhnya.Kembali Ryan
Demi menyenangkan sang suami akhirnya Almira pun memakai gaun peach berleher halter yang membalut tubuhnya dengan seksi kemudian melebar turun ke bawah hingga mata kaki.Almira merasa sangat nyaman karena kelembutan sutra yang membalut tubuhnya, tapi saat dia harus melihat ke depan cermin kembali Almira ragu-ragu tidak pernah dia membayangkan akan memakai pakaian begitu berani seperti ini, dengan bra saja Almira tidak akan berani, apalagi tanpa bra, oh my Godness.Bastian sedang berganti pakaian sambil berpikir, setelah hari ini mereka habiskan di darat, mungkin besok mereka bisa mencoba masuk ke air, snorkling atau diving atau bahkan mereka bisa mencoba bermain berdua di udara, parasailing? Pasti sangat mengasyikkan.Sambil mencoba peruntungannya, Bastian menghampiri dan bertanya pada Almira."Sayang, besok kita parasailing mau?"Almira yang sudah siap, dan kini sedang memeluk tasnya di depan dada, membelalakkan matanya, hingga Bastian kaget."Kenapa, Ra?""Aku takut ketinggian,
Malam ini Bastian tidak ingin pergi kemanapun, Almira sudah mengusulkan banyak pilihan, tapi Bastian tetap tidak ingin keluar kamar, jadi akhirnya mereka menghabiskan waktu di dalam resort saja.Seperti saat ini, Bastian duduk di sofa dan Almira tidur di pangkuan Bastian, tangan Bastian mulai membelai rambut Almira.Mereka memutar film lama bertema action, ternyata mereka berdua memiliki selera yang sama, penggemar berat film action.Sambil memainkan rambut istrinya Bastian berpikir, mungkin mereka terlalu cepat memutuskan bersama, lebih tepatnya dia terlalu cepat memaksakan pernikahan mereka, hingga mereka belum sempat mengenal hobi, kegemaran dan kesenangan masing-masing, mereka tidak pernah nonton atau jalan-jalan berdua.Bastian merasa dia berhutang mengajak kekasihnya ini berjalan-jalan, apapun yang laiknya dilakukan oleh orang yang berkencan.Apalagi Almira-nya yang ternyata masih virgin, sangat amat mungkin dia memang tidak pernah menikmati kencan seperti gadis pada umu
Hari ini tanpa terasa mereka sudah memasuki hari ke-6 masa bulan madu.Mereka berencana untuk bermain air, lebih tepatnya Almira mengajak snorkeling atau diving, kalau tergantung Bastian lebih baik mereka di kamar saja.Pagi-pagi mereka sudah bangun dan mempersiapkan diri, sarapan lebih awal, supaya nanti saat mereka tiba di pantai perut mereka sudah tidak terlalu penuh.Mereka berangkat menuju ke coral garden's yang menurut guides di resort pemandangan bawah lautnya sangat luar biasa indah, di sana mereka akan dapat bermain langsung dengan ikan tropis warna warni yang sangat indah.Di perjalanan, Bastian memeluk erat-erat istrinya, dia masih merasa tidak nyaman membawa Almira keluar.Bastian cepat menepis pikirannya, sebelum Almira bisa membaca apa yang dipikirkannya.Bastian sangat yakin dalam hatinya, apapun yang terjadi Almira atidak akan berpaling darinya, itu janji Almira-nya, dan Almira bukan orang yang mudah berjanji, tapi ternyata janji saja belum mampu menenangkan hatin
Akhirnya Almira berhasil memaksa Bastian untuk mampir ke klinik terdekat yang ada di sekitar area resort.Dokter yang melayani sudah cukup umur dan terkesan santai dan sangat ramah.Setelah memeriksa dengan seksama, kemudian dokter membersihkan, agar Bastian menjaga lukanya jangan terkena air dulu selama 1x24 jam.Almira menghampiri dokter senior itu lebih dekat dan melontarkan pertanyaan yang mengganjal di hatinya."Dok, boleh nanya, kalau melihat lukanya, dokter memperkirakan apa ya dok?"Dokter senior itu menatap Almira kemudian mencuci tangannya dan mulai mejawab pertanyaan."Kalau melihat lukanya, kemungkinan besar diakibatkan oleh serpihan batu karang yang karena kekuatan yang besar, yang searah dengan kita, bisa memiliki dorongan yang keras, jadi walau hanya serpihan bisa mengakibatkan luka yang lumayan mengganggu.""Kekuatan yang besar maksudnya seperti gelombang, ombak ya Dok? Tapi saya bersamanya di dalam air, Dok!" Almira berusaha memahami penjelasan dokter itu.Saat it
Miranda sedang stress berat, sejak dia bertemu Samuel, dia masih berharap apa yang disampaikan Samuel hanya ancaman.Dia merasa Bastian tidak mungkin sekejam itu padanya .Tapi ternyata kemaren dia mendapati kenyataan itu memang kejam.Dan sekarang dia kebingungan, sejak menikah dengan Bastian dia berfoya-foya tanpa jeda dan dia tidak pernah merasa harus mengatur keuangannya karena semua pengeluarannya ditanggung oleh Bastian.Jadi mulai hari ini dia harus berpikir keras bagaimana dia bisa hidup dengan uang tunjangan yang berkurang 50 persen dan tanpa kartu Black Cardnya.Samuel brengsek, Miranda memaki Samuel yang pasti sudah mempengaruhi Bastian, pengacara sombong itu kapan-kapan harus diberi pelajaran.Kini, dia masih harus berkonsentrasi menjual aset agar bisa melunasi pembayarannya ke Ray.Ahh, kenapa dia nggak dengar nasihat gengnya ya, dua orang teman yang mengingatkan agar Miranda bersabar hingga proses perceraiannya selesai baru membuat perhitungan dengan simpanan atau pacar
Sampailah mereka di sebuah hotel bintang 5 yang terkenal, dengan suasana hall yang tenang, mewah dengan aroma khas rempah-rempah yang merebak di aeluruh ruangan.Nisa segera menelepon si Abah."Bah, kamar nomor berapa?" Tanya Nisa sambil mengetuk-ngetuk jemari kakinya."Ok, Bah seperti biasa ya Bah, 50 persen masuk rekening biasanya, pakai berita : uang muka beras ya, Bah!"Nisa mengakhiri percakapannya dengan Abah. Sambil menunggu uang masuk ke rekening, mereka melihat-lihat baju di butik hotel yang ada di sebelah ruang tunggu.Nisa melihat betapa temannya memang sudah hidup bergelimang harta, biasa hidup dengan uang yang tak pernah habis.Kelihatan sekali dia melihat semua baju dengan meraba tanpa melihat harga, kalau dia tidak berkenan dia akan pergi, dan akhirnya sampai di bagian premium, kali ini pun Miranda meraba tanpa sekalipun berusaha melihat bandrol."Bagus nggak, Nis?"Nisa, mencari dan menemukan harganya 1,9 juta hanya untuk sebuah gaun santai, mehong!"Lumayan sih,
Demi bisa melunasi hutangnya ke Ray, dan demi bisa melenyapkan simpanan Bastian maka Miranda rela melakukan pekerjaan apa saja, apalagi yang memang disukainya seperti ini , tapi itu dengan catatan kalau tidak terlalu capek! Kalau yang dialaminya saat ini kelewatan capeknya.Untunglah si Abah cukup lama tertidur, hingga saat bangun, Abah kelaparan, akhirnya mereka makan terlebih dahulu, sebelum melanjutkan pertempuran mereka.Miranda memperkirakan kali ini mereka akan bermain perlahan, sekuat-kuatnya si Abah toh dia sudah berumur.Setelah makan Miranda melihat si Abah minum obat kemudian duduk bersandar memainkan ponselnya.Tahulah Miranda bahwa Abah sedang menunggu obat yang diminumnya bereaksi."Minum obat apa, Bah?""Obat kuat asli dari Arab." jawab Abah sambil tetap memainkan ponselnya."Emang ada khasiatnya?"Kali ini Abah melihat Miranda dengan seringai di wajahnya."Kalau mau diibaratkan, tadi itu kita bermain di sungai, kali ini kita akan bermain di lautan lepas," jawab Aba
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala