Malam ini Bastian tidak ingin pergi kemanapun, Almira sudah mengusulkan banyak pilihan, tapi Bastian tetap tidak ingin keluar kamar, jadi akhirnya mereka menghabiskan waktu di dalam resort saja.Seperti saat ini, Bastian duduk di sofa dan Almira tidur di pangkuan Bastian, tangan Bastian mulai membelai rambut Almira.Mereka memutar film lama bertema action, ternyata mereka berdua memiliki selera yang sama, penggemar berat film action.Sambil memainkan rambut istrinya Bastian berpikir, mungkin mereka terlalu cepat memutuskan bersama, lebih tepatnya dia terlalu cepat memaksakan pernikahan mereka, hingga mereka belum sempat mengenal hobi, kegemaran dan kesenangan masing-masing, mereka tidak pernah nonton atau jalan-jalan berdua.Bastian merasa dia berhutang mengajak kekasihnya ini berjalan-jalan, apapun yang laiknya dilakukan oleh orang yang berkencan.Apalagi Almira-nya yang ternyata masih virgin, sangat amat mungkin dia memang tidak pernah menikmati kencan seperti gadis pada umu
Hari ini tanpa terasa mereka sudah memasuki hari ke-6 masa bulan madu.Mereka berencana untuk bermain air, lebih tepatnya Almira mengajak snorkeling atau diving, kalau tergantung Bastian lebih baik mereka di kamar saja.Pagi-pagi mereka sudah bangun dan mempersiapkan diri, sarapan lebih awal, supaya nanti saat mereka tiba di pantai perut mereka sudah tidak terlalu penuh.Mereka berangkat menuju ke coral garden's yang menurut guides di resort pemandangan bawah lautnya sangat luar biasa indah, di sana mereka akan dapat bermain langsung dengan ikan tropis warna warni yang sangat indah.Di perjalanan, Bastian memeluk erat-erat istrinya, dia masih merasa tidak nyaman membawa Almira keluar.Bastian cepat menepis pikirannya, sebelum Almira bisa membaca apa yang dipikirkannya.Bastian sangat yakin dalam hatinya, apapun yang terjadi Almira atidak akan berpaling darinya, itu janji Almira-nya, dan Almira bukan orang yang mudah berjanji, tapi ternyata janji saja belum mampu menenangkan hatin
Akhirnya Almira berhasil memaksa Bastian untuk mampir ke klinik terdekat yang ada di sekitar area resort.Dokter yang melayani sudah cukup umur dan terkesan santai dan sangat ramah.Setelah memeriksa dengan seksama, kemudian dokter membersihkan, agar Bastian menjaga lukanya jangan terkena air dulu selama 1x24 jam.Almira menghampiri dokter senior itu lebih dekat dan melontarkan pertanyaan yang mengganjal di hatinya."Dok, boleh nanya, kalau melihat lukanya, dokter memperkirakan apa ya dok?"Dokter senior itu menatap Almira kemudian mencuci tangannya dan mulai mejawab pertanyaan."Kalau melihat lukanya, kemungkinan besar diakibatkan oleh serpihan batu karang yang karena kekuatan yang besar, yang searah dengan kita, bisa memiliki dorongan yang keras, jadi walau hanya serpihan bisa mengakibatkan luka yang lumayan mengganggu.""Kekuatan yang besar maksudnya seperti gelombang, ombak ya Dok? Tapi saya bersamanya di dalam air, Dok!" Almira berusaha memahami penjelasan dokter itu.Saat it
Miranda sedang stress berat, sejak dia bertemu Samuel, dia masih berharap apa yang disampaikan Samuel hanya ancaman.Dia merasa Bastian tidak mungkin sekejam itu padanya .Tapi ternyata kemaren dia mendapati kenyataan itu memang kejam.Dan sekarang dia kebingungan, sejak menikah dengan Bastian dia berfoya-foya tanpa jeda dan dia tidak pernah merasa harus mengatur keuangannya karena semua pengeluarannya ditanggung oleh Bastian.Jadi mulai hari ini dia harus berpikir keras bagaimana dia bisa hidup dengan uang tunjangan yang berkurang 50 persen dan tanpa kartu Black Cardnya.Samuel brengsek, Miranda memaki Samuel yang pasti sudah mempengaruhi Bastian, pengacara sombong itu kapan-kapan harus diberi pelajaran.Kini, dia masih harus berkonsentrasi menjual aset agar bisa melunasi pembayarannya ke Ray.Ahh, kenapa dia nggak dengar nasihat gengnya ya, dua orang teman yang mengingatkan agar Miranda bersabar hingga proses perceraiannya selesai baru membuat perhitungan dengan simpanan atau pacar
Sampailah mereka di sebuah hotel bintang 5 yang terkenal, dengan suasana hall yang tenang, mewah dengan aroma khas rempah-rempah yang merebak di aeluruh ruangan.Nisa segera menelepon si Abah."Bah, kamar nomor berapa?" Tanya Nisa sambil mengetuk-ngetuk jemari kakinya."Ok, Bah seperti biasa ya Bah, 50 persen masuk rekening biasanya, pakai berita : uang muka beras ya, Bah!"Nisa mengakhiri percakapannya dengan Abah. Sambil menunggu uang masuk ke rekening, mereka melihat-lihat baju di butik hotel yang ada di sebelah ruang tunggu.Nisa melihat betapa temannya memang sudah hidup bergelimang harta, biasa hidup dengan uang yang tak pernah habis.Kelihatan sekali dia melihat semua baju dengan meraba tanpa melihat harga, kalau dia tidak berkenan dia akan pergi, dan akhirnya sampai di bagian premium, kali ini pun Miranda meraba tanpa sekalipun berusaha melihat bandrol."Bagus nggak, Nis?"Nisa, mencari dan menemukan harganya 1,9 juta hanya untuk sebuah gaun santai, mehong!"Lumayan sih,
Demi bisa melunasi hutangnya ke Ray, dan demi bisa melenyapkan simpanan Bastian maka Miranda rela melakukan pekerjaan apa saja, apalagi yang memang disukainya seperti ini , tapi itu dengan catatan kalau tidak terlalu capek! Kalau yang dialaminya saat ini kelewatan capeknya.Untunglah si Abah cukup lama tertidur, hingga saat bangun, Abah kelaparan, akhirnya mereka makan terlebih dahulu, sebelum melanjutkan pertempuran mereka.Miranda memperkirakan kali ini mereka akan bermain perlahan, sekuat-kuatnya si Abah toh dia sudah berumur.Setelah makan Miranda melihat si Abah minum obat kemudian duduk bersandar memainkan ponselnya.Tahulah Miranda bahwa Abah sedang menunggu obat yang diminumnya bereaksi."Minum obat apa, Bah?""Obat kuat asli dari Arab." jawab Abah sambil tetap memainkan ponselnya."Emang ada khasiatnya?"Kali ini Abah melihat Miranda dengan seringai di wajahnya."Kalau mau diibaratkan, tadi itu kita bermain di sungai, kali ini kita akan bermain di lautan lepas," jawab Aba
Bastian terbangun dan menikmati udara pantai yang masih lembab, menikmati kesunyian yang menenangkan, alam mempersiapkan diri menyambut pagi.Bahagianya tak terperikan saat bangun dengan Almira dalam pelukannya. Dulu dia menjalani aktivitas rutinnya dengan biasa-biasa saja, bangun, makan, mandi berangkat ke kantor, membangun bisnisnya, saat malam dia akan pulang, makan dan beristirahat, tanpa punya keinginan apapun. Itu sebelum Almira hadir dalam hidupnya.Sekarang dia ingin tidur dan bangun dengan Almira dalam pelukannya, menjalani hari dengan Almira di sisinya. Dia ingin menunjukkan kepada Almira tempat-tempat yang indah yang belum pernah mereka kunjungi dan dia ingin menciptakan momen bersama. Dia tidak bisa membayangkan dia bisa menjalani hari seperti dulu saat Almira belum menjadi bagian hidupnya.Kini, sepertinya tidak mungkin dia bisa hidup normal tanpa Almira.Dia rela menukar apapun yang dimilikinya, apapun dengan Almira-nya, cintanya, hidupnya.Bastian mempererat pe
"Penggaris?"Almira terpana sambil tersenyum merona, sesering apapun mereka memadu kasih, Almira masih belum terbiasa membahas aktifitas 'dewasa' secara terbuka walaupun itu dengan suaminya tercinta.Tapi dia akan berusaha belajar dengan cepat, mengejar ketinggalannya."Nanti aja di Indonesia..." Jawab Almira dengan nada yang nanggung, berhenti di tengah kalimat.Bastian menunggu lanjutan kalimat Almira."... pakai penggaris kantor," kemudian Almira tertawa lepas, membayangkan membawa pulang penggarisnya hanya untuk itu.Kemudian Almira menatap mata suaminya, hidung, mulut, dada ..terus turun ke bawah, kembali ke mata, mereka bertatapan mesra."Bagaimana hasil penilaian anda Mrs Navarell?""So far so good, sepertinya saya tidak butuh penggaris untuk menegaskannya," Almira mengimbangi godaan suaminya."Apa ada milik saya yang kurang berkenan di hati anda, Mrs Navarell?""Tolong diralat, semua ini adalah milik saya, bukan lagi milik anda, Mr Navarell.""Oh, jadi saya tidak lagi be