"Aku....." Hiraya menggantungkan kalimatnya, dia bingung harus menjawab apa pada Ernest. Sedangkan pria itu masih saja setia menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut istrinya. "Hmmm aku tidak tahu," jawab gadis itu pada akhirnya. Ernest paham, dia mengangguk samar dab mengusap lembut wajah Hiraya yang masih saja bersemu merah. "Tidak apa-apa jika kau masih malu, aku paham. Kita kan belum lama saling mengenal, bahkan langsung menikah jadi kau belum bisa terbiasa denganku." Anggukan kecil terlihat dari gadis didepannya, Ernest tidak mempermasalahkan itu. Mau bagaimana pun caranya dia akan berusaha untuk membuat Hiraya terbiasa dengannya. Lagi pula cinta darinya saja sudah cukup bukan untuk mereka berdua?Setelah selesai makan siang, mereka berdua memang tak pergi ke mana-mana. Keduanya langsung pergi ke salah satu gedung perkantoran yang merupakan gadung milik sutradara Dejun dan penulis Shinhwa. Mereka akan mengadakan press conference drama terbaru di sana. Di lobi kebetulan
"Masalah serius apa yang kau maksud?" Tanya Seok Hyeon yang tak mengerti. Akan tetapi Seung Jo tak lekas menjawabnya, dia malah berjalan ke ruangan tempat di mana rapat para artis dan Chung Seo akan berlangsung. Hal itu membuat Seok Hyeon makin dilanda penasaran, dia masih saja mencecar Seung Jo agar mau bicara. "Apa yang akan mereka bahas Seung Jo, kau tahu sesuatu ya?" Kejarnya lagi. Bahkan saat ini mereka semua sudah duduk di kursi masing-masing. Rapat akan segera dimulai, tinggal menunggu kedatangan Lee Chung Seo saja. Ernest yang memang datang lebih dulu dan duduk di samping kanan Seung Jo ikut menolehkan kepalanya. Suara Seok Hyeon tentu menjadi penyebabnya. "Apa yang kau katakan Seung Jo, lihat anak kecil ini terus merengek sejak masuk ke ruangan." Ernest berkata jahil sembari menekankan kata anak kecil saat melirik ke arah Seok Hyeon. Hal itu memantik tawa Seung Jo, juga para artis lain yang mendengarnya. "Anak kecil ini terlalu ingin tahu urusan orang dewasa Ernest,"
"Apa?" Hiraya memekik tertahan, saat ini dia memang tengah berada di ruangan Tuan Hwang Dong Hae. Mereka tengah berbicara empat mata saja tanpa ada siapapun di sana. "Tunggu-tunggu sepertinya aku salah dengar," ucap Hiraya lagi. Dia benar-benar perlu memastikan apa yang baru saja dia dengar. Tuan Hwang Dong Hae malah menggeleng pelan, memberi jawaban bahwa apa yang Hiraya dengar adalah kebenaran. "Itu benar, dan ku pastikan telingamu masih berfungsi dengan baik. Apa yang kau dengar itu lah yang akan terjadi," sahut Tuan Hwang Dong Hae dengan tegas. Pria itu duduk bersandar di kursi kebanggaannya sambil menyilangkan kaki. Hiraya menggelengkan kepalanya, dia masih tak percaya. "Tunggu Tuan tapi apa yang kau maksud dengan membuat Yoshi cuti selama satu bulan? Kau bilang cuti itu hanya untuk kesehatannya, lalu kenapa sekarang—"Gadis bermata hitam itu tidak melanjutkan kalimatnya, dia masih tak bisa mencerna ucapan Hwang Dong Hae dengan baik. "Nona Yoshi sedang dalam bahaya, aku sen
Hiraya memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia benar-benar tak bisa dicecar begini!"Kenapa kau malah marah hah? Memangnya kenapa jika aku tak mau bicara dan tak bisa percaya padamu?" Hiraya justru balik bertanya. Nafasnya juga terengah-engah sebab dia kalut dalam emosi. Ernest memilih diam, dia sadar kalau ini bukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Baik dirinya ataupun Hiraya, masih sama-sama tidak bisa mengontrol emosi masing-masing. "Aku akan pergi, kau perlu mendinginkan kepalamu!" Pria itu kemudian bangkit dari duduknya, dia memang hendak meninggalkan Hiraya sendirian di ruangannya. Ernest merasa jika diteruskan bersama mereka pasti akan bertengkar hebat nantinya. Begitu Ernest sampai di depan pintu, Hiraya mendongak dan memanggil pria itu agar kembali. "Ernest berhenti!" Serunya sambil berdiri. Ernest pun menoleh ke arahnya, gerakan tangan pria itu yang hendak meriah handle pintu terhenti. Dia hanya menatap datar ke arah Hiraya yang kini berjalan ke arahnya.
Chung Seo dan sang security tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka lekas menundukkan kepalanya dalam-dalam, tak berani banyak bicara atau membantah lagi. "Ba-baik Tuan Hwang!" Security tersebut undur diri, setelahnya masuklah seorang pria yang amat sangat Tuan Hwang Dong Hae hindari. Siapa lagi kalau bukan Kang Seung Jo. "Ada apa denganmu Seung Jo? Kenapa datang ke ruangan ku tanpa permisi?" Cecar Tuan Hwang dengan nada tidak suka. Dia juga kembali duduk di kursinya lagi. Bukannya takut, Seung Jo malah memilih untuk segera duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Pria itu menyilangkan kakinya dan bersandar di sana. "Sepertinya security mu yang tak bisa bahasa manusia, tadi aku sudah bilang jika ingin menemui mu Tuan Hwang Dong Hae!"Seung Jo menjawabnya tanpa ada rasa sopan sama sekali. Tuan Hwang Dong Hae hanya bisa menghela nafas kasar. Sikap Seung Jo memang sangat keterlaluan terhadapnya. Pria 40 tahun itu bisa saja marah, tapi itu tidak pernah dia lakukan mengingat apa yang p
"Diam Hiraya, ada seseorang yang memperhatikan ke dalam mobil ini!" Ernest berbicara dengan sangat lirih. Pria itu memang sengaja membuat posisi keduanya seperti tengah bercumbu. Itu dia harap agar orang yang ada di luar mobil pergi dengan cepat karena merasa risih. Ernest menyesali perbuatannya yang tidak membuat kaca mobilnya hitam dan tidak terlihat apapun dari luar. Dia tak pernah berpikiran akan berada di situasi menegangkan seperti ini. "Apa sudah pergi?" Tanya Hiraya karena lehernya sudah merasa kram. Ernest melirik dari ujung matanya, memastikan bahwa keadaan sudah aman. Lalu dia menjauhkan diri dari Hiraya dan duduk dengan benar di kursi kemudi. "Syukurlah, sepertinya sudah." Mereka lalu bernafas lega, dan saling pandang. Berusaha juga memperhatikan sekeliling, apakah benar-benar aman. "Aku menyesal tidak membiarkan Joan dan Haru mengikuti kita," ujar Ernest. Hiraya juga mengangguk mengiyakan. Mereka memang tengah berdua saja tanpa ada pengawalan dari para bodyguard.
Setelah menunggu hampir dua puluh menit, akhirnya Hiraya dan Ernest memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. "Sepertinya sekarang sudah aman," ucap Hiraya yang baru saja menolehkan kepalanya ke belakang. Netra perempuan muda itu memang memindai sekeliling sejak tadi. Itu juga dilakukan oleh Ernest, dan pria itu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu kita bisa pulang sekarang," balas Ernest yang mulai menghidupkan mesin mobil kembali. Perlahan mobil hitam milik Ernest bergerak menjauh dari gang tersebut. Rasa aman kembali dapat Hiraya rasakan seiring dengan jalanan ramai yang dapat dia lihat. Ernest masih sesekali melihat ke arah spion yang memperlihatkan bagian belakang mobilnya. Tidak ada lagi yang mengikuti dan itu sudah cukup membuatnya bernafas lega. Ketika hampir sampai di belokan menuju arah rumah, Ernest memilih untuk berputar ke arah lain. Kening Hiraya berkerut bingung. "Kita mau ke mana lagi Ernest? Bukankah kata kamu kita harus pulang," ungkap Hiraya yang benar
Ernest malah tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan dari mulut Hiraya. Dia bahkan sampai memegangi perutnya sendiri yang sudah kram karena terlalu banyak tertawa. "Ernest aku serius," rengek Hiraya yang tidak terima dengan respon pira didepannya ini. Ernest pun meredakan tawanya, lalu menyeka sudut matanya yang sedikit berair. "Hmm ya-ya, baiklah!""Sekarang katakan siapa kamu, kenapa kehidupan mu cukup berbeda dari biasanya? Apa kau orang yang cukup penting di negeri ini?" Cecar Hiraya dengan serius. Tentu saja itu kembali memantik tawa Ernest. Tapi mati-matian pria itu menahannya agar Hiraya tak cemberut lagi. "Sepertinya istriku ini terlalu banyak menonton film, atau jangan-jangan kau termakan buku fiksi yang kau baca?" "Enak saja tidak! Aku tidak seperti itu, dan yang aku tanyakan itu benar-benar serius Ernest!" Hiraya geram. Bisa-bisanya Ernest malah menganggap pertanyannya tadi adalah lelucon?Ernest lalu menghembuskan nafasnya panjang, dia kemudian mendekatkan wajahny
Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu
Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur
Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk
Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa
"A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih
Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are
Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka
"Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t
Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.