Hiraya masih duduk melamun duduk di engine hood (kap mobil) miliknya di parkiran lokasi syuting. Saat ini jam menunjukkan pukul sembilan malam, sudah saatnya Ernest pulang.Ernest yang baru saja selesai syuting dan berniat menjemput gadis itu langsung turun dari mobilnya diikuti Lee Hyun, sang asisten."Hiraya!" panggil Ernest sambil berjalan mendekatinya. Gadis itu menoleh dan tersenyum kecut. Tapi tetap berada di posisinya tanpa mau bergeser sedikitpun. "Ada apa, kenapa tidak pulang?" Ernest langsung mencecar pertanyaan pada Hiraya. Dia tahu kalau Hiraya tak suka menunggunya terlalu lama, lagi pula sejak siang gadis itu sudah meninggalkan dirinya. "Tidak apa-apa aku hanya masih ingin di sini," jawab Hiraya berbohong, padahal dia di sini karena tak enak hati pada pria itu. Hiraya ingin memastikan kalau pria misterius tadi tak mengikutinya sampai di lokasi syuting. Hiraya tak mau, masalah yang ada di hidupnya juga dirasakan oleh Ernest. "Tapi bukan berarti kamu bisa duduk di engi
"Untuk apa kita ke agensi Leon, Hiraya?" Tanya Yoshi lirih pada Hiraya yang ada di sebelahnya. Saat ini mereka berdua tengah bersembunyi di lorong gedung agensi yang menaungi Leon. Pagi-pagi tadi Hiraya menghubungi Yoshi untuk ikut dengannya. Yoshi tak sadar kalau tengah mengikuti langkah gegabah sahabatnya. "Aku mau lihat apa yang sebenarnya dia lakukan, aku ingin memastikan sesuatu." Hiraya menjawab sama lirihnya. "Memastikan apa sih?" Cecar Yoshi yang memang tak tahu banyak. Hiraya mendecik, dia lalu menoleh pada Yoshi. "Aku ingin memastikan apa benar orang yang mengirim banyak hal ke rumah ku dan Ernest adalah Leon!""Hah? Bagaimana bisa kau tiba-tiba mengambil kesimpulan begitu?" Yoshi tampak terkejut. Karena tak mau ada orang yang mencurigai mereka, Hiraya lekas menendang tulang kering Yoshi cukup keras. Setidaknya itu bisa membantu gadis itu agar tak sembarangan mengeraskan suara. "Pelankan suara mu Yoshi," desis Hiraya penuh penekanan. Yoshi lalu membekap mulutnya sendi
Ernest dan Seok Hyeon sontak menoleh ke arah pintu, dimana Hiraya sudah ada di sana memandang mereka dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Nafas gadis itu terengah-engah, memburu seolah dia baru saja laru marathon untuk menghampiri keduanya. "Kenapa Hiraya?biarkan saja Seok Hyeon mengatakan isi kepalanya," tegur Ernest yang tidak suka istrinya gemar menyela ucapan orang lain. Hiraya tidak peduli, dia langsung masuk saja ke balkon dan berdiri di sampingnya. "Ernest a-aku hanya—" Hiraya menggantungkan kalimatnya, dia bingung sendiri harus memberikan alasan apa pada Ernest yang tampak begitu penasaran dengan perkataan Seok Hyeon. "Hanya apa? Jangan pernah menyela ucapan orang lain. Itu tidak sopan!" Ernest meliriknya tajam dengan nada suara yang tidak bersahabat. Bahkan dia sengaja meninggikan suaranya satu oktaf dari sebelumnya.Bak seekor kelinci yang bertemu pemburu, nyali Hiraya langsung ciut. Dia belum pernah mendengar Ernest meninggikan suaranya ketika berbicara dengannya. M
Yoshi mendecik sebal, untuk perkara kecil saja Hiraya harus diajari lebih dulu. "Kamu pasti bisa melakukannya, sudah percaya diri saja!" Yoshi menyemangati. Dia tersenyum lebar dan mengepalkan kedua tangannya di depan dada, seperti supporter bola!"Kenapa kamu bisa santai begitu hah! Kamu pikir hal ini mudah bagiku?" Hiraya mengatakannya dengan segenap rasa kesal yang ada di hatinya. Gadis itu menendang kaki Yoshi yang menyilang dibawah meja, dengan high heels setinggi lima senti yang Hiraya kenakan sudah bisa dipastikan bagaimana rasanya. Yoshi hanya meringis, dia mengusap-usap kakinya yang sudah pasti akan membiru. "Tentu saja, apa susahnya bersikap manis. Apalagi dengan suami sendiri!" Yoshi ikut nyolot, dia tidak mau kalah begitu saja dengan Hiraya. "Suami apanya! Dia hanya partner nikah kontrakku saja!" Hiraya mengeluarkan alibi. Mendengar hal tidak masuk akal itu Yoshi hanya tersenyum miring sambil menggelengkan kepalanya pelan, untuk apa Hiraya malu mengakui kalau Ernest a
"Nanti apa?" Tanya Hiraya dengan nada yang tidak santai. Dia mendelik tajam pada Ernest yang ada di sampingnya. Ernest hanya tersenyum kecil, lucu melihat Hiraya yang gampang sekali naik darah. "Nanti saat memberiku kejutan, kamu kan bilang begitu kemarin." Hiraya memutar bola matanya malas, dia lalu duduk tenang di kabin pesawat. Gadis itu tak berniat menikmati perjalanan karena lelah. Sudah pasti Ernest akan mengganggunya nanti. Akan tetapi, karena tak melakukan apa-apa. Hiraya malah tertidur pulas sepanjang perjalanan. Ernest yang melihat sang istri tidur malah tersenyum manis. Kepala Hiraya juga jatuh ke pundak Ernest yang memang ada di sampingnya. Keduanya duduk berdampingan di kabin yang kelas bisnis. "Kenapa dia bisa semanis ini ketika tidur?" Ernest mengusap-usap kecil pipi Hiraya, hingga gadis itu menggeliat kecil sebab terusik. Ernest menarik tangannya, berhenti menganggu Hiraya dan membiarkan gadis itu kembali lelap ke alam mimpi. "Kau sangat polos ketika tidur, tap
Yoshi mendelik tajam, dia lekas memukul kepala Seok Hyeon dengan garpu yang ada di tangannya. Tak!"Aduh!" Pekik Seok Hyeon yang langsung memegangi kepalanya sendiri. Dia tak menyangka pukulan ringan dari Yoshi bisa sesakit itu!"Yang benar saja kalau bicara! Mana ada aku iri pada mereka hah!" Dengan Yoshi dengan tatapan yang tajam. Di saat yang sama Hiraya dan Ernest tiba di meja mereka bertiga. Keduanya menatap bingung ke arah Yoshi dan Seok Hyeon yang tampak jelas sedang bertengkar. "Ada apa ini Yoshi? Kau bertengkar dengan Seok Hyeon, hei ini Paris. Bagaimana kalau ada Paparazi yang melihatnya?" Hiraya berusaha melerai keduanya yang masih terlibat perang dingin. Sementara Lee Hyun hanya menghela nafas panjang, di mana-mana dia hanya menjadi penonton keributan para artis dengan road managernya. "Aku tak peduli, dia dulu yang mulai!', Yoshi cemberut, dia dalam mode ngambek. Ernest malah tertawa kecil, lalu menarik kursi di sebelah Seok Hyeon dan duduk di sana. "Kalian selalu
Hiraya masih tak mengerti kenapa Lee Hyun memberikan ide gila di saat seperti ini. Bagaimana bisa dia akan tampil di depan banyak orang sedangkan dia bukan siapa-siapa. Hiraya hanya seorang road manager, mana mungkin dia akan beriringan dengan Ernest di acara besar seperti ini?"Tidak! Aku tak akan merusak karir Ernest!" Tolak Hiraya dengan tegas, meski tangannya masih menggenggam kedua tangan Ernest yang bertumpu di lututnya. "Ck! Ayolah Nona, jika tidak maka karir Ernest akan lebih hancur lagi." Lee Hyun lagi-lagi memaksa."Tidak Lee Hyun, ku mohon mengertilah. Kau katakan saja pada sopir kalau Ernest masih perlu waktu sebelum keluar," balas Hiraya yang tak mau berdebat. "Tapi—""Hiraya ku mohon," lirih Ernest parau. Ucapan Ernest menghentikan sanggahan dari Lee Hyun yang belum rampung diucapkan. Hiraya sontak mendongak, menatap wajah Ernest dengan khawatir. "Memohon apa kau ini? Aku tetap tak akan pergi bersamamu, tapi Ernest seperti biasa aku dan Lee Hyun akan ada di sekitarm
Ernest mengusap wajahnya kasar, dia beberapa kali memercikkan air ke wajahnya agar merasa lebih baik. Dia juga sudah tak berkeringat dingin lagi. Obat yang dia minum benar-benar sudah bereaksi. Kemudian dia keluar dari kamar mandi untuk menghampiri Hiraya. Kening gadis itu tengah berkerut ketika Ernest datang. "Hiraya," panggilnya. Hiraya masih fokus dengan layar ponselnya, panggilan dari Ernest saja tak dihiraukan sama sekali. Lalu Ernest memegang pundak gadis itu, hingga si empunya menoleh. "Eh Ernest!" Hiraya terkejut, dia segera menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku blazer yang dia kenakan."Ada apa, kenapa kau sangat fokus begitu tadi?" Tanya Ernest penasaran. "Ah tidak! Aku hanya membaca beberapa komentar netizen saja. Semuanya juga memuji mu Ernest, kau sudah melakukan yang terbaik!" Hiraya tersenyum lebar saat mengatakannya. Dia juga berkata jujur, hanya saja bagian yang menyebut mereka berdua adalah sweet couple tidak Hiraya katakan. Di video yang diunggah oleh sala
Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu
Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur
Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk
Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa
"A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih
Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are
Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka
"Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t
Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.