Hiraya masih tak mengerti kenapa Lee Hyun memberikan ide gila di saat seperti ini. Bagaimana bisa dia akan tampil di depan banyak orang sedangkan dia bukan siapa-siapa. Hiraya hanya seorang road manager, mana mungkin dia akan beriringan dengan Ernest di acara besar seperti ini?"Tidak! Aku tak akan merusak karir Ernest!" Tolak Hiraya dengan tegas, meski tangannya masih menggenggam kedua tangan Ernest yang bertumpu di lututnya. "Ck! Ayolah Nona, jika tidak maka karir Ernest akan lebih hancur lagi." Lee Hyun lagi-lagi memaksa."Tidak Lee Hyun, ku mohon mengertilah. Kau katakan saja pada sopir kalau Ernest masih perlu waktu sebelum keluar," balas Hiraya yang tak mau berdebat. "Tapi—""Hiraya ku mohon," lirih Ernest parau. Ucapan Ernest menghentikan sanggahan dari Lee Hyun yang belum rampung diucapkan. Hiraya sontak mendongak, menatap wajah Ernest dengan khawatir. "Memohon apa kau ini? Aku tetap tak akan pergi bersamamu, tapi Ernest seperti biasa aku dan Lee Hyun akan ada di sekitarm
Ernest mengusap wajahnya kasar, dia beberapa kali memercikkan air ke wajahnya agar merasa lebih baik. Dia juga sudah tak berkeringat dingin lagi. Obat yang dia minum benar-benar sudah bereaksi. Kemudian dia keluar dari kamar mandi untuk menghampiri Hiraya. Kening gadis itu tengah berkerut ketika Ernest datang. "Hiraya," panggilnya. Hiraya masih fokus dengan layar ponselnya, panggilan dari Ernest saja tak dihiraukan sama sekali. Lalu Ernest memegang pundak gadis itu, hingga si empunya menoleh. "Eh Ernest!" Hiraya terkejut, dia segera menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku blazer yang dia kenakan."Ada apa, kenapa kau sangat fokus begitu tadi?" Tanya Ernest penasaran. "Ah tidak! Aku hanya membaca beberapa komentar netizen saja. Semuanya juga memuji mu Ernest, kau sudah melakukan yang terbaik!" Hiraya tersenyum lebar saat mengatakannya. Dia juga berkata jujur, hanya saja bagian yang menyebut mereka berdua adalah sweet couple tidak Hiraya katakan. Di video yang diunggah oleh sala
Hiraya celingukan, dia menoleh ke sekeliling mencari keberadaan Lee Hyun. Sejak fashion week selesai, pria itu mendadak menghilang begitu saja. Padahal di situasi saat ini, seorang asisten pribadi tak boleh asal pergi begitu saja. "Kalau begitu baik, aku mungkin akan berkunjung ke Korea Selatan. Berlibur di sana seperti yang kau sarankan," ucap Fou bersemangat. Ernest dan Fou memang asik mengobrol sejak tadi. Sementara Hiraya yang kehilangan keberadaan Lee Hyun. Setelah selesai, Fou langsung pamit pergi. Dia sudah di beritahu asistennya untuk segera beranjak dari Carrousel Du Louvre. "Ada apa Hiraya, kau kehilangan sesuatu?" Tanya Ernest ketika mereka tinggal berdua. Di jarak sekitar lima meter, ada beberapa bodyguard Ernest yang berjaga. "Aku kehilangan Lee Hyun, ke mana pria itu?" Tanya Hiraya yang masih memperhatikan sekeliling. Mencari keberadaan pria sipit itu. "Biarkan saja, nanti kita hubungi dia di mobil. Sekarang pergi dari sini dulu," balas Ernest sambil mengapit tang
"Entahlah, aku tak bisa mengatakan itu. Yang jelas aku curiga padanya setelah apa yang aku lihat tadi," jawab Yoshi dengan tenang."Memangnya apa yang Nona lihat?" Seok Hyeon bertanya cepat. Yoshi menggeser duduknya, dia dan Seok Hyeon kini saling berhadapan. Seperti dua orang sahabat yang asik rumpi!"Tadi aku sebenarnya melihat Lee Hyun berjalan buru-buru sekali, jadi aku berbohong padamu soal pergi ke toilet. Aku mengikutinya karena curiga," terang Yoshi yang membuat Seok Hyeon menegakkan tubuhnya."Lalu?" Tanya Pria itu makin penasaran. "Rupanya Lee Hyun bertemu dengan seorang pria misterius, aku tak tahu siapa yang dia temui. Tapi yang jelas dia bukan orang negara ini, dilihat dari perawakannya dan juga samar-samar bahasa yang mereka gunakan. Kesimpulannya, Lee Hyun bertemu dengan seseorang dari Korea Selatan di Paris entah untuk tujuan apa!" Yoshi berkata sangat serius. Keduanya terlalu fokus sampai tak sadar kalau mobil yang keduanya kendarai sudah sampai di basement hotel.
"Sampai apa?" Kejar Ernest yang sudah sangat penasaran. Hiraya malah bangkit dari duduknya, dia berjalan keluar dari kamarnya dan menggedor-gedor pintu kamar hotel di sebelahnya. Itu adalah kamar Lee Hyun, seharusnya pria itu sudah kembali sekarang. Ernest ikut keluar, dia melihat Hiraya tengah kalut. Pikirannya pasti kosong, tiba-tiba saja dia pergi ke kamar Lee Hyun padahal dia tahu pria itu pergi entah ke mana sejak Fashion Week berakhir tadi. "Hiraya tenang, Lee Hyun keluar kan?" Ernest menghentikan tangan Hiraya yang terus memukul daun pintu. Gadis itu menolehkan kepalanya, matanya sudah mengerjap menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Eh hei jangan menangis," lirih Ernest dan membawa gadis itu ke pelukan. Tangan Ernest mengusap pelan punggung Hiraya, dagunya bertumpu pada puncak kepala Hiraya dan mengecupnya pelan. Memberikan kenyamanan sekaligus rasa aman pada Hiraya. Entah bagaimana tapi Hiraya merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja hanya karena pelukan
Naomi lalu melangkah pergi dari taman belakang hotel sembari menutup sambungan telepon. Dari balik tempat persembunyiannya, Ernest mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia benar-benar marah sekarang dan ingin sekali rasanya memberi Naomi pelajaran. Begitu Naomi pergi, Ernest lekas berjalan dengan terburu-buru mendekati Hiraya yang tengah berdiri memindai sekeliling. "Eh Ernest!" Hiraya tampak terkejut dengan cekalan di tangan yang tiba-tiba. Apalagi wajah Ernest tampak lebih serius, dengan rahang yang mengeras dan matanya mengkilat penuh amarah. "Ka-kamu kenapa?" Tanya Hiraya, kali ini dengan nada yang tak lagi dingin seperti biasanya. Mendadak gadis itu panik berhadapan dengan sisi Ernest yang seperti ini. "Ada yang harus segera kita bereskan," balasnya dengan cepat dan menarik tangan Hiraya agar keluar dari area hotel. Pria itu juga mengendari mobil sendiri, menyerahkan masker hitam dan juga topi yang cukup untuk menutupi sebagian wajah kepada Hiraya. Hal itu juga dia lakukan, me
Ernest hendak berdiri, dia juga sudah melepaskan tangannya yang semula membekap mulut Hiraya. Gadis itu sudah merasa lega, sebab sejak tadi dia engap tak terkira dan kesusahan bernafas. "Jangan," lirih Hiraya yang tahu apa niat Ernest. Tangan putih gadis itu menghentikan ancang-ancang Ernest yang hendak berdiri dan lekas pergi. Hiraya tahu apa yang Ernest pikirkan sekarang, pria itu sudah di penuhi kabut amarah. Matanya mengkilat tajam, dengan rahang yang sudah mengeras sejak keduanya pergi dari hotel. "Kenapa?" Ernest mengerutkan keningnya, dia malah fokus pada Hiraya. Padahal niat awalnya tadi adalah ingin memberi pelajaran pada pria kurang ajar yang sudah berani mengusik kehidupan tenangnya. Sekaligus partner Naomi berbuat hal buruk pada mereka. Hiraya menggeleng dan menahan lengan Ernest, dia tidak mau suaminya bertindak gegabah. Apalagi mereka tengah berada di negara orang, mana mungkin Hiraya membiarkan Ernest berbuat kriminal. "Jangan ceroboh Ernest, kita tidak perlu meng
"Katakan saja yang sebenarnya dan akui kesalahanmu, maka semuanya akan berakhir dengan mudah!" Ernest makin menekan Leon agar dia terpojok dan mengakui kesalahannya. Ernest yakin kalau Leon lah pria yang tadi dia lihat, entah dengan siapa lagi dia bekerjasama. Di kepala Ernest hanya ada pemikiran bahwa dia harus memberi pelajaran yang akan Leon ingat seumur hidup. "Dasar bodoh! Kamu telah salah menuduh orang. Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan Ernest," kilah Leon lagi. Dengan santainya dia justru meminum kopi yang telah dia pesan. Tanpa banyak basa-basi, Ernest menampik cangkir kopi tersebut hingga jatuh ke lantai. Leon langsung berdiri ketika kopi yang seharusnya dia minum justru membasahi baju hangat nan mahal miliknya, wajah tidak suka langsung dia tampilkan.Tatapan permusuhan dia tunjukkan pada Ernest yang tersenyum miring. "Jangan kurang ajar padaku Ernest!" Leon mencengkeram kerah kemeja Ernest kuat-kuat. Dia melampiaskan kekesalannya pada pria yang telah merampas c
Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu
Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur
Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk
Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa
"A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih
Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are
Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka
"Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t
Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.