Share

Meminta Izin

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 12:51:53

Sebelah alis hitam tebal yang tumbuh dengan rapi terangkat hampir benar – benar samar. Moreau tidak tahu pemikiran seperti apa—sedang bersarang di puncak kepala ayah sambungnya, tetapi dia sungguh tidak pernah bisa mempelajari apa pun mengenai pria itu. Terlalu jauh. Terlalu penuh oleh barisan dinding tinggi. Atau sebaiknya dia menyadari bahwa kesalahan paling terjal di sini adalah tubuhnya secara tidak langsung menjabarkan keputusan Abihirt yang cenderung mencekik.

Moreau segera mengerjap beberapa kali. Berusaha menghindari kontak mata, meski desakan di ujung tenggorokan mendorong agar mengatakan sesuatu.

“Bolehkah aku?”

Dia bertanya untuk kebutuhan yang masih relevan. Menunggu beberapa saat—cukup lama, kemudian suara serak dan dalam ayah sambungnya mencuak ke permukaan.

“Masuklah.”

Buru – buru bukan sikap yang Moreau harapkan. Dia tersenyum. Segera beranjak pergi ke kamar pilihan ibunya sambil mengetatkan sentuhan pada ujung lilitan di bagian dada. S
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjanjian Terlarang   Marah

    Moreau menengadah, gugup, menelan ludah kasar mendapati ayah sambungnya ternyata begitu dekat. Pria itu menjulang seperti tiang. Menatap diliputi sorot mata kelabu yang akan melahap. Ada sesuatu yang salahkah? Sambil bertanya – tanya ... tidak ada jawaban spesifik untuk melengkapi sisa ketegangan di antara mereka. Moreau merasa seolah dia akan terdampar di jurang terjal; tertahan; dan harus berpegangan erat supaya tidak makin tergelincir jauh. “Apa yang kau lihat tadi?” Suara serak dan dalam pria itu akhirnya bersuara, menyiratkan kesan tertentu yang tidak dapat Moreau pahami seutuhnya. Dia sedikit gelagapan dan berharap dapat menemukan jawaban dengan cepat. “Tidak ada.” Hanya itu, sambil memberi gestur berpegangan erat pada handur di depan dada. Namun, karena itulah Moreau sadar bahwa dia telah memancing perhatian Abihirt sehingga pria tersebut menatap lurus dengan wajah menunduk di sana. “Mengapa tidak kenakan pakaianmu saat bicara kepada Roger

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Perjanjian Terlarang   Sepakat

    “Abi, turunkan aku.” Moreau bersuara. Berharap ini tidak akan semakin buruk dari bayangannya. Tidak lebih buruk saat kekhawatiran terhadap langkah Abihirt sudah mendekati pintu kamar. Pria itu tak memberi tanggapan apa pun. Terus menderap hingga satu hal pasti terasa sangat mencolok. “Abi—“ Debaran bertalu – talu keras seakan ingin membuat jantung Moreau melompat keluar. Keputusan Abihirt untuk pergi ke kamarnya tidak termasuk ke dalam daftar, tetapi juga bukan hal yang mengasingkan. Seakan mereka butuh sesuatu dilampiaskan dan beranjak dengan harapan paling terjal. Kamar dikunci begitu instan—persis satu bagian yang tidak dapat Moreau bayangkan dengan baik. Dia masih tak berdaya saat Abihirt membawa mereka menuju ranjang. Tubuhnya jatuh telentang, sedangkan pria itu menjulang diliputi sorot mata yang tajam. “Kau mau apa?” tanya Moreau hati – hati. Dia berusaha beringsut mundur, tetapi celakalah ... lilitan handuk di tubuhnya segera tergoler lepas.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Perjanjian Terlarang   Lepas?

    Pria itu tiba – tiba merampas bibirnya. Memberi sebuah ciuman panas; menggairahkan dengan pelbagai bentuk kepemilikan murni. Ya, terlalu lembut hingga Moreau tidak dapat membedakan mana yang keliru dan sesuatu yang dia mau. Iris mata mereka kembali memerangkap. Sentuhan ringan di sudut bibirnya meninggalkan kesan tak terjamah. Moreau tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Apakah dia akan terus menolak atau diam membiarkan lengan Abihirt secara kebetulan telah menyingkirkan sisa – sisa handuk yang menutup di tubuhnya. “Bagaimana jika ibuku pulang?” tanya Moreau diliputi ketidakpastian menggantung seperti tawaran melompat dari jurang. Dia takut membayangkan tiba – tiba hal kemarin kembali terungkap. Sayangnya Abihirt tidak mengatakan apa pun, selain tangan pria itu mulai mengambil peran; meremas di payudaranya dengan perhatian begitu penuh di sana. Lagi—kali ini Moreau menggigit bibir bawah tanpa sadar. Ingin Abihirt setidaknya berhenti. Namun, sepertinya dia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Perjanjian Terlarang   Memohonlah

    Menyesal ... setidaknya itu yang Moreau rasakan; pendam; berusaha keras tidak membayangkan akan menjadi racun. Dia tak ingin berakhir dengan terjal; penuh rasa sakit, walau sebenarnya cukup mengerti ... jika dan jika akan sangat membutuhkan penawar yang menjadi bagian dari rasa sakit itu sendiri. “Ibuku, mungkin sebentar lagi akan pulang.” Moreau mengatakan hal serupa untuk kedua kali. Setengah memperhatikan keberadaan lengan Abihirt di kedua sisi wajahnya dengan singkat. Menduga pria itu masih diliputi kebutuhan yang sama. Diam. Betapa tak acuh. Tetapi lagi, dia punya kebiasaan menilai Abihirt lewat cara tidak tepat. Malah, perlahan merasakan sebuah sentuhan paling dasar; begitu tentatif—tanpa peringatan hingga berujung menekan di bibirnya. Tidak cukup lama, karena Moreau juga tidak mengerti mengapa pria itu menyingkir, meski sorot mata itu terasa tidak akan pernah berubah; selalu tajam; riskan; kemudian menyesuaikan, walau tiba – tiba Moreau dikejutkan oleh satu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Perjanjian Terlarang   Lebih Keras

    Mereka berciuman lagi; nikmat; membakar dan tangan Moreau perlahan menyusuri wajah ayah sambungnya, merasakan rahang pria itu yang kasar, sedikit mengagumi, berharap selalu terbiasa dengan tektur indah di sana sekalipun harus terkejut merasakan Abihirt sengaja melebarkan kedua kakinya lebar. Pria itu mungkin tidak ingin seutuhnya bertelanjang sehingga memilih hanya melucuti separuh bagian dari celana kain, mengeluarkan kejantanan yang tampak membengkak keras. Moreau menelan ludah kasar saat pria itu bersiap akan memasukinya. Nyaris terlalu mudah dan begitu singkat untuk membuat dia gelisah; penuh; terutama ketika Abihirt mulai bergerak; mula – mula dengan tempo tentatif—perlahan beranjak menjadi tumbukan nikmat. Secara naluriah Moreau menggigit bibir bawah. Tindakan murni lainnya berakhir ingin menyentuh lengan pria itu. Hanya sesaat, karena Abihirt seperti terlalu sanksi membiarkan dia, mungkin, menancapkan kuku tangan sekadar meninggalkan bekas cakar. Sentu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Perjanjian Terlarang   Pertanyaan

    “Darling, di mana cincinmu? Mengapa kau tidak memakainya?” Mereka sebenarnya nyaris menyelesaikan makan malam bersama, tetapi Barbara secara naluriah mengajukan pertanyaan di antara keheningan. Kening wanita itu mengernyit dalam. Barangkali baru menyadari selang beberapa jam bertemu pria yang tiba – tiba diam, seperti sedang memikirkan sesuatu, meski tidak pula terlihat cemas menghadapi hal yang terlalu dekat. Sikap yang sungguh bertolak belakang dari bagaimana Moreau mengendalikan diri. Sejak awal dia sudah berusaha keras untuk berbaur. Berusaha tidak terlihat mencolok, atau berharap tidak meninggalkan kesan ganjil di hadapan semua orang, hingga apa pun yang dilakukan terasa sangat membekukan. Hanya sedikit bersyukur bahwa Roger tidak terlihat di mana pun di dalam rumah saat Abihirt keluar dari kamarnya. Sekarang, bahkan pria itu terlihat santai memperhatikan percakapan sepihak—masih menggantung di udara. Pertanyaan Barbara harus segera menemukan jawaban, walau Morea

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Perjanjian Terlarang   Kedatangannya

    Nyaris tidak ada pun yang dapat ditemukan. Barangkali memang tidak tercecer di permukaan lantai. Dia langsung meletakkan satu tangan untuk menyentuh permukaan kasur. Bentuk ranjang setidaknya menjadi gambaran di mana perhatian singkat dapat dialihkan. Moreau memulai dengan menyingkirkan selimut tebal berserak, lalu mengangkat bantal demi mencari jawaban. Sedikit merasa aneh saat tidak menemukan sesuatu. Sekarang itu, perlahan membuatnya khawatir. Dapat dipastikan Barbara akan selalu mengajukan pertanyaan sampai wanita tersebut mendapati Abihirt telah menyematkan kembali cincin pernikahan mereka. Ada di mana prospek terbaik akan membawanya pada kelegaan? Moreau bertanya – tanya. Hampir tidak ada petunjuk. Dia mendengkus, setengah menegakkan tubuh dengan putus asa. Semestinya pencarian ini tidak menjadi bagian tersulit. Barangkali masih perlu pelbagai upaya, sementara benaknya terlalu mudah menyerah. Sambil perlahan mengembuskan napas kasar, dia sekali lagi me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Perjanjian Terlarang   Mengembalikan

    Keberadaan Abihirt terlalu samar, tetapi tak dimungkiri pria itu terlihat sangat berbahaya di balik jendela. Moreau memang belum menarik tirai. Semua murni karena kesalahan yang tidak pernah masuk ke dalam daftar. Dia menelan ludah kasar dan bagaimanapun harus mengambil satu langkah lebih dekat. Memberi ayah sambungnya ruang supaya tidak terbatasi sekat di antara mereka. “Apa yang kau lakukan di sini?” Satu pertanyaan segera terungkap setelah membuka jendela kamar. Moreau menatap Abihirt diliputi ketegangan yang terasa berhamburan di bahunya. Terkadang, dia akan mengedarkan pandangan hanya untuk memastikan bahwa pria itu sedang sendiri, menjulang tinggi, seolah tidak ada satu pun hal dapat menghancurkan keinginan Abihirt. “Ingin mengambil cincinku.” Itu dijabarkan dengan suara serak dan dalam yang tenang. Napas Moreau berembus tanpa sadar. Dia harus melanjutkan kebutuhan teringgal sebelum bisa menyerahkan benda tersebut kepada pemilik asli. “Tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Perjanjian Terlarang   Pelbagai Tuduhan

    “Mengejutkan sekali kau masih mengingat kapan aku berulang tahun. Kupikir kau tidak pernah peduli terhadap apa pun lagi, selain berkencan dengan putriku.” Itu yang Barbara katakan. Betapa dengan sengaja menyindir. Dapat dipastikan wanita tersebut tidak akan berhenti sampai mereka mengakui sesuatu yang masih coba Abihirt tutupi. Secara diam – diam Moreau mengatur posisi supaya bisa sedikit mengintip bagaimana kondisi ibunya saat ini. Tidak banyak. Hanya mengetahui wajah Barbara yang masih begitu masam dan bagaimana wanita itu melipat kedua lengan di depan dada; seolah radar menantang terlalu pekat untuk dihindari. “Mengapa kau diam, Abi? Apa Moreau yang memberitahumu hari ulang tahunku? Jadi, kalian bisa mencari alasan supaya aku tidak merasa curiga?” “Kau mengatur tanggal ulang tahunmu sebagai kode pengaman di ponselku. Bagaimana aku akan lupa?” Tidak tahu apa yang bisa Moreau katakan. Dia terkejut, sekaligus merasa butuh waktu lebih lama agar memahami

  • Perjanjian Terlarang   Pembelaan

    Moreau tidak berusaha membantah. Rasa sakit dari tamparan Barbara masih meninggalkan efek tertentu seperti tak ingin hilang, tetapi dia berusaha menghindari sorot mata wanita yang menatap nyalang dan tiba - tiba pula menepis sentuhan Abihirt di lengannya. Nyaris—bahu Moreau mendadak tegang saat Barbara terduga akan kembali menyerang. Dia telah membuat tameng perlindungan dengan lengan terangkat menutup wajah. Namun, Abihirt segera menegahi; menjadi tembok tinggi untuk melindunginya di belakang. Benar – benar membuat Barbara terdiam—sepertinya wanita itu tak menyangka jika pria yang dinikahi ternyata akan melakukan pembelaan besar. “Tidak bisakah kau duduk tenang dan dengarkan penjelasanku terlebih dahulu?” Sekarang suara serak dan dalam Abihirt mengambil tempat. Pria itu selalu terdengar tenang, walau Moreau tidak tahu apa yang ingin ayah sambungnya jelaskan. “Tidak. Pelacur kecil sepertinya pantas diberi pelajaran.” Barbara menyangga tidak pada atura

  • Perjanjian Terlarang   Angkara Murka

    Mereka sudah menghabiskan waktu hampir satu setengah jam untuk sarapan pagi dan melakukan sisa – sisa perjalanan lain, tetapi Moreau tidak memahami motivasi ayah sambungnya terhadap apa pun yang telah berlalu tadi. Abihirt tidak banyak bicara. Tidak dimungkiri bahwa mereka sempat berkeliling hanya untuk mencarikan sesuatu, membeli perlengkapan yang Moreau yakin adalah kegemaran ibunya. Ya, seharusnya beberapa bagian tersebut akan cukup jelas. Dia hanya merasa masih terlalu ambigu, apalagi ketika sampai pada agenda pulang, Abihirt tidak bersikap seakan ada prospek spesifik mengenai apa yang akan terjadi. Meminta supaya mereka tetap di sini, terjebak sesaat di tengah gemuruh keheningan, sementara waktu terus memburu dan beranjak terlalu jauh. Dia tidak menginginkan itu. “Sekarang kita akan masuk?” Moreau tidak bisa menahan diri sekadar diam. Terlalu lama di mobil tidak membuat situasi terasa lebih baik. Ada begitu banyak keabsahan. Mereka tidak bisa meninggalkan bagi

  • Perjanjian Terlarang   Pembicaraan

    Udara dari celah bibir Barbara berembus kasar. Dia menatap Samuel setengah enggan, tetapi merasa pria itu mungkin akan memberi solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Samuel biasanya cukup cakap. Ntah apa yang mungkin akan pria itu katakan. Hanya sedikit tidak siap jika ternyata muncul serentatan kalimat tak menyenangkan dan makin membuat dia didesak ketakutan. “Bukannya tadi kau dan suamimu baik – baik saja? Kenapa tiba – tiba kau ingin pulang dan mengatakan kalau Froy benar tentang hubungan rahasia suamimu bersama anak gadismu?” Bagaimanapun, Samuel menginginkan rangkaian cerita lebih runut. Membuat Barbara ntah harus kali ke berapa menekan segerombol perasaan tidak tenang. Dia masih sangat memikirkan pelbagai kemungkinan buruk. Ditambahkan sikap Abihirt yang dia tahu tidak akan mudah dipoles. Suaminya bahkan tidak menunjukkan itikad baik sekadar menjelaskan segala bentuk hal yang sedang menjadi permasalahan mereka. “Aku mendengar suara Moreau di telep

  • Perjanjian Terlarang   Segera

    [Abi, boleh aku pinjam ponselmu untuk mengirim foto – fotoku yang ada di padang pasir ....] Rasanya sekujur tubuh Barbara mendidih membayangkan apa yang sedang logikanya uraikan. Abihirt berkata jika pria itu masih Dubai; akan segera pulang, tetapi sangat mengejutkan mengetahui suara Moreau menyelinap masuk di tengah pembicaraan mereka. Ini tidak dapat disesali. Betapa pun Barbara mencoba sekadar menyangkal. Dia telah menyaring segala sesuatu yang terjadi di sana, dengan jelas ... dengan sangat jelas bahwa Moreau butuh foto – foto di padang pasir untuk dikirim ke ponsel gadis itu. Barangkali juga tidak diharapkan penjelasan lebih tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sialnya, Barbara bahkan belum mengucapkan apa – apa dan menuntut Abihirt membicarakan semua yang telah suaminya sembunyikan, termasuk saat Abihirt mengaku tidak mengetahui keberadaan Moreau di kali terakhir dia menghubungi pria itu sambil membicarakan keberadaan putrinya yang tidak berkabar. Namun, pa

  • Perjanjian Terlarang   Ketahuan?

    Namun, untuk beberapa saat Moreau menoleh ke arah ayah sambungnya ketika menyentuh gagang pintu. Abihirt terduga merenggut ponsel pria itu di atas nakas. Mungkin ada kesibukan penting, yang secara tidak langsung mengingatkan Moreau bahwa ada satu hal—lupa dia katakan kepada ayah sambungnya. Ini tidak akan lama. Dia hanya akan membasuh wajah dengan percikan air, kemudian kembali kepada pria itu. Memang tidak lama. Ketika Moreau menatap pantulan wajah di depan cermin, tindakan kali pertama dilakukan adalah menarik napas dalam – dalam. Semua perangkat di sini hanya milik Abihirt. Dia akan menggosok gigi, nanti, di rumah. Sekarang sebaiknya menghampiri pria itu di atas ranjang. Mendadak ledakan dalam diri Moreau menjadi antusias. Dia memang tidak sabar ingin mengirim foto – foto di padang pasir hari itu, setelah mulai mengoperasikan ponsel baru pemberian ayah sambungnya. Berharap Abihirt tidak keberatan saat dia mengatakan tujuan yang sedang berkecamuk liar. Mo

  • Perjanjian Terlarang   Terbangun

    Walau ternyata tidak .... Moreau merasakan sesuatu yang berat menindih di sekitar tubuhnya. Dia mengerjap beberapa kali untuk menyadari bahwa biasan cahaya dari jendela berusaha menembus masuk melalui tirai yang menjuntai. Sudah pagi. Sepertinya permintaan tidur semalam membuat dia terlelap nyenyak. Moreau tidak akan berkomentar apa – apa tentang hal tersebut. Semua sudah berlalu dan tidak perlu mengingat kembali sesuatu yang pada akhirnya selalu berujung tidak pasti. Sambil mencoba bergeser, dia menghirup udara sebanyak mungkin, sedikit ingin meregangkan tulang – tulang yang terasa kaku, tetapi segera menyadari jika hampir tidak ada ruang sekadar bergerak. Seseorang seperti membuatnya terperangkap; menghirup aroma maskulin yang menyerbu deras, hingga tanpa sengaja Moreau menyentuh helai rambut—terasa halus, dan dia tetap menyapukan telapak tangan dengan lembut di sana. Ini seperti meninggalkan sensasi tertentu, tidak tahu mengapa secara naluriah sudut bibi

  • Perjanjian Terlarang   Professional

    “Kenapa kau terus menghimpitku seperti ini?” Butuh keberanian penuh tekad dan Moreau akhirnya mengajukan pertanyaan diliputi suara nyaris setengah berbisik. Ingin menoleh ke belakang, tetapi jelas keberadaan wajah Abihirt justru membuat pipi mereka bersentuhan. Pria itu dapat dipastikan tidak akan mengatakan apa – apa. Moreau secara naluriah mengembuskan napas kasar; membiarkan Abihirt mengatur posisi lebih baik dan sekarang wajah pria itu nyaris terperangkap di ceruk lehernya. Abihirt tidak tidur. Demikian yang setidaknya dapat Moreau rasakan. Mungkin juga tidak akan secepatnya terlelap, walau pria itu mengakui sendiri untuk tidak melakukan apa pun setelah mereka melakukan perjalanan jauh. Lagi pula, ada sisa hal di antara mereka yang tidak coba Moreau ungkap begitu saja. Masih tentang Froy dan dia akan mencoba mencari petunjuk. “Aku memikirkan sesuatu.” Mula – mula memulai dengan rasa waspada meningkat deras di benaknya. Ketika Abihirt masuk ke dala

  • Perjanjian Terlarang   Berbeda

    Menyenangkan menggoda Abihirt. Demikian yang Moreau rasakan. Kali ini dia benar – benar berani. Benar – benar akan bersikap menantang ayah sambungnya dan secara tentatif merenggut kain yang dikenakan hingga menyisakan dalaman berenda yang kontras. Membiarkan jeda terjadi beberapa saat, kemudian ragu – ragu melirik Abihirt ketika harus dengan hati – hati menutup beberapa bagian tubuhnya di hadapan pria itu. Dia yang berusaha memancing sesuatu meledak dalam diri Abihirt, tetapi tidak ingin suami ibunya menjadi brutal dan tidak terselamatkan. Sekarang, begitu perlahan memasukkan tangan ke dalam bolongan kain—mengenakan kaus pemberian pria itu dengan tepat. Selesai. Tubuh Moreau terbungkus. Dia seperti tenggelam. Segera menunduk dan menyaksikan bagaimana ujung kain sungguh secara pasti menyentuh di pahanya. Abihirt menebak dengan tepat untuk tidak menambahkan celana. Cukup dengan dalaman satin tipis dan itu membuat Moreau merasa nyaman. “Aku akan tidur sekarang,

DMCA.com Protection Status