"Itu ... Tadi temen aku, Mah," jawab Sherly terbata-bata.Wanita yang kerap menggunakan baju seksi itu tidak ingin mertuanya tahu, jika ia sedang berbincang dengan lelaki yang selama ini menemaninya selain Ryan. "Kamu udah coba menghubungi nomor Ryan belum?" tanya Dina."Udah beberapa kali, Mah. Masih belum bisa dihubungi," jawab Syifa."Mama juga sama, ya udah deh kalau gitu!" ucap Dina lalu keluar dan menutup pintu kamar yang ditempati oleh Sherly. Wanita yang tengah hamil muda itu menghela nafas lega dan mengusap dadanya pelan, ia lupa jika di rumah tersebut masih ada sang mertua. Untung saja Dina tidak mendengar obrolan antara Sherly dengan lelaki di seberang sana, ponsel wanita tersebut kembali berdering panggilan masuk dari orang yang sama. Kali ini Sherly tidak mengangkat panggilannya karena takut sang mertua masih menguping di balik tembok, ia pun mengirim pesan pada orang tersebut agar tidak menghubunginya jika bukan ia yang menghubunginya terlebih dahulu. (Jangan telepon
"Kamu maunya ke mana? Aku turuti kemauan kamu saja," ucap Ryan."Kita keliling kebun teh dulu aja ya, lepas magrib baru pulang ke villa," ucap Syifa.Setelah selesai makan mereka pun kembali berkeliling kebun teh, kali ini mereka hanya berjalan sambil berbincang-bincang. Ryan kembali menyadari jika ia sudah sangat jarang berbincang dengan Syifa, waktunya ia habiskan di toko dan ia lebih senang berbincang dengan Sherly mendengar manjanya wanita itu.Syifa terus menggenggam tangan Ryan karena semakin sore cuaca semakin dingin, bahkan pipi Syifa yang putih pun mulai memerah karena cuaca dingin tersebut."Udah semakin dingin kabut pun mulai turun, lebih baik kita jalan ke kita sekarang ya!" ucap Ryan."Iya, Mas.""Lihatlah, pipi dan hidungmu mulai memerah," ucap Ryan.Syifa tersenyum dan menggosok hidungnya dengan jemari, membuat Ryan gemas melihatnya. Mereka pun berjalan menuju villa tempat mereka menginap. Sesampainya di villa mereka langsung disambut oleh penjaga villa, di depan villa
"Aku gak bisa lama-lama, nanti mertuaku pulang nyariin aku," ucap Sherly."Aku masih kangen, Sayang. Kamu cari alasan apa gitu ke mertua kamu biar kita bisa ketemu setiap hari," ucap Andre.Saat Dina pergi ke rumah Ryan ternyata Sherly pun pergi dari rumah tersebut untuk menemui kekasih gelapnya, mereka kini ada di kos-kosan tempat Andre tinggal yang tak jauh dari restoran tempat Sherly bekerja dulu. Hubungan Sherly dengan Andre sudah berjalan lama, Andre pun tidak marah saat tahu Sherly memiliki hubungan dengan Ryan sebab setiap kali Ryan mentransfer uang kepada Sherly maka Andre akan dapat jatah."Sebenarnya aku juga maunya kayak gitu, kan Mas Ryan nggak boleh ketemu aku selama dia belum selesai sidang cerai. Kesempatan bagus untuk ketemu kamu, tapi itu dia aku harus cari alasan ke mertuaku agar bisa keluar rumah," ucap Sherly."Bilang aja kalau kamu mau kerja lagi," ucap Andre."Nggak mungkin lah kan Mas Ryan melarang aku kerja dan aku masih dapat nafkah dari dia," ucap Sherly."K
"Kenapa kamu melakukan ini, Syifa? Biasanya juga kamu mempercayakan semuanya padaku," ucap Ryan."Iya dulu aku mempercayakan semuanya padamu, tapi ternyata Kamu menyalahgunakan kepercayaanku. Kamu membiayai hidup Sherly bahkan pergi liburan dengannya dengan uang toko, sekarang sebelum kita resmi bercerai aku ingin menikmati uang toko. Apa salah?" tanya Syifa.Ryan menghela nafas, ia tahu jika salah besar sudah menggunakan uang toko untuk berselingkuh. Namun, jika Syifa yang ingin mengambil alih semua sebelum mereka resmi bercerai itu artinya selama masa sidang Ryan tidak punya penghasilan dan tidak bisa memberi nafkah pada mama dan istri mudanya.Ryan mengatakan tentang hal itu pada Syifa dan membuat Syifa tersenyum sinis, ia tidak menyangka jika sang suami benar-benar memikirkan mama dan istri mudanya dalam keadaan seperti ini."Kamu tenang aja, Mas. Aku bukan orang yang kejam, selama kamu masih ada di toko ini saat aku kelola maka aku anggap kamu karyawan dan aku akan gaji dan gaji
"Kamu meragukan jika anak yang ada di perut Sherly bukan anakku?" tanya Ryan."Maaf, Mas. Aku salah bicara karena terlalu emosi, aku cemburu karena Sherly yang baru sebulan menikah dengan kamu sudah hamil sedangkan aku yang 2 tahun menikah dengan kamu belum hamil. Itu sebabnya Aku sangat ingin kita memeriksakan kesuburan di rumah sakit agar aku tahu penyakit apa yang aku derita," ucap Syifa.Syifa menghela nafas begitu melihat raut wajah Ryan kini sudah berubah, lelaki itu saya mulai seperti ingin marah mendengar ucapan Syifa. Namun, begitu Syifa meminta maaf dan menjelaskan ia terlihat mulai luluh."Hampir aja aku keceplosan, sekarang belum waktunya Mas Ryan tahu kalau Sherly memiliki laki-laki lain. Dia harus tahu semuanya setelah aku benar-benar pergi dalam hidupnya," gumam Syifa dalam hati.Kini baik Syifa maupun Ryan saling terdiam dengan pemikiran masing-masing. Ryan yakin jika dia tidak mandul karena berhasil membuat Sherly hamil, sementara Syifa tidak yakin jika anak dalam kan
"Rujaknya sudah jadi?" tanya Ryan.Penjual rujak tumbuk itu menganggukan kepala lalu memberikan dua porsi rujak untuk Ryan dan Syifa, sepasang suami istri yang akan segera bercerai itu kini duduk depan sebuah danau dan menikmati rujak tersebut."Udaranya gak se-sejuk dulu ya, Mas. Mungkin karena banyak bangunan baru di sekitar sini," ucap Syifa."Iya, banyak pohon yang ditebang dan dibuat bangunan baru jadi udaranya tidak sejuk seperti dulu," ucap Ryan."Nasib danau ini sama seperti ku rupanya," ucap Syifa."Maksudnya?" tanya Ryan tak mengerti."Kamu menebang perasaan terhadapku dan membuat perasaan baru kepada wanita lain, jadi hatiku panas tidak sejuk seperti dulu," ucap Syifa lalu menyuapkan rujak kedalam mulutnya. Ryan menghela nafas, ia tidak ingin membahas hal itu karena sebenarnya hati yang dalam merasa bersalah kepada Syifa, rasa cinta kepada wanita itu belum hilang sepenuhnya hanya saja cintanya terbagi untuk wanita lain. "Mau naik bebek-bebekan nggak?" tanya Ryan mencoba m
Hari-hari terus berlalu, Syifa makin aktif mengurus toko furniture bersama Ryan, semakin banyak waktu yang mereka lewati bersama. Beberapa tempat saat pacaran pun sudah mereka datangi, Syifa berhasil membuat hati Ryan semakin goyah.Drrt DrrtDrrtPonsel Syifa berdering, panggilan masuk dari nomor dokter tempatnya periksa kesuburan. Dokter itu memberitahu jika hasil tes yang dilakukan Syifa dan Ryan sudah keluar dan bisa dilihat, Syifa tidak memberitahu hal itu kepada Ryan, ia memilih berangkat dan mengambil sendiri hasil tes tersebut."Mas, aku keluar sebentar ya," ucap Syifa saat hendak izin pergi ke rumah sakit."Keluar ke mana?" tanya Ryan."Ada keperluan sebentar," jawab Syifa."Keperluan apa?" Ryan kembali bertanya."Urusan perceraian kita, ada sesuatu yang harus aku bahas dengan pengacara," ucap Syifa.Ryan diam dan menghela nafas, ia terpaksa mengizinkan istrinya untuk pergi. Semenjak mereka sering menghabiskan waktu berdua dan perasaan Ryan terhadap Syifa kembali bersemi lel
"Ya sengaja, kan kalau kita cerai kamu menjalani kehidupan baru dengan Sherly. Otomatis barang-barang jualanmu juga harus yang baru," ucap Syifa."Jadi kamu berniat mengosongkan toko ini?" tanya Ryan.Syifa tak menjawab pertanyaan Ryan, ia melihat ponselnya yang berdering dan membaca pesan dari Athar. Hal itu membuat Ryan kesal dan membuka pintu mobil yang diduduki Syifa dengan kasar."Keluar, Syifa!" ucap Ryan."Apa-apaan sih kamu, Mas?" tanya Syifa terkejut."Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kamu, jika kamu berniat mengosongkan toko ini, lalu ke mana uang hasil penjualan barang-barangnya?" tanya Ryan."Ada, kamu tenang aja aku nggak akan memakai uang itu untuk bersenang-senang dengan lelaki lain. Aku bukan kamu yang menggunakan uang toko untuk bersenang-senang dengan wanita lain!" ucap Syifa.Ryan kembali terdiam mendengar ucapan Syifa, wanita itu benar-benar membuat kepalanya pusing. Ia tidak mengerti mengapa sejak mereka memutuskan untuk bercerai Syifa menjadi pribadi yang