“Bagaimana caramu membuatku jatuh? Kau sendiri tidak terlalu menarik.”
Ethan menatap Aluna sambil meremehkan.Membuat wanita itu mengerjap mata pelan. “Entahlah, akan kupikirkan nanti.”
Segera, wanita itu melepaskan seatbeltnya. Dia tak tahan terlalu dekat dengan Ethan. Sebab, kepercayaan dirinya seringkali hilang di depan pria brengsek ini. Dan tentu saja, Aluna takut diterkam oleh Ethan. “Aku harus menyusun strategi yang tepat untuk membuat anda jatuh ke dalam pesonaku,” bohongnya sembari turun dari mobil. “Baiklah, kalau begitu, aku akan mengantarkan ‘milikku.’” Sembari menekankan kata milikku, Ethan ternyata ikut keluar dari mobil. Pria itu mendekat—menyelipkan tangannya di pinggang Aluna yang ramping. Bibirnya bahkan berada tepat berada di samping telinga Aluna. “Kakimu bergetar. Tubuhmu pasti panas dingin bukan?” bisiknya dengan nada rendah. Muka Aluna sontak memerah. Bagaimana bisa Ethan tahu jika Aluna benar-benar tegang setengah mati? Untungnya, setelah kejadian memalukan itu—Aluna bisa kabur dengan masuk lebih dulu ke dalam lift. Hanya saja, matanya terbelalak kala melihat tempat tinggal barunya. “Apa Apartemen ini milik Anda?” tanya Aluna. “Hm.” Ethan membuka satu pintu Apartemen yang katanya menjadi tempat tinggal Aluna. Wanita itu lantas berjalan ke arah balkon. Di sanalah titik terbaik dari Apartemen ini. Ia bisa melihat pemandangan bawah sepuasnya. Grab! Tubuh Aluna membeku kala merasakan sebuah tangan memeluknya dari belakang. Ia juga dapat merasakan bibir Ethan di tengkuknya…. “Sir?” lirih Aluna sambil menghentikan tangan Ethan yang sekarang hendak menurunkan resletingnya. “Kau milikku! Aku sudah membelimu!” tekan Ethan memutar balikkan tubuh Aluna. Setelah itu menekan tengkuk Alun dan melayangkan ciuman di bibir wanita itu. “Tapi, aku sebenarnya sedang…PMS!” ucapnya, kencang. Ethan menatap Aluna dengan tajam. “Benarkah?” “Aku tidak suka pembohong. Jika kau bohong aku akan—” Jemari Ethan terangkat mengusap bagian bawah Aluna. “Sir!” pekik Aluna menjauh. “Aku memastikan!” Ethan menarik pinggang Aluna kemudian memeluk erat tubuh mungil wanita itu. Pria itu dapat merasakan ada sebuah kain tebal yang menempel. Tapi, entah mengapa dia tak bisa menjauh dari tubuh Aluna. Meski ia yakin parfum Aluna tidak semahal parfum yang digunakan wanita-wanita yang mengejarnya di luar sana, tapi aroma Aluna mampu membuat Ethan betah menghirupnya. Di sisi lain, Aluna bergerak gelisah saat bibir Ethan kembali mengecup lehernya. Wanita itu meremas kemeja yang digunakan Ethan. “Saya ingin pulang,” lirih Aluna saat pagutan mereka terlepas. “Tinggal di sini mulai sekarang, agar aku lebih mudah menemuimu.” Jemari Ethan terangkat mengusap bibir bawah Aluna. Lipstik Aluna berkurang akibat ulahnya. Aluna mendongak. “Saya harus mengurus pakaian dan barang-barang saya, Sir.” “Buang saja pakaian dan barangmu yang murahan itu,” ucap Ethan dengan gampang. Aluna terdiam. Inilah yang tidak disukai Aluna dari orang kaya. Menyepelekan barang orang lain hanya karena dilihat dari harga. “Saya akan membuat strategi untuk menyenangkan Anda, tapi saya mohon beri saya waktu untuk membereskan barang-barang saya di rumah saya.” Aluna terpaksa mengeluarkan jurus rayuannya. Alis Ethan seketika terangkat. “Boleh juga.” Hah? Semudah itu Ethan menerimanya? Aluna mendadak merinding. Sekarang ia menjadi terbebani dengan strategi itu. Sepanjang perjalanan menuju kosan, wanita itu bahkan terdiam. Ia bahkan baru sadar ketika mobil mewah Ethan berhenti di depan sebuah gang sempit menuju tempat Aluna. Untungnya, meski malam sudah lumayan larut, beberapa orang masih berada di depan gang sambil bercengkrama ria. “Saya pulang, Sir,” pamit Aluna membuka pintu mobil. Ia mulai keluar dan menuju tempatnya. Hanya saja, ia tak menyangka akan mendengar suara-suara sumbang tak lama kemudian. “Aduh neng Aluna. Siapa nih, Sugar daddy-nya, ya?” ta “Habis dipake, Neng?” “Pejabat mana, Neng? Siapa tahu bisa dipilih?” Kedua tangan Aluna mengepal. Dia hendak mengabaikannya. Namun, salah seorang dari mereka semakin berani dan malah mengetuk kaca mobil Ethan! “Pak turun dong! Anter Aluna masuk ke kos!” Deg! Aluna sontak menoleh. “Pak, urusan saya tidak merugikan siapapun. Jadi anda—kalian semua tidak berhak mengganggu saya!” tegurnya pada akhirnya. “Galak bener neng. Kita cuma pengen tahu pejabat mana yang jalan sama eneng. Itu aja kok.” ucap Bapak itu mulai mendekati Aluna. “Seumuran bapak?” tanya bapak-bapak memakai sarung. “Lebih tuaan bapak atau—" “Memangnya aku terlihat tua?” Ethan tiba-tiba keluar dari mobil. Dia bersedekap sembari menatap tajam orang-orang itu. “Apa wajahku yang tampan ini cocok disamakan dengan wajah-wajah purba seperti kalian?” ucapnya lagi. “Hei tidak ada sopan santun pada orang tua!” tunjuk bapak itu pada Ethan. Namun, bos Aluna itu tak peduli dan malah mengeluarkan dompetnya, serta 10 lembar uang berwarna merah. Woosh! Ethan melempar uangnya ke orang-orang itu. “Kalian harus ingat, ini dariku yang berasal dari partai ‘Orang tampan dan kaya bebas melakukan apapun.’ Kalian harus ingat baik-baik nama partaiku.”“Waah!” Bukannya terhina, bapak-bapak mesum itu malah mengambil uang yang dilempar Ethan. Mereka bahkan tidak ragu memungut uang yang berserakan di tanah.Tapi, tetap saja Aluna panik. Dia khawatir Ethan akan berbuat lebih dan semakin pamer. Bagaimana jika Ethan sampai membeberkan identitasnya sebagai wakil direktur Winston Corp? Bisa gawat!Jadi, didorongnya Ethan untuk segera kembali masuk ke dalam mobil!“Pulang, Sir pulang!” ucap Aluna menutup pintu mobil. “Heh Aluna!” teriak Ethan marah-marah di dalam mobil. “Aluna aku belum selesai!” Setelahnya, Aluna berlari menuju kost-annya.Sedangkan bapak-bapak yang di sana malah memberikan jempolnya pada Ethan yang masih berada di dalam mobil. “Bagus bos! Teruskan!” ucap bapak bersarung itu. “Saya akan mendukung partai anda, orang tampan dan kaya bebas melakukan apapun!” soraknya dengan keras. “Eh tapi memangnya ada partai seperti itu?” tanya bapak-bapak satunya lagi dengan bingung. “Ada mungkin.” Mereka mengangguk dengan serius.
Menjadi Asisten dan Sekretaris adalah pekerjaan yang sangat berbeda. Pagi hari—Aluna sudah berada di rumah Ethan. Menyiapkan segala keperluan atasannya itu. Aluna berjinjit, berusaha menggapai sebuah kemeja yang berada di dalam lemari.“Akh!” tiba-tiba sepasang tangan berada di pinggangnya dan mengangkat tubuhnya. Tidak perlu melihat pelakunya, tugas Aluna hanya mengambil kemeja itu. “Terima kasih, Sir.” Aluna memegang kemeja berwarna navy. Saat ia berbalik ia begitu terkejut sampai berteriak. “AAAAA!” Sambil gelagapan menutup wajahnya menggunakan kemeja Ethan. Ethan dengan santainya hanya memutar bola matanya malas. Tubuhnya yang shirtless hanya menggunakan celana dalam saja bertuliskan calvin clain. Menarik pinggang Aluna hingga menunduk. “Biasakan dirimu.” Ethan mengusap bibir bawah Aluna yang berwarna merah akibat lipstik. “Jangan pakai lipstik merah ini lagi.” Aluna mengerjap—kepalanya condong ke belakang. Berusaha menghindar dari atasannya tersebut. “Kenapa? Saya baru saja
“Ke mana Sir?” tanya Aluna bergegas karena Ethan sudah berjalan menjauh. Aluna berlari. “Sir, tunggu.” Aluna mengejar langkah Ethan yang begitu lebar. “Sir, jangan cepat-cepat..” keluh Aluna saat sampai di dekat bosnya itu. Nyatanya Ethan tidak peduli. Pria itu terus berjalan dengan langkahnya yang lebar, membuat Aluna kesusahan sampai ngos-ngosan. Sampai di parkiran, barulah Aluna bisa bernafas sejenak. “Sir kita akan ke mana?” “Ke rumahku.” Nyatanya, perkataan laki-laki itu tidak bisa sepenuhnya dipercaya. Katanya rumah, tapi ternyata Ethan membawa Aluna ke sebuah klub. Aluna tidak percaya, dirinya menginjakkan kaki di klub di umurnya yang ke-25 tahun. Memasuki ruangan yang langsung disambut oleh gemerlapnya lampu. Aroma rokok dan alkohol yang menjadi satu. Aluna tidak melihat kanan kiri lagi dan fokus pada satu punggung yang berjalan membelah para manusia. Menaiki sebuah tangga. Sampai akhirnya. Aluna terdiam di tempat. “Hei bro!” sapa Bobby pada Ethan yang baru s
Pintu toilet terbuka. Seorang pria menatap Aluna yang meringkuk di bawah. Ethan, ya pria itu memutuskan untuk menyusul Aluna. Ethan sempat melihat tangan Aluna yang tidak berhenti gemetar. “Aluna!” Ethan menyentuh bahu Aluna. “Apa yang terjadi?” Aluna menggeleng. “Sir…” lirihnya. Bibirnya pucat, Suhu tubuhnya meningkat. Mungkin juga karena efek alkohol untuk pertama kali di tubuh Aluna. “Tubuhmu panas?” tanya Ethan sembari menangkup wajah Aluna. “Apa yang kau rasakan? Tubuhmu terasa terbakar?” Aluna menggeleng. Tangannya terangkat menyentuh tangan Ethan yang berada di pipinya. “Tidak.” “Sir, aku ingin pulang.” Aluna memejamkan mata. Pandangannya mengabur dan semuanya gelap. Aluna pingsan. “Aluna!” teriak Ethan. "Aluna bangun." sembari menepuk pelan pipi Aluna. Bibir Aluna pucat dan suhu badannya tinggi. Ethan segera mengangkat tubuh Aluna. Menggendong tubuh Aluna dan mengabaikan teriakan tanya dari teman-temannya. "Kenapa?" heran Bobby. "Aluna pingsan?"Wiliam menatap
Ethan menoleh ke samping. Tidak bisa menahan senyumnya karena Aluna yang terlihat begitu lucu. “Tidak.” Ethan kembali merubah ekspresinya menjadi datar. “Aku hanya ingin menciummu.” Ethan menunduk dan mengambil ciuman lagi di bibir Aluna. “Tidak boleh? Tidak boleh aku menciummu? Kau milikku Aluna.” “Iya boleh.” Aluna mengangguk pasrah. Setelah puas mencium Aluna, Ethan menarik pinggang Aluna dan memeluknya. Aluna membiarkan Ethan tertidur di lengannya. Meskipun rasanya—begitu berat. Apalagi kaki Ethan yang menindih kakinya seperti guling. “Sir—” “Aluna..” gumam Ethan sambil mengusap wajahnya di dada Aluna. “E-Ethan,” panggil Aluna. “Hm. Kenapa?” Ethan sangat nyaman memeluk Aluna. Aroma tubuh Aluna begitu ia sukai. Padahal hidungnya termasuk sensitif terhadap bau. Apalagi parfum yang digunakan Aluna pasti murah. “Aku dulu tidak pernah memberitahukan perbuatan kalian pada guru di sekolah.” Sempat hening beberapa detik. “Aku tahu.” Ethan mengusap pinggang Aluna. “
“Aluna, aku dengar pak Ethan itu punya selingkuhan!” ucap Zara. Seorang pegawai dari tim pembantu Ethan. Mereka lumayan akrab karena sering bertemu di kantin saat jam makan siang. Aluna menoleh dan hampir tersedak dengan minumannya sendiri. “Kau tahu dari mana?” “Dari Asistennya pak Ethan dulu.” Zara menyeruput jus jeruk dengan santai. “Tapi Pak Ethan itu emang udah terkenal playboy dari dulu.” Zara mendekat. “Katanya pak Ethan punya sugar babby!” Uhuk! Uhuk! Benarkan Aluna begitu terkejut. Ia kira tidak ada yang tahu tentang dirinya dan Ethan. “Si-siapa yang bilang?” tanyanya sedikit gugup. Zara menepuk pelan bahu Aluna. “Biasalah.” Mengibaskan tangannya. “Di kantor ini punya mata-mata.” Aluna terdiam. ‘Aku harus lebih hati-hati mulai sekarang.’ “Kasihan Grace. Cantik, model. Tapi masih diselingkuhi. Tapi katanya mereka djodohkan, pantas saja sulit untuk bersama. Walaupun kelihatannya, Grace cinta mati pada pak Ethan. Tapi kalau pak Ethan tidak cinta ya gima
“Maria maria.” Bobby menirukan bagaimana Aluna menari. “Maria maria..” menyatukan tangan dan mengikuti gerakan yang Aluna lakukan. “Maria!” tertawa begitu puas sambil menunjuk Aluna yang membeku di tempatnya.“BOBBYYYYYYYY APA YANG KAU LAKUKAN!” teriak Aluna kepalang malu. “Akh!” Bobby kesakitan karena Ethan yang menendangnya. “Akh! Ethan sialan!” BRAK! Ethan menutup pintu. Kemudian menyeret Bobby dengan menarik kerah leher pria itu. Menariknya sampai keluar dari rumahnya. Menghempaskan Bobby begitu saja!“Pergi dari sini.” Ethan berkacak pinggang. Bobby menatap Ethan dengan curiga. “Waah kalian pasti akan bersenang-senang.” Menyipitkan mata. “Sebahagia itu kau dengan Aluna hah? Lihat bibirmu berkedut ingin tersenyum!” Ethan berusaha sedatar mungkin. Menahan bibirnya jangan sampai tersenyum. “Diam saja kau!” Ethan mendorong Bobby. “Bilang saja kau menyukainya!” menunjuk Ethan dengan telunjuknya. “Wajahmu itu berseri-seri persis orang jatuh cinta.” Ethan menggeleng. “Hah! Ap
Ethan tersenyum miring. “Kau menggemaskan saat menurut.” Mengusap puncak kepala Aluna. “Benarkah?” tanya Aluna. “Kamu sudah jatuh ke dalam pesonaku?” “Tidak secepat itu babby,” jawabnya dengan nada yang rendah. Anehnya Aluna merasa, Ethan semakin seksi Errrrh! Aluna menggeleng. Ethan menggendong tubuh Aluna ke atas ranjang. Setengah menindih tubuh Aluna yang mungil. Aluna pasrah saat Ethan melucuti semua pakaian yang digunakannya. Hingga ia hanya menggunakan dalaman berwarna hitam yang kontras dengan warna kulit tubuhnya. “Ethan..” lirih Aluna saat pria itu bermain di lehernya. Ethan memberikan kecupan dan gigitan kecil di lehernya. “Shit!!” umpat Ethan. “Aku sudah menahannya sejak lama.” Ethan membuka seluruh pakaiannya. Sampai ia benar-benar telanjang. Oh tepatnya mereka. Karena Aluna juga tidak menggunakan sehelai benangpun di tubuhnya. “Tubuhmu indah.” Ethan menatap tubuh Aluna yang terbentuk dengan sempurna. Namun ia salah fokus pada jahitan kecil di perut Aluna. “Luka
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk
Agatha baru saja menyelesaikan rapat bulanan bersama pegawainya. Ia masuk ke dalam ruangannya. Menerima satu telepon dari pak Rudi. “Apa anda sudah menyiapkan semua hal yang aku butuhkan?” tanya Agatha. Pak Rudi mengangguk. “Aku sudah menyiapkan berkas-berkasnya.” “Bagaimana dengan orang-orang?” tanya Agatha. “Apa aku harus menjilat mereka?” “Tidak usah. Gio sudah mengurusnya.” Agatha mengernyit. “Bagaimana?” tanya Agatha yang bingung. “Dia tidak memberitahuku apapun.” “Gio melakukan apapun untuk membantumu.” Agatha masih tidak mengerti. ia berdiri dari duduknya. Kemudian berkacak pinggang. “Aku tidak mengerti. Aku hanya meminta padanya untuk melindungiku dan memihakku ketika rapat diadakan. Apa dia bertindak sangat jauh?” “Benar. Dia bertindak sangat jauh. Itu dilakukannya untuk membantumu.” Agatha megusap wajahnya kasar. “Bagaimana dia melakukannya.” “Tunggu!” Agatha menggeleng pelan. “Apa anda berbicara dengan Gio.” “Ya. Aku berbicara dengannya. dia menje
“Tadi nenek bilang apa saja?” tanya Gio. Tadi, margaret hanya menjawab pertanyaan Gio seperti ini. “Aku hanya ingin mengobrol sebentar dengan Agatha.” Setelah itu margaret pergi. Agatha menoleh. “Seperti itulah..” mengedikkan bahu. Gio memegang bahu Agatha. “Beritahu aku apa yang dia katakan?” tanya Gio paksa. “Tidak perlu tahu apa yang dia katakan.” Agatha memandang Gio. “Tapi aku bilang padanya, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan meninggalkanmu jika kau tidak menginginkanku lagi.” Gio tersenyum miring. “Kau lebih pintar dari yang aku kira.” Agatha mendekat. “Kau puas dengan jawabanku?” Gio mengangguk. Jemarinya mengusap pipi Agatha. “Lumayan.” Agatha mendongak. “Intinya kita punya perjanjian. Kita sama-sama diuntungkan. Jadi…” Agatha mengalunkan kedua tangannya di leher Gio. “Jangan mengingkari perjanjian kan?” Jemari lentik Agatha mengusap rahang Gio. “Aku hanya memintamu untuk jangan meninggalkanku saat tujuanku belum tercapai.” Kenapa ia memperjelasny
Siang ini. Ada yang mengajaknya makan siang. Wanita yang dahulunya menjadi tokoh jahat dalam hidupnya. Namun untuk sekarang sepertinya tidak terlalu. Agatha terdiam di bangkunya. Menunggu sampai orang di hadapannya ini berbicara lebih dulu. Tidak ada yang berubah dari wanita itu. Hanya—rambutnya yang kian memutih. “Bagaimana kabarmu?” tanya margaret. Meskipun dari wajahnya ia tidak suka basa-basi. Agatha mengangguk. “Seperti yang anda lihat. Aku baik dan aku berubah menjadi lebih baik..” Agatha tersenyum sopan. “Bagaimana kabar anda?” tanyanya. “Tidak terlalu baik…” margaret mengambil minumannya. Kemudian minum perlahan sebelum melanjutkan ucapannya. “Aku tidak baik saat melihat cucuku kembali bersamamu setelah sekian lama…” Agatha menghela napas. “Apa yang aku lakukan? Gio datang sendiri padaku. Kita memang masih menyukai. Apa boleh buat… Kami menjalin hubungan kembali.” “Kau tidak tahu Gio akan bertunangan kenapa kamu masih menerimanya?” Agatha tersenyum.
“Jadi kamu berhubungan dengan perempuan lain?” tanya Ethan yang langsung pergi ke mansion anaknya. Ia langsung mendatangi mansion Gio karena anaknya itu tidak mau bertemu dengannya. Gio memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. “memang iya.” Ethan memejamkan mata. “Kenapa tidak memberitahu kami kalau kamu mempunyai kekasih?” “Kenapa kamu malah menjalin hubungan dengan perempuan lain saat kamu perjodohan itu sudah dimulai?” Gio memandang ayahnya. “Dari awal aku sudah menolaknya kan?” “Papa tidak mau mendengarkanku dan tetap melanjutkan perjodohan konyol itu. papa bahkan juga tidak percaya padaku kalau aku menyukai wanita.” “Apa itu salahku?” Ethan mengusap wajahnya kasar. “Sekarang apa mau kamu?” tanyanya. “Kamu mau membatalkan pertunangan itu?” tanya Ethan. “Kalau iya?” tanya Gio. “Papa tidak setuju jika kamu hanya main-main dengan wanita itu…” Ethan menatap Gio dengan serius. “Jika kamu hanya main-main dengan wanita itu, kamu tidak berniat menikahinya.. dan kamu