Kembali ke ruangannya. Agatha nampak lemas. Hal itulah yang membuat beberapa maid yang melihatnya tersenyum. Jujur saja, sebenarnya mereka hampir sama dengan Riska yang suka membuli orang. Mina datang menghampirinya. “Bagaimana? kau dipecat?” tanya Mina. Agatha menggeleng. kemudian tersenyum cerah dan memeluk Mina. “Aku tidak dipecat.” Mina meloncat senang. “Benarkah?” Agatha mengangguk. “Tapi kenapa kau lama sekali?” tanya Mina mengernyit. Agatha menarik Mina masuk ke dalam kamarnya. “Apa yang kau bicarakan dengan nyonya?” tanya Mina lagi. Wanita itu sungguh penasaran. Karena Agatha pergi cukup lama. Ia penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Agatha dan Margaret. “Jangan diam saja…” Mina memukul pelan bahu Agatha. “Semua orang membicarakanmu, mereka bilang mendengarmu dicaci maki oleh nyonya. Mereka yang lewat di perpustakaan bilang kau dimarahi habis-habisan oleh nyonya.” Agatha malah mengambil duduk dengan santai. “Mereka benar-benar penggosip.” Agatha tersenyum
Agatha dan Mina baru saja selesai membersihkan tempat pesta tadi. Mereka membersihkannya hanya berdua. Hanya berdua saja! Itu karena Riska yang menyuruh mereka. Karena mereka dihukum telah membuat keributan. Maid lain dilarang membantu mereka. Katanya, sebagai pelajaran agar tidak ada yang berani melakukan hal yang sama lagi. “Kau terlihat begitu lelah,” ucap Agatha pada Mina. Wajah Mina terlihat bercucuran dengan keringat. “Masuklah, aku akan menyelesaikannya sendiri,” ucap Agatha. “Tinggal sebentar lagi.” Mina mengambil kain di atas meja. Namun berhenti—kemudian mengusap dahinya pelan. Agatha mendekat. “Pergilah ke dalam. Aku akan menyelesaikannya sendiri. lagipula semua ini kesalahanku. Pergilah istirahat.” “Kau sungguh tidak papa aku tinggal?” tanya Mina. Agatha menangguk. “Tidak masalah. Pergilah,” mendorong tubuh Mina pelan. Akhirnya Mina ke dalam. Tugas Agatha tinggal sedikit. Mereka sudah mencuci semua piring, gelas dan teko mahal itu. Tinggal memb
“Tapi seharusnya bukan disebut sebagai cium lo tuan..” Agatha terkekeh pelan. “Kan kalau di luar negeri itu seperti cipika-cipiki..” “Lagipula bibirku tidak sepenuhnya menempel.. hanya.” Agatha sendiri bingung menjelaskannya. Agatha menggerakkan jarinya. “Hanya sedikit sekali menempel di pipi anda.” Gio lagi-lagi hanya tertawa kecil. Konyol sekali. Melihat Gio yang seperti itu, Agatha sedikit takut. Bagaimana jika Gio marah dengannya, kemudian menyuruh nyonya untuk memecatnya. “Saya minta maaf tuan. Seharusnya saya tidak melakukan hal itu. saya terlalu lancang,” ucap Agatha. Gio diam dan menatap Agatha dengan datar. “Karena kau minta maaf dengan tulus, aku bisa menerimanya.” Gio bersindekap. Agatha tersenyum dengan puas. tidak sadar menggerakkan jemarinya menjadi kepalan tangan. “Berarti sudah ya tuan. Saya akan pergi. kita sudah tidak punya masalah.” Agatha menatap Gio dengan hati-hati. “Belum.” Gio melangkah mendekat. “Beritahu aku apalagi yang dikatakan oleh
Agatha melotot. Demi apapun ia harus segera kabur. Tapi. Pada saat ia ingin bangkit. Justru pinggangnya ditarik. Didekap oleh tangan besar itu. Hingga ia merasakan benda kenyal nan basah yang bergerak di atas bibirnya dengan lembut. Fuck! Tuan Gio menciumnya. Agatha bangkit dengan paksa. “A-aku… aku..” Agatha menunjuk Gio dengan gugup. “Aku akan melupakan kejadian ini. Aku tidak akan menganggap hal tadi terjadi.” Setelah itu segera kabur!Berlari terbirit-birit meninggalkan Gio yang masih berdiri di tempat. Gio mematung, menatap kepergian Agatha dengan kosong. Bagaimana bisa ia lepas kendali seperti tadi. “Sial,” umpat Gio. Tapi, tadi memang menyenangkan. Bukan menyenangkan. Tapi sedikit… manis mungkin. Reflek tangannya menyentuh bibirnya sendiri. Gio berkacak pinggang. “Ayo lupakan..” lirihnya. “Lupakan….” Memejamkan mata. “Dia bukan siapa-siapa.” Gio mengacak rambutnya frustasi. Ia mengambil kucingnya dan menggendongnya. Kemudian berjalan masuk ke dalam mansion.
Brak!Sebuah map melayang dan mengenai wajah Aluna Freya yang sedang merapikan berkas. Wanita satu anak itu sontak mengerjap kala menemukan istri sang bos menatapnya nyalang. “Bu, ada ap–?” Namun belum sempat berbicara, Aluna justru sudah diteriaki. “Perempuan jalang! Belagak jadi sekretaris, padahal sebenarnya kau selingkuhan suamiku, kan?!” Deg! Aluna sontak membeku kala mendengar tuduhan itu. Dulu, bosnya itu sempat mengejar Aluna, bahkan menawarkan sebuah hubungan gelap. Tapi, Aluna selalu menolak. Dia pikir tak akan ada masalah ke depannya asal bekerja dengan baik. Tapi, mengapa jadi seperti ini? “Ma, sudah! Aluna dan aku tidak akan hubungan apa-apa.” Dari belakang, bos Aluna tampak tergopoh-gopoh ke mejanya–menghampiri sang istri. “Papa bisa jelaskan–” “JELASKAN APA? KALAU KALIAN BERSELINGKUH KEMARIN MALAM? KALIAN PERGI KE HOTEL, KAN!” teriak wanita itu lagi. Kali ini bahkan lebih kencang, hingga seluruh orang di lantai itu bisa mendengar apa yang diucapkan olehny
[ Datanglah nanti malam ke Hotel Jasmine. 100 juta akan ditransfer langsung ke rekeningmu setelah selesai. Oh, iya. Nomor kamar akan menyusul. ] Aluna memejamkan mata. Lewat kenalan lamanya, Aluna akhirnya menemukan “pria” yang mau membayar tubuhnya mahal. Jujur, Aluna tidak pernah menyangka dirinya akan melakukan pekerjaan kotor ini. Tapi, semua yang ia lakukan demi anaknya. Dalam balutan dress selutut berwarna hitam itu nampak sangat pas di tubuhnya, Aluna pun keluar dari kos-kosan petak yang hampir 1 tahun ia tinggali. Ditujunya sebuah hotel yang sudah diberitahukan oleh temannya itu. “Kamar 66?” gumam Aluna begitu tiba sembari memastikan pesan temannya yang muncul di layar ponselnya yang retak. Tak lama, diketuknya pintu kamar dengan pelan sampai akhirnya pintu itu anehnya terbuka sendiri. Aluna pun masuk. Hanya saja, dia begitu bingung karena semuanya gelap. Grab! Tiba-tiba saja tubuhnya dipeluk dari belakang! Aluna sontak terkesiap dan menjau
“Sialan kau Aluna!” teriak teman Aluna menyadarkannya dari lamunan. “Kau merugikanku! Klienku marah-marah padaku, dia tidak akan menggunakan jasaku lagi.” Aluna memejamkan mata. “Maaf,” lirihnya. Bugh!Teman lamanya yang bekerja di bidang prostitusi itu mendorong bahu Aluna. “Seharusnya aku tidak langsung mempercayaimu!” “Kau merugikanku, Sialan!!” teriaknya lagi tepat di depan wajah Aluna. “Kau pikir mudah membuat janji dengan klien yang mau membayarmu 100 juta?”“Aku memberinya karena kau bilang untuk biaya rumah sakit anakmu. Tapi, kau dengan gampang mengacaukannya. Dasar tidak tahu diuntung.” Deg! Jantung Aluna mencelos.Sekarang, dia harus bagaimana?Bayang-bayang wajah Gio yang berjuang di rumah sakit seketika terbayang.Gegas, Aluna memegang kaki teman lamanya itu. “Aku benar-benar tidak sengaja. Aku mohon bantu aku sekali lagi.” “Aku janji—aku janji tidak akan mengecewakanmu. Aku--” “Tidak ada kesempatan kedua untukmu! Gara-gara kau, aku dimarahi Mami karena menghilan
“Bukankah kemarin malam cukup menyenangkan?”“Saya tidak mengerti,” bohong Aluna sembari menunduk. Jujur, dia ingin kabur, tetapi Victor ternyata sudah lebih dulu meninggalkannya.“Lantas kau tahu siapa aku?”Aluna menggeleng. “Tidak.”“Jawab yang benar,” ucapnya sembari menyentuh dagu Aluna, hingga kedua bola mata mereka saling bertemu.“Ethan Winston?” lirih Aluna, tak percaya.Kali ini, tubuhnya gemetar kala menyadari pria yang menghabiskan malam dengannya bukan hanya bosnya, melainkan pria yang selalu menjadi mimpi buruknya sejak 7 tahun lalu!Dulu, Aluna Freya sangat beruntung karena bisa bersekolah di Zenith International High School dengan beasiswa penuh. Aluna berharap dapat segera lulus dengan nilai bagus agar bisa melanjutkan kuliah dengan beasiswa. Bahkan, dia tak peduli jika anak-anak orang kaya di sekolah itu tak ada yang mau berteman dengannya.Hanya saja, di tahun terakhir, Aluna tidak sengaja ke rooftop dan menemukan 5 anak laki-laki sedang memegang botol berisikan m