“Aku tidak mengajarkan kalian untuk bertengkar,” ucapan seseorang yang terdengar. Mereka kompak menoleh ketika mendengar suara itu. Nyonya mereka. Margaret datang. Pandangannya tertuju pada Agatha. Melihat luka yang ada di tangan Agatha. “Kamu..” Margeret menatap Agatha. “Ikut denganku.” Kemudian berjalan pergi. Riska tersenyum miring. Senyum kemenangan. “Siap-siap kau dikeluarkan,” ucapnya pada Agatha. Agatha menghela nafas dan akhirnya berjalan mengikuti Margaret pergi. Mereka masuk ke sebuah ruangan. Sebuah perpustakaan yang begitu luas. Di sana ada beberapa sofa yang tertata rapi. “Duduk.” Margaret mengambil duduk lebih dulu. Agatha mengikuti majikannya itu dengan ragu. Ia duduk dengan canggung. meletakkan kedua tangannya di atas pahanya. Menunggu Margaret berbicara.. Tapi setelah ditunggu, yang dilakukan Margaret hanyalah menatap Agatha dari atas hingga bawah. “Nyonya..” ucap Agatha. Margaret menarik satu alisnya. “Apakah saya akan dipecat?” ta
Kembali ke ruangannya. Agatha nampak lemas. Hal itulah yang membuat beberapa maid yang melihatnya tersenyum. Jujur saja, sebenarnya mereka hampir sama dengan Riska yang suka membuli orang. Mina datang menghampirinya. “Bagaimana? kau dipecat?” tanya Mina. Agatha menggeleng. kemudian tersenyum cerah dan memeluk Mina. “Aku tidak dipecat.” Mina meloncat senang. “Benarkah?” Agatha mengangguk. “Tapi kenapa kau lama sekali?” tanya Mina mengernyit. Agatha menarik Mina masuk ke dalam kamarnya. “Apa yang kau bicarakan dengan nyonya?” tanya Mina lagi. Wanita itu sungguh penasaran. Karena Agatha pergi cukup lama. Ia penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Agatha dan Margaret. “Jangan diam saja…” Mina memukul pelan bahu Agatha. “Semua orang membicarakanmu, mereka bilang mendengarmu dicaci maki oleh nyonya. Mereka yang lewat di perpustakaan bilang kau dimarahi habis-habisan oleh nyonya.” Agatha malah mengambil duduk dengan santai. “Mereka benar-benar penggosip.” Agatha tersenyum
Agatha dan Mina baru saja selesai membersihkan tempat pesta tadi. Mereka membersihkannya hanya berdua. Hanya berdua saja! Itu karena Riska yang menyuruh mereka. Karena mereka dihukum telah membuat keributan. Maid lain dilarang membantu mereka. Katanya, sebagai pelajaran agar tidak ada yang berani melakukan hal yang sama lagi. “Kau terlihat begitu lelah,” ucap Agatha pada Mina. Wajah Mina terlihat bercucuran dengan keringat. “Masuklah, aku akan menyelesaikannya sendiri,” ucap Agatha. “Tinggal sebentar lagi.” Mina mengambil kain di atas meja. Namun berhenti—kemudian mengusap dahinya pelan. Agatha mendekat. “Pergilah ke dalam. Aku akan menyelesaikannya sendiri. lagipula semua ini kesalahanku. Pergilah istirahat.” “Kau sungguh tidak papa aku tinggal?” tanya Mina. Agatha menangguk. “Tidak masalah. Pergilah,” mendorong tubuh Mina pelan. Akhirnya Mina ke dalam. Tugas Agatha tinggal sedikit. Mereka sudah mencuci semua piring, gelas dan teko mahal itu. Tinggal memb
“Tapi seharusnya bukan disebut sebagai cium lo tuan..” Agatha terkekeh pelan. “Kan kalau di luar negeri itu seperti cipika-cipiki..” “Lagipula bibirku tidak sepenuhnya menempel.. hanya.” Agatha sendiri bingung menjelaskannya. Agatha menggerakkan jarinya. “Hanya sedikit sekali menempel di pipi anda.” Gio lagi-lagi hanya tertawa kecil. Konyol sekali. Melihat Gio yang seperti itu, Agatha sedikit takut. Bagaimana jika Gio marah dengannya, kemudian menyuruh nyonya untuk memecatnya. “Saya minta maaf tuan. Seharusnya saya tidak melakukan hal itu. saya terlalu lancang,” ucap Agatha. Gio diam dan menatap Agatha dengan datar. “Karena kau minta maaf dengan tulus, aku bisa menerimanya.” Gio bersindekap. Agatha tersenyum dengan puas. tidak sadar menggerakkan jemarinya menjadi kepalan tangan. “Berarti sudah ya tuan. Saya akan pergi. kita sudah tidak punya masalah.” Agatha menatap Gio dengan hati-hati. “Belum.” Gio melangkah mendekat. “Beritahu aku apalagi yang dikatakan oleh
Agatha melotot. Demi apapun ia harus segera kabur. Tapi. Pada saat ia ingin bangkit. Justru pinggangnya ditarik. Didekap oleh tangan besar itu. Hingga ia merasakan benda kenyal nan basah yang bergerak di atas bibirnya dengan lembut. Fuck! Tuan Gio menciumnya. Agatha bangkit dengan paksa. “A-aku… aku..” Agatha menunjuk Gio dengan gugup. “Aku akan melupakan kejadian ini. Aku tidak akan menganggap hal tadi terjadi.” Setelah itu segera kabur!Berlari terbirit-birit meninggalkan Gio yang masih berdiri di tempat. Gio mematung, menatap kepergian Agatha dengan kosong. Bagaimana bisa ia lepas kendali seperti tadi. “Sial,” umpat Gio. Tapi, tadi memang menyenangkan. Bukan menyenangkan. Tapi sedikit… manis mungkin. Reflek tangannya menyentuh bibirnya sendiri. Gio berkacak pinggang. “Ayo lupakan..” lirihnya. “Lupakan….” Memejamkan mata. “Dia bukan siapa-siapa.” Gio mengacak rambutnya frustasi. Ia mengambil kucingnya dan menggendongnya. Kemudian berjalan masuk ke dalam mansion.
Agatha mengangguk.. Jujur ia tidak tahu harus bagaimana. Karena kesedihan dan penderitaan orang lain itu berbeda-beda. “Dari aku kecil, aku selalu bergantung pada obat-obatan. Aku pernah menjalin operasi, aku kira semua selesai dan aku sudah sembuh.” “Tapi ternyata, aku harus masih rutin ke rumah sakit. Check up segala macam dan masih harus minum obat..” jelas Gio. “Keluargaku tidak tahu. Mereka pikir aku baik-baik saja. mereka pikir aku sangat sehat karena aku selalu menghabiskan waktu bekerja dan tidak pernah memikirkan apapun.” Agatha menoleh. menatap Gio dari samping. “Jangan tatap aku dengan tatapan kasihan,” ucap Gio sembari menoleh kemudian menatap Agatha. Agatha mengerjap. kenapa tiba-tiba marah padahal ia tidak melakukan apapun. Hanya menatap saja kan. Tidak melakukan apapun. “Kenapa aku harus kasihan? Hidupku harus lebih dikasihani.” Agatha mengerucutkan bibirnya. “Aku miskin, aku tidak bisa membeli barang-barang bagus. untuk makan saja susah. lalu aku j
Agatha terbelalak. Lagi, bosnya yang arogan ini menciumnya. Gio menarik tengkuk Agatha dan melumat bibir wanita itu. Seumur hidup tidak pernah merasakan bibir yang semanis ini, seperti milik Agatha. Gio memang gila, ia mencium Agatha meski wanita itu memberontak. Sampai Agatha mendorongnya kuat hingga pangutan di bibir mereka terlepas. “Anda keterlaluan.” Tidak menunggu waktu yang lama, Agatha langsung kabur. Berlari terbirit-birit seperti melihat hantu. Agatha masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintu kamarnya. Kemudian tubuhnya merosot ke bawah. Jemarinya terangkat menyentuh bibirnya. “Kenapa dia melakukannya?” tanya Agatha. “Apa aku terlihat murahan? Apa aku terlihat seperti wanita jalang?” Agatha memejamkan mata. “Dan bagaimana jika nyonya tahu? Bagaimana jika nyonya tahu jika cucunya menciumku?” Agatha menghela nafas. “Aku pasti akan langsung dipecat!” Tok tok!Suara pintunya diketuk. Agatha harus bersiap untuk melakukan tugasnya. Di sisi lain. Gio kembali ke ruan
Malam harinya… Agatha baru saja selesai dengan pekerjaannya. Ia berjalan memasuki lorong kamar para maid. Enak sekali menjadi maid seperti biasanya, bekerja bersama-sama. Selesai lebih awal. Sedangkan dirinya? Harus mengerjakan semuanya sendiri karena dikucilkan tidka boleh terlihat oleh majikan. “Kau dipanggil nyonya.” Itu suara Riska. Perempuan itu bersandar di depan pintu kamarnya. “Aku yakin sekali kali ini kau akan dipecat,” ucapnya sembari mengejek. Agatha tidak mengindahkan ucapan Riska. Ia langsung memutar tubuhnya dan berjalan pergi. Ia berjalan ke perpustakaan di mana terakhir kali ia bertemu dengan nyonya. Sampai di sana, benar saja. Margaret sudah duduk menunggunya. “Duduk,” ucap Margaret dengan dingin. Agatha berjalan mendekat dan mengambil duduk di hadapan Margaret. “Kau melanggar perjanjian kita.” Margaret menatap Agatha. “Aku sudah bilang, jauhi cucuku. Tapi kau tidak pernah mematuhi perjanjian itu dan terus saja bertemu dengan cucuku diam
“Bagaiamana keadaanmu.” Agatha menatap Gio. “Aku baik-baik saja. tapi aku harus kembali ke rumah sakit.” Gio mengambil tangan Agatha dan menggenggamnya. “Kau ikut denganku.” Agatha berhenti. “Aku tidak bisa bersamamu dulu.” “Aku tidak bisa menerimanya.” Gio tetap menggandeng tangan Agatha. Tapi Agatha tetap kekeh dengan ucapannya yang ia katakan pada keluarga Gio. “Tidak, Gio. Aku tidak bisa…” Agatha mendongak. “Aku akan menemuimu sampai keadaan benar-benar aman.” Gio menghela napas. “Sampai kapan?” “Besok? Lusa? Bulan depan?” tanya Gio. Agatha terdiam. karena dirinya sendiri juga tidak tahu. Tapi setidaknya sampai kekuasaan benar berada di dalam genggamannya. Sampai orang-orang yang mencelekainya ditangkap. “Aduh…” Gio memegang perutnya. “Bagaimana ini… perutku..” Gio menyipitkan mata. “Anda harus ke rumah sakit segera Sir..” dokter mendekat. ia juga khawatir dengan keadaan Gio. Namun diam-diam Gio memberi petunjuk bahwa ia sedang berpura-pura. “Adu duh..”
Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i