Gaby terbangun dengan rasa sakit yang luar biasa. Kepalanya terasa begitu berat. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Semuanya gelap. Apalagi seluruh tubuhnya tidak bisa digerakkan.Kedua kaki dan tangannya terikat di kasur. Mulutnya dilakban. Gaby menatap langit-langit kamarnya. Dosa apa yang ia berbuat sampai ia diperlakukan seperti ini?Gaby tidak pasrah begitu saja. ia berusaha menarik tangannya, namun saat ditarik. Yang ada hanyalah rasa sakit. Gaby tidak mungkin berteriak karena mulutnya dilakban. Lantas ia harus mencari benda tajam untuk menggores tali itu sampai putus. Berusaha menemukan barang. Tapi yang ada hanyalah sebuah cermin di atas nakas yang cukup jauh darinya. Gaby berusaha meraihnya dengan jari tangannya. Ia mendapatkannya. Namun di saat ia baru saja ingin memecahkannya—bunyi suara pintu terbuka. Krieeet. Gaby langsung menutup matanya kembali. Dengan kegelapan ini. Gaby merasakan tangan Damian yang mengusap dahinya. “Terus tertidurlah, sayang.” Damian ter
#flasshback masih on Ketika pintu terbuka. Gaby langsung memukul pria itu sampai jatuh tersungkur. Tidak ada waktu untuk mengajar pria itiu. Gaby berusaha berlari ke arah pintu. Namun ternyata pintu tersebut juga dikunci. Gaby menoleh ke belakang. “Kau tidak akan bisa lari dariku.” Damian tersenyum miring. Raut wajahnya mengerikan. Seperti seorang psikopat yang merindukan mangsanya. “Ke sinilah sayang sebelum aku marah sayang.” Gaby memegang dahinya. Mulai pusing kembali. “Kau membiusku lagi?” tanya Gaby. Ia merasa rasa kantuknya yang sekarang bukanlah hal yang wajar. Apalagi ia yakin sudah tertidur cukup lama setelah dipukul Damian tadi sore. Damian mendekat. Ia berusaha mendekati Gaby. Namun Gaby masih berusaha menghindar. “JANGAN DEKATI AKU BRENGSEK!” “Andaikan kau wanita yang penurut. Aku tidak akan bersusah payah membiusmu.” Damian masih berkacak pinggang di hadapan Gaby. Menunggu mangsanya lemah sebelum meringkusnya. Begitulah cara satu-satunya
#flashback masih on Ketika pintu terbuka. Haven mengepalkan tangan melihat Gaby yang sudah menutup mata berada di pelukan Damian. “Lepaskan!” ucap salah satu polisi yang berada di samping Haven. Damia menggerutu. Ia tidak bisa melakukan apapun selain mengangkat tangannya. Melihat situasi yang tidak akan menguntungkannya. Jika ia melawan, keadaan akan semakin menjadi sulit. Haven mendekat tanpa ampun ia menghajar Damian. “Harusnya aku membunuhmu lebih awal!” teriak Haven. Bugh! Bugh! Hingga polisi memisahkan Haven dari Damian. Haven menunduk. Ia mengangkat kepala Gaby, ditaruhnya di atas paha. “Gabriella…” lirihnya. “Gaby bangun…” lirihnya lagi sembari menepuk pelan pipi Gaby. Haven mengecup pelan dahi Gaby. “Ayo bangun babe..” Tak lama Gaby terbangun samar. Kedua matanya mengernyit. Ia tidak bisa sepenuhnya bangun karena efek bius sialan itu. Gaby mengernyit. ia tersenyum melihat Haven yang sudah berada di hadapannya. Tandanya ia selamat. “Bertahanla
Setelah mendengar ucapan Haven, Ethan terdiam sesaat. Kemudian menghela nafas pelan. “Kamu dua kali menyelamatkan nyawa anak saya. Apa yang kamu inginkan?” “Saya mencintai Gabriella dan ingin bersamanya. saya ingin menikahi Gaby.” Ethan dan Aluna saling berpandang. Ethan bersindekap. “Dengan pernikahan kalian. Nama perusahaan akan terselamatkan. Tapi.. kamu harus bicara lebih dahulu dengan Gaby.” “Karena yang terpenting bukanlah tentang perusahaan, tapi tentang anakku sendiri.” Haven mengangguk paham. ~~Entah sudah berapa lama Gaby tertidur. Perlahan ia mulai membuka matanya. Melihat sekeliling yang gelap. Terdengar suara nafas seseorang. Ketika ia menoleh. ia mendapati seorang pria yang tengah menunduk di samping ranjangnya. “Haven…” lirihnya. Haven mengangkat kepalanya ketika mendengar suara Gaby. “Kamu sudah bangun.” Haven menatap Gaby. “Ada yang sakit?” Gaby menggeleng kecil. “Tidak..” “Orang tuamu pulang sebentar. Mereka akan kembali ke sini nanti. Jadi aku yang
“Tidak masalah jika kau tidak mau.” Haven mengedikkan bahu. “Dia akan dipenjara beberapa bulan atau satu tahun saja.” Gaby mengernyit. “Secepat itu?” Haven mengangguk. “Untuk kasus yang pertama. Dia memang punya anak, tapi dia bertanggung jawab secara materi. Jadi tidak terlalu dipermasalahkan. Yang kedua, dia menghamili pegawainya. Tapi dia tidak terbukti menekan pegawainya untuk mengaborsi. Yang melakukan siapa? si perempuan sendiri bukan?” tanya Haven. “Bukti yang kamu kumpulkan juga bisa membuat boomerang bagi teman kamu.” Kenapa Gaby tidak bisa berpikir sejauh itu ya. Ternyata Haven bisa berpikir sejauh dan serumit itu. Padahal ia sudah memikirkan dengan matang untuk membuat Damian dipenjara. Ternyata masih ada skenario yang lebih bagus untuk menghukum pria itu. “Ada rencana yang lebih baik untuk membuatnya hancur.” Haven tersenyum miring. “Apa?” tanya Gaby. “Menikahlah denganku.” Haven mendekat. menatap wajah Gaby lekat. “Menikahlah denganku dan semuanya
Flashback off Haven menepati janjinya. Damian dibuat hancur dengan pembongkaran kejahatan yang berada di dalam perusahaan. Damian sering main kasar dengan bawahannya. Tidak hanya kepada laki-laki tapi juga perempuan. Ternyata, perusahaan keluarga Damian sering memanipulasi pajak. Melakukan tindakan ilegal pada tanah warga yang digunakan sebagai pabrik. Perusahaan tidak membayar tanah warga sesuai dengan perjanjian. Belum lagi, korupsi yang merajalela di perusahaan keluarga Damian. Semuanya hancur. Perusahaan tidak bisa bertahan, ditambah kasus Damian yang melakukan penyerangan pada Gaby. Kasus terus bergulir dengan keadaan perusahaan kacau bahkan bangkrut. Gaby dan Haven masih menggunakan pakaian pernikahan mereka. “Mau ke mana?” tanya Haven ketika Gaby hendak pergi. Gaby menggeleng. “Aku hanya ingin pergi keluar mencari udara segar.” Haven mengambil sebuah paper bag. “Ganti dulu pakaianmu. Jangan pergi dengan seperti itu. Orang-orang bisa melihatmu.” Gaby m
Haven sudah berusaha menghubungi Gaby namun tidak dibalas juga. Sudah mencoba menelepon. Tapi tidak dijawab sudah berulang kali. Akhirnya ia keluar. Mengemudikan mobilnya guna mencari Gaby. Setelah melihat sekitar akhirnya ia berhenti tepat di depan sebuah minimarket. Disanalah ia melihat seorang wanita yang tengah menunduk, tidur. “Astaga apa yang dilakukan olehnya?” Haven turun dari mobil. Ia berjalan mendekat dan melihat Gaby dari dekat. Ada satu kresek yang penuh dengan camilan dan es krim. “Gaby..” panggilnya pelan. “Gaby..” Haven mengusap pipi Gaby pelan. “Ayo bangun.” Gaby yang sudah terlanjur tidur tidak mau diganggu. Ia malah semakin terlelap dengan posisi tangan menjadi bantal di atas meja. “Kamu lelah tapi kamu menghindariku. “ Haven mengangkat tubuh Gaby dan membawanya ke mobil. Menurunkan tubuh Gaby dengan hati-hati. gaby sedikit bergerak mencari posisi ternyaman. Haven tersenyum kecil sebelum berjalan memutar dan duduk di kursi pengemudi
Waktu terus berjalan. Gaby maupun Haven bekerja. Mereka menjadi jarang bertemu meski Haven berusaha untuk mendekati Gaby. Gaby yang menyibukkan diri dengan pekerjaan. Ia bahkan selalu pulang saat larut. Begitupun dengan Haven yang tidak memiliki banyak waktu karena mengurusi perusahaan. Apalagi sekarang tanggung jawabnya semakin bertambah dengan menjadi menantu Winston pertama. Ada satu tanggung jawab yang diembannya setelah resmi menjadi menantu seorang Ethan. Satu perusahaan yang bergerak di bidang properti telah resmi menjadi miliknya. Sebagai penanda bahwa ia resmi menjadi bagian dari keluarga Winston. “Untuk yang terakhir…” lirih Haven menatap sebuah kantor di hadapannya. “Aku akan berusaha mendekatinya sebelum aku berangkat ke London.” Haven akhirnya keluar dari mobilnya yang mahal. Ia bersindekap sembari menunggu Gaby keluar. Haven bersandar pada mobil. Meskipun sebenarnya ia juga lelah. Tapi ia akan tetap berusaha mendekati Gaby. “Gaby!” Haven melambaikan tangann