21++ Memperdalam ciumannya. Haven melumat bibir Gaby. Pria itu mengigit bibir Gaby pelan agar terbuka. Saat terbuka, lidahnya masuk dan membelai bibir Gaby degan mudah. Gaby pasrah—ciuman ini sulit ditolaknya. Lehernya terasa akan patah arena terus mendongak. Untung saja Haven menggendong tubuhnya masuk ke dalam kamar. Mendudukkan tubuhnya di atas meja. Gaby mendongak—membiarkan bibir Haven bergerak melumat bibirnya dengan rakus. Ia mengalunkan kedua tangannya di leher pria itu. Bibirnya tidak kuasa menahan desahannya saat bibir Haven membelai lehernya. Krek! Dress bagian atas yang Gaby gunakan sudah robek di tangan Haven. “Aku bukan orang yang sabar..” Haven menunduk—tangannya sudah menarik lepas pengait bra di belakang. Gaby mengusap kepala Haven saat pria itu menunduk. Haven dengan rakus melumat dada Gaby yang membusung. Menghisapnya dengan rakus berga
Setelah kejadian itu, Gaby dan Haven tidak pernah bertemu. Meski pagi dimana Gaby pulang ke Apartemen, mereka sempat berciuman mesra. Gaby tidak masalah. Lagipula ketika mereka bertemu mereka tidak bisa berbuat lebih. Hal itu juga semakin membuatnya tersiksa. Mungkin juga karena Haven yang sibuk bekerja. Gaby sempat dihubungi oleh Haven, pria itu akan pergi ke London untuk melakukan perjalanan dinas. Namun tadi siang Haven mengiriminya pesan untuk mereka bertemu di sebuah restoran. Gaby menggunakan dress min berwarna hitam. Sengaja, karena tubuhnya yang sempurna pasti menggoda bagi pria manapun. Termasuk Haven. “Sorry aku telat.” Gaby mengambil duduk di hadapan Haven. Haven mengetuk jam tangannya. “Telat lima menit. Saya tidak suka dengan orang yang telat, Gabriella.” Gaby mengerucutkan bibirnya. “Hanya lima menit kan? Lagipula aku kan berdandan. Nanti kalau alisku tinggi sebelah bagaimana? Membuat alisku ini yang paling lama….” Omelnya sambil menunjuk alis hitamn
Setelah makan, Gaby bersama Haven turun. Tujuan Haven adalah mengantar Gaby pulang ke Apartemen. Tidak boleh ke klub. Apalagi keliaran saat malam hari. Kecuali saat bersamanya. Gaby menatap punggung Haven yang berjalan di depannya. Tidak ada romantis-romantisnya! Bisa kek digandeng tangannya ini! Gaby menatap tangannya yang nganggur dan hanya membawa tasnya saja. Gaby berjalan dengan jas Haven berada di pinggangnya. Untuk menutupi pahanya yang terbuka! Gaby menghela nafas sebelum mendekati Haven yang berada di samping mobilnya. “Menggunakan mobilku?” Haven mengangguk. “Lalu mobilmu?” “Ada orang yang akan membawanya..” Haven mengadahkan tangannya meminta kunci mobil Gaby. “Aku tidak akan mengijinkanmu menyetir kalau masih kebut-kebutan di jalan.” Haven menatap Gaby. God! Gaby tidak bisa. Ia menggeleng. “No!” Gaby tidak bisa berkutik karena kuncinya sudah diserahkan pada Haven. “Menyetir itu aturan Gabriella. Kalau mau kebut-kebutan itu di arena sirkuit
Terdiam sepanjang perjalanan ke Apartemen Gaby. Gaby masih terngiang-ngiang dengan ucapan Haven tadi di parkiran. Sedendam apapun dengan orang, ia tidak akan berani sampai menghancurkan hidup orang itu. Meski ia punya kuasa untuk melakukan hal itu. Tapi Gaby hanya mengancam saja, tidak pernah melakukan hal seperti itu. “Ada apa Gabriella?” tanya Haven ketika selesai memarkirkan mobil Gaby di basement. Gaby menoleh ke samping. “Apa kau akan benar-benar menghancuran hidup Aldi?” Haven mengernyit. “Kenapa? kamu takut saya menghancurkan hidup mantan kekasih kamu?” “Aku tidak takut… tapi—” Gaby menghela nafas. “Aku tidak punya hubungan lagi dengannya. Tapi menghancurkan hidup orang lain itu keterlaluan.” Haven tersenyum miring. “Kamu masih mencintainya?” Gaby menggeleng. “Aku tidak pernah menyukainya apalagi mencintainya.” “Lantas kenapa kamu menghalangi saya untuk menghancurkan hidupnya?” “Dia mengganggu milik saya dan artinya juga menggangu saya. Kejadian di klu
21++ Gaby memejamkan mata saat Haven melumat bibirnya. Sudah beberapa lama mereka saling memangut dan bertukar saliva. Gaby yang bergerak berpindah tempat ke atas pangkuan Haven. Haven menarik tengkuk Gaby semakin dalam. Jemarinya mencengkram pinggang permepuan itu. Mereka berhenti ketika pasokan udara habis. Haven berhenti dan menatap Gaby dengan wajahnya yang datar. “Besok jam setengah delapan. Jangan telat.” Haven mengusap puncak kepala Gaby. “Maksudnya?” Gaby mengernyit. “Aku jemput kamu.” “Kamu..pulang?” tanya Gaby. Haven tersenyum miring. “Kamu tidak ingin aku pulang?” Jemari lentik Gaby berada di bahu Haven. Perlahan turun menyusuri dada pria itu. “Bagiamana kalau aku bilang iya?” Haven mengusap dahi Gaby yang sedikit berkeringat. Bibir perempuan itu begitu menggoda. Gaby yang menunduk di pangkuannya membuat dada perempuan itu terlihat begitu jelas. Belahan dada yang dalam itu seakan menariknya. Haven menarik tengkuk Gaby dan kembali mencium b
21++ Perlahan Haven bergerak. Ia tidak pernah merasakan sensai senikmat ini. Milik Gaby terasa begitu mencengkram miliknya di bawah sana. Perlahan itupula, rasa sakit bergantikan dengan rasa nikmat yang luar biasa. Gaby mencengkram lengan Haven. “Terima kasih sudah menjaganya,” ucap Haven sembari menggerakkan pinggulnya. Sampai beberapa saat kemudian, Gaby merasakan miliknya berkedut kembali. Haven menunduk—mencium bibir perempuan itu dan mempercepat gerakannya sampai akhirnya tubuh Gaby melengkung dan mendapatkan peleapsannya. Tidak sampai di sana.. Haven memutar tubuh Gaby sampai membelakanginya. Kemudian mengangkat sedikit pinggang gadis yang resmi menjadi wanitanya itu. Sampai akhirnya Haven kembali menhujam milik Gaby dari belakang. Mencengkram dengan erat pinggang Gaby. “Ahh!” tubuh Gaby terombang-ambing akibat hujaman Haven di belakang. Gaby hanya berpegang pada sandaran kasurnya. Dari belakang, Haven tidak membiarkan buah dada Gaby menganggur begitu
21++ Perjanjian sudah dimulai. Saat ini hidup Gaby akan sepenuhnyad diatur oleh Haven. Bahkan untuk pergi ke kantor saja diantar. “Sampai kapan aku diantar?” tanya Gaby menoleh ke samping. “Sampai aku yakin kamu tidak kebut-kebutan di jalan,” balas Haven tanpa menoleh. Setelah memarkirkan mobilnya di depan kantor Gabriella, barulah Haven menoleh. “Aku tidak yakin kamu bisa menahan diri tidak kebut-kebutan di jalan.” Gaby berdecak pelan. “Mobilku jenis sport, sudah sepantasnya dikendarai dengan kecepatan rata-rata..” “Sudah seharusnya mobil sport melaju dengan kencang. Tidak pelan-pelan seperti mobilmu ini..” balas Gaby panjang lebar. Haven tersenyum miring. “Baiklah aku akan belikan mobil seperti ini.” “Tidak!” Gaby melotot. “Mobilku banyak.” “Semua mobilmu sport.” “Ya karena aku suka.” “Aku tidak suka.” Haven menatap Gaby. “Yasudah tidak usah menyetir mobil selamanya.” “Haven!!” teriak Gaby. Haven meraih pipi Gaby. “Jangan teriak-teriak sayang..” Ga
21++ “Terima hukuman kamu.” Haven meloloskan jarinya di bawah sana. Membelai milik Gaby yang sudah basah akibar perbuatannya. Tubuh Gaby memang selalu menginginkan sentuhan Haven. Namun kali ini pria itu benar-benar mempermainkannya. Gaby mendongak—tidak bisa menahan desahannya saat jemari Haven yang panjang mengobrak-abrik miliknya di bawah sana. Apalagi bibir pria itu yang menghisap dadanya. Menggigit puncak dadanya. Namun disaat ia akan sampai di puncak kenikmatan itu, justru Haven berhenti. Haven menarik tengkuknya dan mencium bibirnya kembali. Pria itu menarik pinggangnya dan dalam sekejap Gaby sudah ada di pangkuan pria itu. Pada awalnya Haven ingin memberi jeda pada mereka. Bahkan tadi pagi ia tidak mendekati Gaby. Karena ia tahu jika terlalu dekat dengan wanita itu, ia pasti ingin menyentuhnya kembali. Namun pagi ini justru Gaby memancing amarahnya. Sehingga ia tidak bisa menahannya lagi. Terus berciuman dan saling bertukar saliva. Jemari Haven mem