Belle pulang ke kampung halamannya untu persiapan melahirkan. Frederix tidak bisa mencegah keinginan sang istri. Pasalnya mereka jadi harus menjalankan hubungan jarak jauh untuk sementara waktu.“Aku sedih lho kita harus berjarak jauh, sayang,” ungkap Frederix sambil mengamati istrinya yang sedang mengepak koper.“Hanya sementara, sayang.”“Tetap saja bagiku tidak menyenangkan. Aku membutuhkanmu dalam segala hal pria membutuhkan wanita.”Belle berhenti dari kegiatannya. Wanita cantik itu duduk di samping sang suami yang sedang memberengut. Tangannya meraih tangan Frederix dan mengecupnya dalam-dalam.“Apa kamu tidak mengerti keinginanku? Aku ingin ada Mama yang membantuku di detik-detik terakhirku untuk melahirkan.”Tidak ada balasan dari Frederix. Mereka telah membahas ini berkali-kali sejak usia kandungan Belle memasuki semester tiga. Tadinya, ia berharap Mama Belle lah yang datang berkunjung, bukan Belle yang harus pulang ke kampung halaman.Tapi ternyata tidak semudah itu. Selain
Beda Ferina, beda pula dengan Sacha. Putri kedua William itu malah menunda kehamilan. Sacha merasa belum siap mengasuh anak.Masalahnya lagi, banyak kontrak pemotretan yang masih belum selesai. Sacha juga baru membangun pabrik untuk produk kosmetiknya. Cedric pun masih disibukkan dengan jadwal mengajar dan praktek."Cedric sebenarnya ingin cepat memiliki anak, tapi ia mengerti kesibukanku," ucap Sacha saat Keyna menanyakan alasan menunda kehamilan."Ya sudah. Yang penting kalian sepakat," ujar Keyna."Iya. Setelah kontrak-kontrakku selesai, aku mungkin akan berhenti menjadi model. Cedric sangat setuju.""Kamu mau berhenti menjadi model?" ulang Keyna. "Kenapa sampai berhenti?""Tidak seratus persen berhenti. Mungkin hanya melakukan pemotretan produk tertentu saja. Terutama untuk produk kosmetikku."Sacha menjelaskan bahwa itu merupakan salah satu usahanya untuk mengurangi kegiatan. Ia ingin saat hamil nanti, ia sudah tidak terlalu sibuk. Sehingga ia dan Cedric dapat menikmati kehamilan
William baru akan menutup pintu kamar mandi, saat Keyna memanggilnya. Lelaki tampan itu keluar. Keyna menunjuk Princess yang sudah tertidur sambil memeluk boneka.Perlahan, Keyna bergeser hingga ke tepi ranjang. Wanita itu lalu bangkit dan menghampiri William. Sambil memberi kode dengan menempelkan jari telunjuk ke bibir, Keyna menyeret suaminya ke sofa.“Kita lanjutkan yang tadi,” bisik Keyna dengan nada menggoda.William mengangkat alis. Matanya melirik Princess di ranjang, sebelum mengikuti sang istri. Ia duduk dengan memangku Keyna.“Kamu yakin Princess sudah tertidur lelap?”“Hu-uh.”Mulut mereka menyatu dengan gairah menggebu seperti sebelumnya, tetapi kali ini lebih lembut dan perlahan. William mengerang penuh hasrat dan membenamkan wajah di lekukan leher Keyna. Tangannya tak henti bergerilya liar.Dengan terampil, William melepas kemeja tidur Keyna. Terburu, membuka seluruh pakaiannya hingga keduanya kini polos tanpa penutup tubuh. William menggumamkan kekagumannya saat meliha
Frederix sangat senang keluarganya datang. Ia langsung melebarkan kedua tangan saat melihat Princess. Balita cantik itu langsung berlari menghampiri Frederix.Princess mendekap kakaknya. Ternyata ia juga rindu pada Frederix. Sambil memeluk, ia menggumamkan nama sang kakak."Kak Fred kangen sekali pada Princess," ungkap Frederix sambil mencium pipi adiknya."Princess juga."Lalu balita cantik itu minta turun dari gendongan. Frederix membungkuk dan menjejakkan kaki adiknya ke tanah. Princess berlutar-berputar di tempat memperlihatkan pakaiannya pada Frederix dan Belle."Apa itu baju baru?" tanya Frederix. “Cantik sekali.”Princess mengangguk. "Kata Kak Cha ini baju untuk naik pesawat.""Ya ampuun, Kak Cha." Belle terkekeh mendengar jawaban Princess."Kak Fred tidak bisa membedakan. Sepertinya baju Princess semuanya baru dan bagus-bagus," ungkap Frederix.setelah memperhatikan Princess, Frederix dan Belle beralih pada William dan Keyna."Daddy dan Keyna apa kabar?" tanya Belle santun."B
Rasanya Keyna ingin Louis ada di sini. Mencarikan suasana canggung akibat pernyataan putrinya. Bibirnya menyunggingkan senyum malu-malu.Lalu, matanya melirik Frederix. Putra sulung keluarga Dalton yang sangat mirip William. Berwajah datar dan hanya menampakkan sedikit senyum tanpa berusaha memberikan pernyataan untuk membantu menghilangkan suasana sungkan ini.Lalu, William berkata,” Mommy dan Daddy pindah ke sofa karena ingin membicarakan sesuatu. Kalau kami melakukannya di ranjang, kamu akan terbangun.”“Memangnya malam-malam membicarakan apa? Bisnis?” tanya Princess lagi sambil menyuap sosis ke mulutnya.“Apa saja kegiatan hari itu. Mommy dan Daddy seharian tidak bertemu karena bekerja. Jadi, malam hari adalah waktu kami berbincang,” jawab William.Diam-diam, Keyna mengembuskan napas lega. William dapat menjawab pertanyaan putrinya dengan tenang. Meskipun orang dewasa yang mendengar memilih merespon dengan senyum penuh arti.“Makanya Princess tidur sendiri saja,” pinta Frederix.“
Esok paginya, William mendapat kabar bahwa Louis akan berangkat mengunjungi Frederix. Ia akan pergi setelah jam kerja usai. Sementara Sacha masih menunggu akhir pekan datang agar Cedric bisa ikut serta.“Kak Lou mau datang? Yeayy,” pekik Princess senang.“Kenapa Princess senang sekali Kak Lou mau datang?” tanya Philippe.“Kalau ada Kak Lou seru, Uncle. Boleh tidak mandi, boleh tidak makan sayur, boleh mengumpat, boleh beli ini, pokoknya boleh semua,” kekeh Princess membuat semua yang mendengar tertawa.“Berarti sama Daddy tidak seru?”Princess diam sejenak. Ia menatap sang Daddy dan menghampirinya. Balita cantik itu memeluk William dan mencium pipinya.“Princess suka kok sama Daddy. Daddy ‘kan orang tua Princess,” rayu Princess.Keyna, Philippe dan Elise menggeleng melihat kebersamaan William dan putrinya. Sang bilioner berpura-pura kesal dan Princess masih berusaha membujuk. Hingga, tiba-tiba mereka mendengar suara langkah tergesa.“Key! Keyna!”Semua kepala menoleh pada asal suara.
Keyna keluar dari kamar Frederix. William langsung menoleh dan menatap sang istri. Memberikannya senyum bangga karena membantu kelahiran seorang bayi ke dunia.“Terima kasih, ya, Key,” ucap Frederix tulus.“Sama-sama,” jawab Keyna yang juga mendapat kecupan di pipi dari William.“Bagaimana dengan istriku?”“Sudah selesai dijahit jalan lahirnya. Kamu masuk saja dulu, sekalian berpamitan. Kita harus membawa bayi ini ke rumah sakit.”“Kenapa?”Keyna menjelaskan bahwa bayi baru lahir masih harus diobservasi oleh dokter anak. Bayi akan diperiksa berat dan tinggi badan, golongan darah serta kadar bilirubinnya. Semua pemeriksaan itu harus dilakukan di rumah sakit.Frederix mengangguk. Ia membawa bayinya masuk ke kamar untuk berpamitan dengan Belle. Keyna dan William menunggu di luar.“Kita antar Frederix, ya. Aku takut ada sesuatu dengan bayi itu karena sempat kekurangan air ketuban saat di dalam rahim,” ujar Keyna.“Oke. Semoga bayinya baik-baik saja. Bagaimana dengan Princess?”“Harusnya s
Liburan keluarga adalah saat yang dinanti William. Semenjak Frederix dan Sacha menikah, mereka memang mengunjungi William secara teratur. Sang bilioner mengerti bahwa putra-putrinya kini memiliki prioritas terhadap keluarga masing-masing. Louis yang masih tinggal di mansion pun sering bepergian. Pemuda itu mengembangkan bisnisnya dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan teknologi automotive. Otomatis, di mansion hanya tinggal William, Keyna dan Princess. Itu sebabnya sang bilioner selalu membuat acara berkumpul untuk keluarga besarnya.Enam cottage disewa William untuk seluruh keluarga dan sahabatnya, Jaslan. Rombongan besar itu beriringan menuju sebuah kawasan wisata mewah. Iringan mobil mewah dengan kap atas yang terbuka begitu mencolok pemandangan.“Princess,” teriak Jasmine yang melambai dari mobil Daddynya.“Jasmine, Edzard … “balas Princess tak kalah kerasnya.Rambut kedua anak kecil itu beterbangan ditiup angin. Mereka tertawa bersama meski tidak dalam satu mobil