Rudolf memgerutkan kening membaca lembar demi lembar surat perjanjian. Ia melirik Eddie, asisten CEO yang menemuinya. Sementara sang CEO sendiri tidak menampakkan batang hidungnya."Aku tidak biasa bekerja seperti ini. Sama saja aku seperti seorang photographer keliling," tukas Rudolf."Anda menghina profesi photographer keliling?" Alis Eddie terangkat tinggi."Tidak ... bukan begitu, Tuan. Hanya saja, untuk level keahlian saya, konsep ini tidak masuk akal," sanggah Rudolf."Justru karena keahlian Anda, Tuan William setuju menggunakan jasa Anda. Ini merupakan tantangan pada profesi yang ditekuni."Kepala Rudolf kembali menggeleng. "Entahlah. Saya ragu, bukan karena tidak mampu. Hanya saja, tanpa konsep yang jelas rasanya sulit.""Anda belum membaca surat perjanjian hingga lembar terakhir dan sudah menyerah hanya karena konsep pemotretan tidak seperti yang biasa Anda lakukan?""Saya sangat menghargai keinginan Tuan William, namun tetap saja kerjasama harus disepakati kedua belah pihak,
Tergesa, William menggunakan pakaiannya. Ia juga membantu Keyna. Untung saja istrinya menggunakan mini dress hingga mudah memakaikannya. Sambil terus mengatur napas, Keyna mengelus-elus perutnya.“Bagaimana? Kita ke rumah sakit?” tanya William.“Tidak. Ini sudah membaik.”“Yakin?”Keyna memberengut. “Begini-begini, aku seorang dokter. Aku tau mana gejala yang patut diwaspadai, mana yang tidak.”“Jangan marah, Baby. Aku hanya khawatir.”Tanpa menjawab, Keyna meraih telapak tangan William. Tangan itu diletakkan di perut.“Bisa kamu rasakan sekarang, perutku sudah tidak sekencang tadi.”William mengangguk. Ia mengembuskan napas lega. Lalu, segera meraih tubuh Keyna masuk ke dalam pelukannya.“Kamu membuatku takut, Baby.”“Terus-terang, aku juga sempat khawatir,” aku Keyna.“Apa tadi aku melakukannya terlalu kencang?”“Mmm … bukan cuma kamu. Aku juga merasa sedikit terlalu bersemangat tadi,” ungkap Keyna dengan malu-malu.“Aku yang salah. Maafkan aku, Baby.”“Maafkan aku juga sudah membua
Sacha tampak terkejut mendengar keberatan Oliver. Namun begitu, ia tetap berusaha santai dan tersenyum menanggapinya."Bagiku tak apa. Apalagi kita tidak satu meja," ucap Sacha."Iya, sih. Lalu, apa kamu tidak merasa risih?""Risih kenapa?""Istri Daddymu masih sangat muda. Mungkin hanya berbeda beberapa tahun denganmu.""Aku malah sangat kompak dengan Keyna. Ia bisa berperan menjadi ibu, kakak bahkan sahabatku.""Omong kosong! Istri muda selalu memiliki trik untuk menguasai harta, bukan?""Tidak. Keyna tidak seperti itu," tegas Sacha."Belum, Cha. Lihat saja dalam waktu lima tahun, ibu tirimu pasti sudah lebih kaya dari pada dirimu."Sacha sangat kesal. Beruntung hari ini hatinya sedang senang. Wanita cantik itu malah memancing Oliver untuk memperlihatkan sifatnya."Apa kamu memiliki pengalaman dengan ibu tiri?""Tidak. Ayah dan ibuku masih bersama.""Bersyukurlah. Ibuku sudah meninggal. Lalu, Daddy bertemu Keyna, singkat cerita mereka akhirnya jatuh cinta.""Saranku, jangan terlalu
Sacha langsung memberengut. Masalahnya ia malas sekali mengingat makan malamnya dengan Oliver. Ia bahkan berjanji pada diri sendiri bahwa semalam akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan lelaki itu."Nggak asik orangnya," jawab Sacha singkat."Gimana nggak asiknya?""Dia terlalu banyak menyombongkan diri sendiri.""Orang yang bergelimang harta biasanya begitu. Apa lagi?""Dia hanya suka fisikku saja."Keyna mengerutkan dahi dalam-dalam. "Apa mata lelaki itu jelalatan ke arah tubuhmu?"Sacha tidak menjawab."Aku sudah membatin saat melihatmu pergi dengan dandanan sangat cantik dan gaun pas di badan. Mana ada mata lelaki yang menghindar untuk tidak melihatmu?" desah Keyna."Bukan itu sih. Tepatnya ia mengatakan bahwa ia menyukai foto-fotoku di majalah Lace," ungkap Sacha pelan.Spontan, Keyna menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan satu tangan."Kamu pernah jadi model majalah Lace?"Kepala Sacha mengangguk."Kok bisa? Kamu nggak tau itu majalah apa? Siapa yang biasanya melihat majal
William, Frederix dan Sacha susah payah menahan tawa. Mereka sedang menyaksikan Keyna yang sedang menyisiri rambut Louis dan mengikatnya dengan karet berwarna-warni. Louis duduk menghadap cermin. Tampak tenang karena ia menutup matanya dengan seikat dasi."Sudah puas, heh?" tanya Louis yang duduk menyilangkan tangannya di perut."Diam. Jangan bergerak-gerak," jawab Keyna."Ini sudah lebih dari sepuluh menit. Rambutku sakit kamu tarik-tarik," dengus Louis."Pelajaran untukmu agar tidak memanjangkan rambut seperti wanita," sanggah Keyna sambil menyelesaikan ikatan terakhir."Sudah kubilang, ini gaya kekinian," kilah Louis yang tidak mendapat tanggapan dari Keyna."Selesaaii," seru Keyna terdengar puas sekali.Louis membuka penutup mata dan bercermin. Rambut gondrongnya kini tampak berhias karet warna warni. Lalu, terdengar ledakan tawa dari arah belakang.Wajah Louis seketika menegang. Namun, begitu melihat Keyna yang tersenyum bahagia, hilang sudah kekesalannya. Ia rela dijadikan bulan
"Di mansion?" Keyna dan ketiga putra-putri keluarga Dalton serempak mengulang pernyataan William.Bilioner itu mengangguk. " Iya. Itu sebabnya aku melakukan penawaran pada Dokter Nathalie untuk pindah ke kota kita saat kandungan Keyna memasuki semester ketiga.""Memang bisa melahirkan di mansion?" tanya Louis bingung."Bisa saja. Banyak para pesohor yang melakukannya dengan dalih lebih nyaman dan tidak akan dipusingkan dengan media pencari berita," ungkap Dokter Nathalie."Aku akan menyiapkan satu ruangan khusus untukmu bekerja dan fasilitas lain," ucap William pada Dokter Nathalie."Aku belum mengatakan menyetujui penawaranmu, William," tukas Dokter Nathalie."Aku anggap kamu setuju. Kepindahanmu akan diurus oleh perusahaan Will Universe."Seperti biasa, William selalu menang dalam bernegosiasi. Dokter Nathalie tidak dapat berkutik mendapat penawaran dari sang bilioner."Sampai bertemu bulan depan di mansion, Dokter," ucap William saat mereka berpamitan.Dalam perjalanan kembali ke h
"Terima kasih, sayang," ucap Keyna dengan haru.William menutup laptopnya. Ia ikut berbaring miring menghadap Keyna. Tangannya kembali terjulur mengelus pipi chubby sang istri."Aku selalu bisa merasakan jika kamu merasa sedih, Baby.""Tidak. Aku tidak apa-apa, kok.""Bukankah kita sudah berjanji untuk selalu jujur. Tidak merahasiakan sesuatu?""Tetapi, aku tidak memiliki rahasia.""Kalau begitu, ceritakan apa yang membuatmu tak nyaman."Keyna terdiam sesaat. Lalu, mulai bercerita tentang apa yang dikatakan Oliver pada Sacha. Rahang William mengetat mendengar penuturan sang istri."Maafkan aku. Ternyata, aku tidak setangguh yang kamu kira. Aku sangat ingin tidak perduli, tetapi tetap saja selalu memikirkannya," aku Keyna.William mengembuskan napas berat. "Jika aku adalah wanita, apalagi sedang hamil, aku akan menangis mendengar orang membicarakan hal buruk tentangku."Keyna menggeleng pelan. " Aku tidak menangis ""Kamu menangis saat bertemu denganku setelah perbincanganmu dengan Sac
Dalam perjalanan, Sacha tersenyum-senyum sendiri. Keyna menatap putri William dengan bangga. Dulu, ia tau Sacha adalah model yang sikapnya arogan dan kurang perduli pada sesama.“Tau nggak, Key. Aku baru merasakan, kita bahagia banget kalau bisa membantu orang, ya,” ungkap Sacha.“Iya.”“Aku jadi tau kenapa kamu senang sekali membantu orang sejak dulu.”“Jadi, saat kamu mengatakan memiliki urusan pribadi itu untuk membayar operasi Syakira, ya?”Sacha mengangguk. “Tadinya, aku tidak ingin identitasku diketahui. Tetapi, malah bertemu ayah Syakira.”“Tak apa. Kita jadi memiliki pertemanan baru.”“Aku juga tidak tau bahwa Daddy ternyata mengirim orang untuk memperkerjakan ayah Syakira.”“Sama. Aku juga baru tau barusan.”“Wah, Daddy main rahasia padamu. Ckckck,” canda Sacha.Keyna malah tergelak. “Biasanya untuk membantu orang, William memang jarang sekali bercerita padaku. Namun, ada saja akhirnya yang memberitahuku.”“Itu tandanya kalian memang tidak cocok menyembunyikan rahasia.”Keyna