Tergesa, William menggunakan pakaiannya. Ia juga membantu Keyna. Untung saja istrinya menggunakan mini dress hingga mudah memakaikannya. Sambil terus mengatur napas, Keyna mengelus-elus perutnya.“Bagaimana? Kita ke rumah sakit?” tanya William.“Tidak. Ini sudah membaik.”“Yakin?”Keyna memberengut. “Begini-begini, aku seorang dokter. Aku tau mana gejala yang patut diwaspadai, mana yang tidak.”“Jangan marah, Baby. Aku hanya khawatir.”Tanpa menjawab, Keyna meraih telapak tangan William. Tangan itu diletakkan di perut.“Bisa kamu rasakan sekarang, perutku sudah tidak sekencang tadi.”William mengangguk. Ia mengembuskan napas lega. Lalu, segera meraih tubuh Keyna masuk ke dalam pelukannya.“Kamu membuatku takut, Baby.”“Terus-terang, aku juga sempat khawatir,” aku Keyna.“Apa tadi aku melakukannya terlalu kencang?”“Mmm … bukan cuma kamu. Aku juga merasa sedikit terlalu bersemangat tadi,” ungkap Keyna dengan malu-malu.“Aku yang salah. Maafkan aku, Baby.”“Maafkan aku juga sudah membua
Sacha tampak terkejut mendengar keberatan Oliver. Namun begitu, ia tetap berusaha santai dan tersenyum menanggapinya."Bagiku tak apa. Apalagi kita tidak satu meja," ucap Sacha."Iya, sih. Lalu, apa kamu tidak merasa risih?""Risih kenapa?""Istri Daddymu masih sangat muda. Mungkin hanya berbeda beberapa tahun denganmu.""Aku malah sangat kompak dengan Keyna. Ia bisa berperan menjadi ibu, kakak bahkan sahabatku.""Omong kosong! Istri muda selalu memiliki trik untuk menguasai harta, bukan?""Tidak. Keyna tidak seperti itu," tegas Sacha."Belum, Cha. Lihat saja dalam waktu lima tahun, ibu tirimu pasti sudah lebih kaya dari pada dirimu."Sacha sangat kesal. Beruntung hari ini hatinya sedang senang. Wanita cantik itu malah memancing Oliver untuk memperlihatkan sifatnya."Apa kamu memiliki pengalaman dengan ibu tiri?""Tidak. Ayah dan ibuku masih bersama.""Bersyukurlah. Ibuku sudah meninggal. Lalu, Daddy bertemu Keyna, singkat cerita mereka akhirnya jatuh cinta.""Saranku, jangan terlalu
Sacha langsung memberengut. Masalahnya ia malas sekali mengingat makan malamnya dengan Oliver. Ia bahkan berjanji pada diri sendiri bahwa semalam akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan lelaki itu."Nggak asik orangnya," jawab Sacha singkat."Gimana nggak asiknya?""Dia terlalu banyak menyombongkan diri sendiri.""Orang yang bergelimang harta biasanya begitu. Apa lagi?""Dia hanya suka fisikku saja."Keyna mengerutkan dahi dalam-dalam. "Apa mata lelaki itu jelalatan ke arah tubuhmu?"Sacha tidak menjawab."Aku sudah membatin saat melihatmu pergi dengan dandanan sangat cantik dan gaun pas di badan. Mana ada mata lelaki yang menghindar untuk tidak melihatmu?" desah Keyna."Bukan itu sih. Tepatnya ia mengatakan bahwa ia menyukai foto-fotoku di majalah Lace," ungkap Sacha pelan.Spontan, Keyna menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan satu tangan."Kamu pernah jadi model majalah Lace?"Kepala Sacha mengangguk."Kok bisa? Kamu nggak tau itu majalah apa? Siapa yang biasanya melihat majal
William, Frederix dan Sacha susah payah menahan tawa. Mereka sedang menyaksikan Keyna yang sedang menyisiri rambut Louis dan mengikatnya dengan karet berwarna-warni. Louis duduk menghadap cermin. Tampak tenang karena ia menutup matanya dengan seikat dasi."Sudah puas, heh?" tanya Louis yang duduk menyilangkan tangannya di perut."Diam. Jangan bergerak-gerak," jawab Keyna."Ini sudah lebih dari sepuluh menit. Rambutku sakit kamu tarik-tarik," dengus Louis."Pelajaran untukmu agar tidak memanjangkan rambut seperti wanita," sanggah Keyna sambil menyelesaikan ikatan terakhir."Sudah kubilang, ini gaya kekinian," kilah Louis yang tidak mendapat tanggapan dari Keyna."Selesaaii," seru Keyna terdengar puas sekali.Louis membuka penutup mata dan bercermin. Rambut gondrongnya kini tampak berhias karet warna warni. Lalu, terdengar ledakan tawa dari arah belakang.Wajah Louis seketika menegang. Namun, begitu melihat Keyna yang tersenyum bahagia, hilang sudah kekesalannya. Ia rela dijadikan bulan
"Di mansion?" Keyna dan ketiga putra-putri keluarga Dalton serempak mengulang pernyataan William.Bilioner itu mengangguk. " Iya. Itu sebabnya aku melakukan penawaran pada Dokter Nathalie untuk pindah ke kota kita saat kandungan Keyna memasuki semester ketiga.""Memang bisa melahirkan di mansion?" tanya Louis bingung."Bisa saja. Banyak para pesohor yang melakukannya dengan dalih lebih nyaman dan tidak akan dipusingkan dengan media pencari berita," ungkap Dokter Nathalie."Aku akan menyiapkan satu ruangan khusus untukmu bekerja dan fasilitas lain," ucap William pada Dokter Nathalie."Aku belum mengatakan menyetujui penawaranmu, William," tukas Dokter Nathalie."Aku anggap kamu setuju. Kepindahanmu akan diurus oleh perusahaan Will Universe."Seperti biasa, William selalu menang dalam bernegosiasi. Dokter Nathalie tidak dapat berkutik mendapat penawaran dari sang bilioner."Sampai bertemu bulan depan di mansion, Dokter," ucap William saat mereka berpamitan.Dalam perjalanan kembali ke h
"Terima kasih, sayang," ucap Keyna dengan haru.William menutup laptopnya. Ia ikut berbaring miring menghadap Keyna. Tangannya kembali terjulur mengelus pipi chubby sang istri."Aku selalu bisa merasakan jika kamu merasa sedih, Baby.""Tidak. Aku tidak apa-apa, kok.""Bukankah kita sudah berjanji untuk selalu jujur. Tidak merahasiakan sesuatu?""Tetapi, aku tidak memiliki rahasia.""Kalau begitu, ceritakan apa yang membuatmu tak nyaman."Keyna terdiam sesaat. Lalu, mulai bercerita tentang apa yang dikatakan Oliver pada Sacha. Rahang William mengetat mendengar penuturan sang istri."Maafkan aku. Ternyata, aku tidak setangguh yang kamu kira. Aku sangat ingin tidak perduli, tetapi tetap saja selalu memikirkannya," aku Keyna.William mengembuskan napas berat. "Jika aku adalah wanita, apalagi sedang hamil, aku akan menangis mendengar orang membicarakan hal buruk tentangku."Keyna menggeleng pelan. " Aku tidak menangis ""Kamu menangis saat bertemu denganku setelah perbincanganmu dengan Sac
Dalam perjalanan, Sacha tersenyum-senyum sendiri. Keyna menatap putri William dengan bangga. Dulu, ia tau Sacha adalah model yang sikapnya arogan dan kurang perduli pada sesama.“Tau nggak, Key. Aku baru merasakan, kita bahagia banget kalau bisa membantu orang, ya,” ungkap Sacha.“Iya.”“Aku jadi tau kenapa kamu senang sekali membantu orang sejak dulu.”“Jadi, saat kamu mengatakan memiliki urusan pribadi itu untuk membayar operasi Syakira, ya?”Sacha mengangguk. “Tadinya, aku tidak ingin identitasku diketahui. Tetapi, malah bertemu ayah Syakira.”“Tak apa. Kita jadi memiliki pertemanan baru.”“Aku juga tidak tau bahwa Daddy ternyata mengirim orang untuk memperkerjakan ayah Syakira.”“Sama. Aku juga baru tau barusan.”“Wah, Daddy main rahasia padamu. Ckckck,” canda Sacha.Keyna malah tergelak. “Biasanya untuk membantu orang, William memang jarang sekali bercerita padaku. Namun, ada saja akhirnya yang memberitahuku.”“Itu tandanya kalian memang tidak cocok menyembunyikan rahasia.”Keyna
Dengan senyum manis, Bianca menjawab telepon. Wanita itu memberi kode menunggu pada Alex sementara ia menjauh. Alex mengangguk mengerti.Sacha berharap ia salah dengar. Bukan nama Cedric yang disapa Bianca. Atau paling tidak, ada nama Cedric yang lain selain mantan kekasih Keyna itu.Dengan rasa penasaran, akhirnya Sacha memutuskan bertanya pada Alex."Bianca itu ekspresif sekali, ya. Kentara sekali ia senang mendapat panggilan telepon itu. Pasti ia sudah menunggu-nunggu," pancing Sacha."Iya, memang. Sudah beberapa hari Bianca menunggu telepon dari sepupunya itu," ungkap Alex sambil memperhatikan kekasihnya."Hmmm ... sepupu? Aku memiliki teman bernama Cedric. Aku penasaran, apakah itu orang yang sama?""Oh ya?" Alex terkejut. "Cedric siapa yang kamu kenal?""Ia seorang dokter spesialis penyakit dalam yang sedang menjalani pendidikan di luar kota."Alex tertawa renyah. "Ya Tuhan. Dunia memang ternyata sempit. Benar, kita mengenal Cedric yang sama.""Benarkah? Apa Bianca juga seorang
Malam harinya, tanpa membuang waktu, William dan keluarganya bertolak ke bandara untuk pulang. Tidak ada alasan lagi bagi William untuk menetap di Pulau Chantal setelah mengetahui sang putra baik-baik saja. Mereka pun pergi tanpa berpamitan pada sang pemilik pulau. William sudah bertekad menutup semua akses komunikasi dengan Chantal maupun semua wanita. Mengingat pernyataan keras Keyna, William merinding. Sejak itu, matanya tak pernah lepas dari sang istri. Hatinya sangat tidak tenang jika mereka berjauhan. "Cha, Keyna kenapa akhir-akhir pendiam, ya?" tanya William. "Apa Keyna masih marah, ya sama Daddy?" Sacha sedang duduk di depan meja kerja sang Daddy. Menatap berkas perusahaannya yang akan bergabung dengan perusahaan Will Universe. Kini matanya mengamati wajah William yang termenung. "Daddy masih berurusan dengan ibu-ibu komite sekolah Princess? Atau masih berhubungan dengan Chantal?" "Tidak sama sekali, Cha." Akhirnya mereka berkesimpulan, Keyna memang sedang lelah saja. M
Untuk mengalihkan rasa kesal, Keyna berjalan-jalan sendirian di tepi laut. Pulau ini memang cantik dan eksotik. Gabungan antara penduduk pribumi dan modern masih sangat kentara. Namun begitu, pelayan di sekitar resort terlihat telah lebih mengenal peradaban. “Cantik, ya?” Kepala Keyna menoleh ke samping. Chantal berdiri dengan wajah menatap laut. Wanita itu menarik napas dalam-dalam menghirup udara laut dan mengembuskannya perlahan. “Mau menemaniku berkeliling?” Itu bukan sebuah ajakan, nada suara Chantal jelas menuntut Keyna untuk ikut. Tangan kanan wanita pulau itu terentang ke sisi kanan untuk memberi kode agar berjalan. Keduanya berjalan menyisiri pinggir laut. Angin hampir saja menerbangkan topi lebar yang dikenakan Keyna jika ia tidak memeganginya. Sementara Chantal dengan santai berjalan tanpa alas kaki menembus angin yang mengibarkan pakaian tipis hingga lekuk tubuhnya tampak jelas terlihat. “Aku sudah berhasil membawa peradaban modern ke pulau ini. Namun begitu, sebagai
“Baby, jangan cemberut terus. Tolong, maafkan aku,” mohon William saat mereka telah dalam pesawat.Keyna tidak menjawab. Ia sibuk menatap laptopnya dan memberikan layanan kesehatan melalui online. Bahkan saat William kembali berkata, Keyna langsung mengenakan headset hingga suara suaminya sama sekali tidak terdengar lagi.William mengembuskan napas berat. Ia tau dirinya salah. Tetapi, bukankah alasannya cukup masuk akal? Apa ini karena Keyna cemburu?Pusing memikirkan sikap istrinya, William bangkit dari duduknya. Lelaki itu mengecup puncak kepala Keyna sebelum berjalan menjauh. Ia mendatangi Princess yang sedang bermain dengan Sacha.“Kenapa Daddy meninggalkan Keyna?” tanya Sacha.“Keyna sedang konsultasi online.”“Pasti Keyna marah pada Daddy.”“Iya, sepertinya begitu.”“Kenapa Mommy marah pada Daddy?” tanya Princess.Keduanya lalu tersadar bahwa P
“Akh … kalian sudah saling kenal?” Chantal menatap Louis dan Lily bergantian.“Mmm … kami teman masa kecil, Nyonya Chantal,” balas Lily menyeringai.“Oh ya? Menarik, sangat menarik.” Mata Chantal berbinar mendengar jawaban Lily.Sementara itu, Louis masih terpana dengan pemandangan di depannya. Chantal sampai menggeleng kemudian terkekeh. Wanita itu kemudian pamit.“Baiklah. Aku tinggalkan kalian berdua untuk bernostalgia.”“Terima kasih, Nyonya Chantal," balas Lily dengan santun.Sebelum Chantal berlalu, ia menyempatkan diri mengedipkan sebelah matanya pada Louis. Wanita itu juga mengusap dada Louis dan berbisik pelan di telinga lelaki muda itu.“Mungkin ini jawaban dari rasa penasaranmu.”Louis tersentak sedikit. Kepalanya menoleh menatap kepergian Chantal. Lalu, tersadar saat Lily kembali menyapanya.“Kamu baik-baik saja?”“Entahlah. Bertemu lagi denganmu … cukup mengejutkan,” aku Louis.Kepala wanita cantik bergaun putih itu meneleng ke kanan. Bibirnya rapat namun menyunggingkan s
Pertemuan dengan Chantal, sama sekali tidak mencerahkan Louis. Wanita itu malah melenggang santai meninggalkan Louis yang masih tidak mengerti. Chantal hanya berpesan untuk menghubunginya kapan saja ia butuh.Louis menatap bayangan Chantal. Ia bisa bebas memandangi tubuh Chantal dari tampak belakang. Setelah wanita pulau itu menghilang, Louis segera keluar dari restoran.“Permisi, hari ini aku ada jadwal menyelam. Apa perlengkapan untukku sudah siap?” tanya Louis pada pegawai resort.Lelaki pribumi yang diajak bicara itu bertelanjang dada, mengenakan sarung yang panjangnya hanya sampai lutut serta pengikat kepala khas pulau. Ia tersenyum ramah dan mengangguk pada Louis.“Silahkan, Tuan Louis,” jawab si lelaki sambil mengarahkan jalan.“Apa perjalanan kita jauh?”“Tidak, Tuan. Kita akan naik kapal ke tengah laut, setelah itu Anda baru bisa turun dan menyelam.”“Ada pengawas atau pelatih yang akan menemaniku?”“Saya sendiri yang akan menemani Tuan.”Louis mengangguk. Mereka berkenalan.
“Tersesat?”Louis berhenti berjalan. Tidak ada siapa-siapa di dekatnya. Suara seksi dari arah belakang itu pasti memang menyapanya.Pemuda tampan itu membalik tubuh. Menahan napas sejenak begitu melihat sosok yang berdiri dengan senyum menggoda. Mata hitamnya mengerjap pelan.“Ehm.” Louis menjernihkan tenggorokannya. “Tersesat? Tidak. Aku memang mau berkeliling.”“Oh. Ini saatnya makan siang. Kamu tidak ke restoran?”“Setelah ini aku ke restoran.”“Dari arah sini kamu tidak akan menemukan apa pun selain lorong yang ujungnya buntu. Bagaimana kalau kita ke restoran saja. Aku tau jalan tercepat ke sana.”Louis terpana. Bukan karena suara seksi itu. Wanita ini terlihat manis dengan kulit kecoklatan yang mengkilat. Sekilas ia mengamati. tubuhnya berisi dengan tonjolan dan lekukan yang proporsional.Masalahnya, wanita di depannya ini memakai gaun panjang tembus pandang. Ia hanya mengenakan celana dalam. Bagian dada wanita itu tercetak jelas melalui bahan tipis bermotif bunga dan tertutup s
“William,” panggil Keyna.Cepat, William menoleh. Tersenyum manis pada Keyna dan merengkuh bahunya.“Ya, Baby? Sudah selesai melihat-lihat kelas Princess-nya?”“Sudah. Princess sudah mau masuk sekolah,” ucap Keyna.Seorang wanita tersenyum dan menyapa Keyna. “Oh, ini Mommynya Princess, ya?”“Akh, ya. Kenalkan, ladies. Ini istriku, Keyna.” William kemudian menatap istrinya. “Baby, kenalkan ini ibu-ibu komite yang luar biasa kontribusinya pada sekolah.”Sambil memaksakan senyum, Keyna menyalami para ibu yang sejak tadi mengerubungi sang suami. Lalu ia memberi kode pada suaminya untuk pergi dan mengantar Princess kembali ke kelas.“Kami permisi dulu ke kelas Princess,” ucap Keyna dengan nada yang dibuat seramah mungkin, padahal hatinya sangat kesal.“Oke. Setelah mengantar Princess, ke sini lagi, ya. Kita ngobrol-ngobrol dulu. Jarang-jarang kan Mommy Keyna muncul di sekolah.”Ucapan salah satu wanita itu seolah menyindir Keyna. Dengan menggenggam tangan William, Keyna menatap satu per-sa
Setengah jam William berbincang dengan Chantal. Lelaki itu menutup teleponnya sambil tersenyum dan menggeleng samar. Ia kembali ke kamar, naik ke ranjang dan tidur.Pagi harinya, Keyna bangun lebih dulu. Ia mencium suaminya dan bergegas ke kamar Princess. Putri cantik itu sudah bangun, namun masih mengobrol di ranjang bersama Ferina.“Selamat pagi,” sapa Keyna.“Mommyy …. “Princess merentangkan tangannya meminta Keyna memeluknya.Ferina tersenyum menatap keduanya. “Aku ke kamar tamu dulu, ya. Mau mandi dan bersiap-siap ke rumah sakit.”“Oke, Auntie Ferina.”Ferina mencium pipi Princess sebelum keluar. Keyna menggenggam sekilas tangan sahabatnya. Pintu menutup dan langkah Ferina yang menjauh tak terdengar lagi.“Apa Princess Mommy tidur nyenyak hari ini?”“Iya. Tapi Princess bangun sebentar karena Auntie menangis.”“Auntie Ferina menangis?”“Iya, karena aku pakai selimut dari Uncle Hanson.”Keyna mengamati sekitar ranjang. Selimut dari Hanson tidak ada di sana. Ia lalu kembali menatap
“Bagaimana Ferina hari ini, Baby?” tanya William pada istrinya.Mereka sedang berbaring di ranjang. Berbincang tentang aktifitas padat yang William dan Keyna lakukan hari ini. Keyna meletakkan kepalanya pada dada William.“Matanya tidak bisa berbohong. Aku tau, ia masih sangat berduka. Walaupun ia bisa tersenyum pada semua orang yang memeluknya dan mengucapkan bela sungkawa,” jawab Keyna.“Aku lihat Ferina sangat berusaha untuk tegar. Ia melakukannya demi janin di rahimnya.”“Betul. Ferina bilang padaku, yang menguatkannya saat ini adalah adanya benih Hanson pada tubuhnya.”William mengembuskan napas berat. Tangannya mengelus rambut panjang sang istri. Sesekali ia mengecup rambut halus itu.“Apa Ferina sekarang masih tidur di kamar Princess?”“Masih.”“Apa putri kita terganggu?”Kepala Keyna mendongak menatap sang suami. “Kenapa terganggu?”“Siapa tau, Princess terbangun karena mendengar isak tangis Ferina di malam hari.”“Princess tidak pernah bercerita tentang hal itu. Aku asumsikan