William, Frederix dan Sacha susah payah menahan tawa. Mereka sedang menyaksikan Keyna yang sedang menyisiri rambut Louis dan mengikatnya dengan karet berwarna-warni. Louis duduk menghadap cermin. Tampak tenang karena ia menutup matanya dengan seikat dasi."Sudah puas, heh?" tanya Louis yang duduk menyilangkan tangannya di perut."Diam. Jangan bergerak-gerak," jawab Keyna."Ini sudah lebih dari sepuluh menit. Rambutku sakit kamu tarik-tarik," dengus Louis."Pelajaran untukmu agar tidak memanjangkan rambut seperti wanita," sanggah Keyna sambil menyelesaikan ikatan terakhir."Sudah kubilang, ini gaya kekinian," kilah Louis yang tidak mendapat tanggapan dari Keyna."Selesaaii," seru Keyna terdengar puas sekali.Louis membuka penutup mata dan bercermin. Rambut gondrongnya kini tampak berhias karet warna warni. Lalu, terdengar ledakan tawa dari arah belakang.Wajah Louis seketika menegang. Namun, begitu melihat Keyna yang tersenyum bahagia, hilang sudah kekesalannya. Ia rela dijadikan bulan
"Di mansion?" Keyna dan ketiga putra-putri keluarga Dalton serempak mengulang pernyataan William.Bilioner itu mengangguk. " Iya. Itu sebabnya aku melakukan penawaran pada Dokter Nathalie untuk pindah ke kota kita saat kandungan Keyna memasuki semester ketiga.""Memang bisa melahirkan di mansion?" tanya Louis bingung."Bisa saja. Banyak para pesohor yang melakukannya dengan dalih lebih nyaman dan tidak akan dipusingkan dengan media pencari berita," ungkap Dokter Nathalie."Aku akan menyiapkan satu ruangan khusus untukmu bekerja dan fasilitas lain," ucap William pada Dokter Nathalie."Aku belum mengatakan menyetujui penawaranmu, William," tukas Dokter Nathalie."Aku anggap kamu setuju. Kepindahanmu akan diurus oleh perusahaan Will Universe."Seperti biasa, William selalu menang dalam bernegosiasi. Dokter Nathalie tidak dapat berkutik mendapat penawaran dari sang bilioner."Sampai bertemu bulan depan di mansion, Dokter," ucap William saat mereka berpamitan.Dalam perjalanan kembali ke h
"Terima kasih, sayang," ucap Keyna dengan haru.William menutup laptopnya. Ia ikut berbaring miring menghadap Keyna. Tangannya kembali terjulur mengelus pipi chubby sang istri."Aku selalu bisa merasakan jika kamu merasa sedih, Baby.""Tidak. Aku tidak apa-apa, kok.""Bukankah kita sudah berjanji untuk selalu jujur. Tidak merahasiakan sesuatu?""Tetapi, aku tidak memiliki rahasia.""Kalau begitu, ceritakan apa yang membuatmu tak nyaman."Keyna terdiam sesaat. Lalu, mulai bercerita tentang apa yang dikatakan Oliver pada Sacha. Rahang William mengetat mendengar penuturan sang istri."Maafkan aku. Ternyata, aku tidak setangguh yang kamu kira. Aku sangat ingin tidak perduli, tetapi tetap saja selalu memikirkannya," aku Keyna.William mengembuskan napas berat. "Jika aku adalah wanita, apalagi sedang hamil, aku akan menangis mendengar orang membicarakan hal buruk tentangku."Keyna menggeleng pelan. " Aku tidak menangis ""Kamu menangis saat bertemu denganku setelah perbincanganmu dengan Sac
Dalam perjalanan, Sacha tersenyum-senyum sendiri. Keyna menatap putri William dengan bangga. Dulu, ia tau Sacha adalah model yang sikapnya arogan dan kurang perduli pada sesama.“Tau nggak, Key. Aku baru merasakan, kita bahagia banget kalau bisa membantu orang, ya,” ungkap Sacha.“Iya.”“Aku jadi tau kenapa kamu senang sekali membantu orang sejak dulu.”“Jadi, saat kamu mengatakan memiliki urusan pribadi itu untuk membayar operasi Syakira, ya?”Sacha mengangguk. “Tadinya, aku tidak ingin identitasku diketahui. Tetapi, malah bertemu ayah Syakira.”“Tak apa. Kita jadi memiliki pertemanan baru.”“Aku juga tidak tau bahwa Daddy ternyata mengirim orang untuk memperkerjakan ayah Syakira.”“Sama. Aku juga baru tau barusan.”“Wah, Daddy main rahasia padamu. Ckckck,” canda Sacha.Keyna malah tergelak. “Biasanya untuk membantu orang, William memang jarang sekali bercerita padaku. Namun, ada saja akhirnya yang memberitahuku.”“Itu tandanya kalian memang tidak cocok menyembunyikan rahasia.”Keyna
Dengan senyum manis, Bianca menjawab telepon. Wanita itu memberi kode menunggu pada Alex sementara ia menjauh. Alex mengangguk mengerti.Sacha berharap ia salah dengar. Bukan nama Cedric yang disapa Bianca. Atau paling tidak, ada nama Cedric yang lain selain mantan kekasih Keyna itu.Dengan rasa penasaran, akhirnya Sacha memutuskan bertanya pada Alex."Bianca itu ekspresif sekali, ya. Kentara sekali ia senang mendapat panggilan telepon itu. Pasti ia sudah menunggu-nunggu," pancing Sacha."Iya, memang. Sudah beberapa hari Bianca menunggu telepon dari sepupunya itu," ungkap Alex sambil memperhatikan kekasihnya."Hmmm ... sepupu? Aku memiliki teman bernama Cedric. Aku penasaran, apakah itu orang yang sama?""Oh ya?" Alex terkejut. "Cedric siapa yang kamu kenal?""Ia seorang dokter spesialis penyakit dalam yang sedang menjalani pendidikan di luar kota."Alex tertawa renyah. "Ya Tuhan. Dunia memang ternyata sempit. Benar, kita mengenal Cedric yang sama.""Benarkah? Apa Bianca juga seorang
"Ada apa dengan Sacha, Baby?" cecar William saat Keyna telah kembali ke kamar utama.Keyna tidak langsung menjawab. Wanita hamil itu naik ke ranjang dan duduk bersandar. Matanya menatap wajah tampan suaminya."Baby, ayo ceritakan padaku," mohon William."Ini semua gara-gara kamu," ucap Keyna."Kenapa denganku?""Sacha mengencani beberapa lelaki demi kamu. Agar kamu melihat sendiri ia telah berusaha memenuhi keinginanmu."William berpikir keras lalu membalas," Apa salah satu lelaki itu telah menyakiti putriku?""Tidak. Malam ini, Alex mengatakan bahwa ia telah memiliki kekasih hingga Sacha merasa tak enak hati."Keyna mengurungkan niat untuk menceritakan kisah Sacha dan Cedric. Pasti William akan murka mengetahui Cedric mengatakan perilaku Sacha murahan karena sering mengajak lelaki berkencan."Kasihan Sacha, sayang," rengut Keyna."Aku akan mengatakan kepada Sacha untuk tidak lagi kencan dengan sembarang lelaki," janji William."Sembarangan bagaimana? Bukankah kamu merekomendasikan pa
"Buk, buk, buk."Hanson berjalan terseok menuju pintu. Padahal ia baru saja pulang dari rumah sakit sehabis operasi pasien dini hari. Niatnya naik ke ranjang untuk beristirahat jadi tertunda melihat siapa yang berdiri di depan pintu apartemen yang tak hentinya digedor."Ya Tuhan, Kak. Kenapa Kak Will selalu saja datang saat aku mau tidur?" sungut Hanson yang melebarkan pintu.William melewati adik angkatnya. Lelaki tampan itu sudah berpakaian rapi seperti hendak bekerja. Ia kemudian mondar-mandir di ruang tamu apartemen Hanson."Kalau Kak Will hanya mau mondar-mandir, bisakah dilakukan ditempat lain saja?" protes Hanson lagi.Akhirnya bilioner itu diam di tempat. Ia duduk di depan Hanson yang bersandar di sofa dengan mata setengah terpejam."Aku merasa jantungku sedang tidak baik-baik saja," ungkap William.Garis muncul di antara alis Hanson. Lelaki itu duduk tegak dan menatap sang kakak angkat. Lalu, mulai mengamati tubuh terutama dada William."Bagaimana rasanya?" Hanson bertanya, m
Esok paginya, Keyna benar-benar menepati janji untuk menemani suaminya konseling. William tampak tampan dengan kemeja yang pas di tubuh hingga otot-otot nya yang masih terjaga tercetak dari luar pakaian. Demikian pula dengan celana panjang bahan yang ia gunakan. Bahkan bagian belakang tubuh William terlihat begitu kencang.Keyna mengembuskan napas berat. Teringat bahwa hari ini sang suami akan berduaan di ruangan dengan seorang psikolog wanita. Wanita hamil itu jadi kesal kenapa Hanson merekomendasikan seorang wanita untuk sesi konseling William.“Apa kamu sadar hari ini kamu akan bertemu bahkan berduaan dengan sorang wanita di dalam ruangan?” tanya Keyna.“Aku belum pernah berkonsultasi pada seorang psikolog. Jadi, aku tidak tau seperti apa mekanisme di dalam ruang konseling.”“Ya … seperti yang aku katakan sebelumnya.”“Ada apa, Baby? Kamu keberatan aku berada dalam satu ruangan bersama seorang wanita meskipun ia seorang konselor?”Keyna tidak langsung menjawab. Mulutnya memberengut