Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 25. Bukan Pangeran

Share

25. Bukan Pangeran

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-22 10:56:34
"Kau mau bermalam di sini, anak muda?" tanya Tabib Kebab. "Bagaimana kalau prajurit kerajaan datang lagi?"

"Mereka pasti mengira aku sudah pergi ke perbatasan dengan jalan kaki," jawab Cakra. "Jadi kemungkinan kecil datang lagi."

Tabib Kebab tersenyum. "Kau sungguh cerdik. Kau bisa memperdaya prajurit kerajaan, berarti kau juga bisa menipu aku dengan mudah."

"Jadi kau curiga aku akan menipumu?" tatap Cakra tidak enak. "Baiklah, aku bayar di muka. Berapa sewa kamarnya?"

"Kamar tidak disewakan. Aku menerimamu karena kau kesulitan mencari tempat bermalam."

"Lalu apa maksudnya aku bisa menipumu dengan mudah?" tanya Cakra penasaran.

Tabib Kebab menatap dengan selidik. "Mengapa kau mengajak bertukar jubah? Apa jubah itu bermasalah?"

"Katamu jubah ini biasa dipakai para pangeran. Aku bukan pangeran. Maka itu aku mengajak tukaran."

"Kau adalah bangsawan Asir. Jadi sangat pantas memakai jubah itu. Yang aku heran, bangsawan Asir memiliki jubah tersendiri, mengapa kau tidak memakainya?"

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   26. Lolos Dari Penjagaan

    "Calon pangeran pergi ke perbatasan kadipaten?" Mahameru yang sedang menikmati hidangan pagi menatap prajurit di hadapannya tanpa berkedip. "Ya tuanku," jawab prajurit senior. "Satu pleton anggota pasukan lagi menyusul." Pria gagah yang menyamar dengan berpakaian pendekar itu terduduk lemas di kursi, menunda makan. Pencarian jadi semakin sulit. Cakra sangat cerdik sehingga dapat mengelabui prajurit yang berjaga di perbatasan. Penampilan Cakra sungguh meyakinkan sebagai anak buah Tabib Kebab yang hendak mencari bumbu di hutan. Mereka baru sadar telah terperdaya saat pekerja yang biasa mencari bumbu muncul. "Calon terpilih bisa mati kelaparan di Hutan Gerimis," kata Bagaspati yang menemani mahapatih makan pagi. Mereka bersantap di sebuah restoran penginapan mewah. "Hutan itu sangat indah dan asri, namun tak ada penyambung kehidupan." "Ia terlalu pintar untuk mati kelaparan," kata Mahameru. "Aku malu pada baginda ratu, melaksanakan tugas kecil saja tidak mampu." "Maafkan aku sela

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • Perjanjian Leluhur   27. Tapak Mega

    "Jadi Mahameru gagal memboyong calon pangeran ke istana?" Lelaki berbadan tegap dan berwajah tampan itu tertawa senang mendengar penuturan ahli nujum. Semua tokoh golongan hitam hadir dalam perjamuan itu, di antaranya Tongkat Bertuah, si Sanggul Miring, Bidadari Penabur Cinta, dan Setan Pajak. "Apakah pemuda yang bernama Cakra Agusti Bimantara itu berilmu tinggi, Renggana? Ia pantas bersanding dengan Srikiti kalau benar demikian." Gadis berparas cantik yang duduk di sampingnya menggerutu, "Memangnya aku cangklong ditawarkan kepada setiap lelaki?" "Aku tidak menawarkan kamu kepada setiap lelaki, aku menawarkan anakku kepada lelaki dari bangsa manusia. Aku sangat ingin memiliki cucu dari perkawinan antar bangsa." Pangeran Penamburan menatap ayahnya separuh protes. "Jadi aku tidak berguna bagi Daddy?" "Tentu saja sangat berguna! Aku ingin kau menikah dengan Dewi Anjani agar kita bisa menguasai seluruh wilayah kerajaan!" Pangeran Penamburan adalah putra sulung Tapak Mega. Ia gemb

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • Perjanjian Leluhur   28. Nyanyian Malam

    Hari menjelang senja. Cakra melambatkan lari kuda dan berhenti di bawah pohon rindang. Kuda sangat lincah dan tangguh, larinya jauh lebih cepat dari kuda Thoroughbred pemegang Guinness World Records. "Kau belum punya nama, aku kasih nama apa ya?" ujar Cakra sambil menambatkan tali kuda pada akar yang menonjol di permukaan tanah. "Aku kasih nama Kylian Mbappe...fansnya pasti marah. Aku kasih nama koruptor...kamu pasti marah. Ya sudah...Gemblung saja." Kuda ini membutuhkan cukup banyak air. Cakra membawa bumbung panjang untuk persediaan. Satu tabung bambu cukup untuk persediaan air satu hari. Untuknya, wedang lemon separuh kantong cukup untuk beberapa hari perjalanan. Cakra diberi tahu Gayatri kalau di Hutan Gerimis tidak ada persediaan air dan makanan. Hanya pendekar yang memiliki ilmu Cipta Saji berani mengembara di hutan itu. Banyak pohon buah-buahan tumbuh tapi tidak pernah berbuah. Umbi-umbian juga begitu. "Aku tidak percaya di hutan ini tidak ada yang bisa dimakan atau dimin

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20
  • Perjanjian Leluhur   29. Air Mata Bidadari

    "Sialan!" Cakra jengkel melihat buntalan kosong saat bangun di pagi hari. Kakek berselempang putih ternyata sungguh-sungguh dengan ucapannya. Ia harus menunggunya buang hajat kalau semua ingin kembali. Siapa sudi! "Perutku lapar sekali! Masa aku harus makan tanaman pagi-pagi? Apa bedanya sama si Gemblung?" Kuda meringkik kehausan sehabis makan rumput yang tumbuh subur di sekitar. "Aku saja belum mengisi perut, kau sudah minta minum," omel Cakra. "Dasar gemblung.... Oh iya, kau dikasih nama Gemblung kan karena kau setengah edan!" Cakra beranjak bangkit untuk mengambil bumbung bambu di rumpun pisang. Bumbung itu tampak hampir penuh, cukup untuk persediaan satu hari. Ia lepas tali bumbung dari batang pisang. Kemudian Cakra menuangkan air bumbung ke dalam panci kecil sampai penuh. Dalam sekejap ludes diminum kuda. "Haus sekali kau," kata Cakra sambil mengisi lagi panci itu, dan ludes lagi. "Sudah cukup." Kuda meringkik keras seakan protes. Cakra jadi jengkel. Ia tuangkan air

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-21
  • Perjanjian Leluhur   30. Pendekar Bispak

    "Aku mencium bau manusia," kata si Sanggul Miring. "Kid slebew pasti ada di sekitar sini." Si Sanggul Miring bersama Bidadari Penabur Cinta dan Kupu-kupu Madu berlari dengan cepat di udara. Mereka menjadikan pucuk daun sebagai titian. "Beruntung sekali kita," sahut Kupu-kupu Madu. "Baru sampai di Hutan Gerimis langsung bertemu dengan orang yang kita cari." Di kejauhan terlihat Cakra memacu kuda sekencang-kencangnya di antara pepohonan. "Nah, itu orangnya!" seru si Sanggul Miring. "Ayo kita kejar!" Mereka mempercepat larinya memburu kuda yang berlari kencang melewati pepohonan. Jarak mereka semakin dekat. Cakra merasa tidak ada kesempatan untuk kabur, ia berkata, "Berhenti, Gemblung! Percuma kau keluarkan seluruh tenaga, mereka mampu mengejar." Kuda berhenti berlari. "Lalu bagaimana nasib Yang Mulia?" "Jangan panggil aku kid slebew kalau tertangkap oleh perempuan." "Jangan takabur, Yang Mulia." Si Sanggul Miring dan komplotannya mendarat dengan ringan di tanah. Cakra duduk d

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-22
  • Perjanjian Leluhur   31. Bahasa Pemersatu

    Cakra jadi mengetahui bahaya sejak dini dengan adanya perubahan secara drastis pada kemampuan panca inderanya, sehingga perjalanan hari itu aman dari gangguan. Jika ada suara mendekat, ia segera menjauh. Cakra beristirahat di bawah pohon besar saat matahari tenggelam di ufuk barat. Ia duduk di antara dua akar pipih sehingga cukup tersembunyi dari penglihatan para pendekar yang memburunya. "Kau sembunyi di rumpun tanaman perdu, Gemblung," kata Cakra sambil meneguk air mata bidadari. "Jadi tidak gampang ketahuan oleh mereka." "Aku takut, Yang Mulia. Biasanya di tengah malam muncul suara-suara seram." "Masa kamu takut sama suara seram? Suaramu jauh mengerikan!" "Jangan menghinaku, Yang Mulia." "I'm sorry if those words offended you." "Bahasa apa itu, Yang Mulia?" "Bahasa pemersatu dunia." "Pasti tidak termasuk duniaku." Cakra tidak banyak bercakap lagi. Rasa kantuk menyergap matanya. Ia tertidur sampai kemudian terbangun tengah malam karena mendengar suara perempuan menyanyikan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-23
  • Perjanjian Leluhur   32. Ksatria Bayangan

    Kakek berselempang putih memeluk Cakra ketika sepasang suami istri melompat turun dari pucuk daun dan mendarat dengan sempurna di tanah berumput di sekitar mereka. "Kek...," bisik Cakra kaget. "Jangan begini.... Aku suka perempuan...!" "Aku juga," sahut si kakek pelan. "Perempuan di depan kita sangat cantik dan seksi, bagaimana menurutmu?" "Aku setuju. Jadi tolong lepaskan pelukanmu." "Aku suka geregetan ingin memeluk kalau lihat perempuan cantik." "Iya...tapi jangan lampiaskan ke aku." "Terus sama siapa?" "Di sampingmu ada yang lebih menggairahkan." "Memeluk kuda maksudmu?" belalak kakek berselempang putih. "Sialan kau, anak muda!" Cakra kenal dengan sepasang suami istri itu. Mereka pernah bertemu di Puri Mentari saat menonton pertunjukan tari erotis. "Sepasang Gagak Putih....!" seru Cakra tercekat. "Mereka juga turun tangan untuk mencariku...!" "Rupanya kau sudah tahu siapa pendekar yang mencarimu. Mereka adalah tokoh terpandang dalam dunia perkelahian di seantero keraja

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • Perjanjian Leluhur   33. Bangsa Multidimensi

    "Kau harapanku satu-satunya, Kek," kata Cakra sambil meneguk air bumbung. "Cuma kau yang bisa membantu." "Aku sudah bilang tidak ada pintu keluar selain empat gerbang labirin," tegas Ki Gendeng Sejagat seolah ingin membuat kuncup hatinya. "Semua penduduk yang ingin bepergian ke duniamu pasti menghindari gerbang labirin kalau ada pintu yang lebih gampang." "Kau bohong," sergah Cakra tidak senang. "Menurut Iblis Cinta, satu-satunya penduduk yang bisa keluar masuk seenaknya adalah kau." "Iblis Cinta terlalu berlebihan. Gerbang labirin adalah pintu keimigrasian di bangsamu. Hanya warga yang memenuhi syarat yang bisa keluar masuk." "Jadi kakek tidak mau menolongku?" tatap Cakra kecewa. "Tentu saja aku mau menolong," sahut si kakek garuk-garuk kepala, serba salah. "Tapi...." "Tapi apa, Kek?" desak Cakra penuh harap. "Bayarannya mahal? Aku punya uang emas dan perak masing-masing delapan puluh keping." "Kaya sekali kau, anak muda." "Uang itu pemberian Iblis Cinta." "Ia bangsawan Asi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-25

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   381. Sang Perkasa

    Ketua lama Dewan Agung berhasil kabur dari gerbang siksa. Ia menjadi pendukung utama Ratu Dublek. Raden Mas Arya Bimantara sebagai ketua baru sungkan untuk menangkapnya. Ratu Kencana sampai turun tangan melobi Cakra, ia sangat peduli dengan kegaduhan yang terjadi. Padahal ia berasal dari langit berbeda. "Nusa Kencana adalah negeri warisanku, aku memiliki keterikatan batin dengan penguasa istana." "Kenapa kau tidak menegur ketua baru untuk bertindak tegas?" "Kepandaian Arya Bimantara belum memadai untuk meringkus ketua lama." "Kenapa diangkat jadi ketua Dewan Agung kalau tidak memenuhi syarat?" "Ia paling pantas menjadi tetua! Tapi ketua lama mempunyai ilmu tertinggi di langit!" "Lalu kau pikir aku memadai? Aku bisa jadi ayam penyet!" "Aku sudah menurunkan intisari roh kepadamu. Jurus dan pukulan saktimu sekarang jauh lebih dahsyat." "Aku diminta taat aturan, kau sendiri tidak tahu aturan. Kau menurunkan ilmu tanpa seizin diriku. Kau seharusnya memberikan ilmu itu kepada indu

  • Perjanjian Leluhur   380. Pangeran Terkutuk

    Plak! Plak!Dua tamparan keras kembali mampir di wajah Cakra.Kesatria gagah dan tampan itu tersenyum, ia hanya memiliki senyuman untuk perempuan cantik."Aku teringat pertemuan kita di hutan kayu," kata Cakra. "Kau lima puluh kali menampar wajahku sebelum mempersembahkan lima puluh kenikmatan."Plak! Plak!Cakra merasa ada aliran hangat dari tamparan itu, berangsur-angsur menyegarkan tubuhnya."Jadi kau sekarang mengalirkan energi roh melalui tamparan? Apakah Raden Mas Arya Bimantara melarang dirimu untuk bercinta denganku? Jadi kau masih mencintai lelaki pecundang itu? Aku sendiri malu mempunyai indung leluhur seperti dirinya...."Plak! Plak!"Jawabanmu sangat menyebalkan diriku," gerutu Cakra."Kau benar-benar pangeran terkutuk!""Aku mengakui diriku pangeran terkutuk ... terkutuk menjadi gagah dan tampan, bahkan menurut body goal magazine, aku satu-satunya pangeran yang dirindukan tampil telanjang di sampul depan! Tapi kecerdasan buatan tidak mampu menduplikat diriku, lebih-lebih

  • Perjanjian Leluhur   379. Ada Cemburu Di Hatimu

    Puteri mahkota khawatir kesembuhan dirinya menimbulkan masalah baru bagi kerajaan.Bagaimana kalau Nyi Ratu Kencana murka dan menurunkan bencana yang lebih besar?"Aku kira Cakra sudah mempertimbangkan secara matang," kata Pangeran Liliput. "Ia terkenal sering bicara gegabah, namun tak pernah bertindak gegabah."Puteri mahkota memandang dengan resah, ia bertanya, "Bagaimana jika kutukan itu menimpa calon garwaku karena sudah melanggar kehendak ketua langit?" "Janganlah berpikir terlalu jauh, ananda," tegur Ratu Liliput lembut. "Belum tentu apa yang ananda pikirkan itu kejadian.""Bagaimana kalau kejadian, ibunda? Aku pasti disalahkan permaisuri pertama."Puteri Liliput segera meninggalkan pesanggrahan untuk menjumpai calon suaminya.Penjaga bilik tirakat segera berlutut dengan sebelah kaki menyentuh lantai begitu puteri mahkota dan baginda ratu tiba di hadapannya."Bukalah pintu bilik, Paman," pinta Puteri Liliput. "Aku mau masuk.""Patik mohon ampun sebelumnya, Gusti Puteri ... gust

  • Perjanjian Leluhur   378. Karena Cintanya

    "Ceesss...!"Bunyi pergesekan ujung Tongkat Petir dengan leher Puteri Liliput berkumandang menyerupai bunyi besi panas dicelupkan ke dalam air, seiring mengepulnya asap hitam tebal beraroma busuk.Keringat mengucur deras dari kening Cakra. Tongkat Petir bergetar keras sampai tangannya turut bergetar.Asap hitam tebal menyelimuti pesanggrahan, sehingga menghalangi pandangan sri ratu, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka."Semoga tidak terjadi apa-apa...."Baginda ratu menutup pintu pesanggrahan karena tidak tahan menghirup bau busuk yang sangat menyengat.Ratu Liliput menunggu dengan cemas di depan pintu pesanggrahan.Pangeran Nusa Kencana sungguh nekat mengobati Puteri Liliput, ia tak sepatutnya mengorbankan nyawa untuk hal percuma."Hanya Nyi Ratu Kencana yang dapat menghilangkan kutukan itu," kata Ratu Liliput lemas. "Kesalahan diriku telah membuat murka para ketua langit."Ratu Liliput membuka pintu sedikit, asap tebal menerobos keluar.Ratu Liliput segera menutup pintu kem

  • Perjanjian Leluhur   377. Suara Para Leluhur

    Hari menjelang senja ketika Cakra tiba di istana Liliput. Ia diterima langsung oleh baginda ratu di pesanggrahan utama."Puteriku menolak untuk bertemu denganmu."Ratu Liliput bertutur dengan lembut untuk menghibur kekecewaan Cakra.Padahal pesona sri ratu sudah cukup menghibur kepenatan hatinya akibat perjalanan sepanjang siang.Perawakan sang ratu sebagaimana perempuan Asia Timur; berpostur semanpai, tinggi rata-rata, tidak kerdil seperti bayangan Cakra."Kau sudah tahu apa alasannya."Mendung berarak di wajah jelita itu. Sinar matanya meredup tersapu kesedihan mendalam.Mata itu seakan bercerita kalau ia siap menebus dengan apapun demi kesembuhan puterinya.Puteri mahkota mengurung diri di pesanggrahan meski sri ratu mendesaknya untuk keluar."Aku datang untuk menyembuhkan penyakitnya," ucap Cakra. "Jadi tidak ada alasan ia menolak kedatanganku.""Tiada kekuatan dapat menghilangkan kutukan itu, selain kemurahan hati ketua langit. Puteriku hanya mempermalukan diri sendiri jika mener

  • Perjanjian Leluhur   376. Bukan Sekedar Hasrat

    Bantuan untuk menanggulangi bencana alam dari empat kerajaan besar membuat Ratu Dublek murka. Bantuan itu bermaksud merongrong tahta yang didudukinya. Pangeran Nusa Kencana mengambil simpati rakyat dengan pengiriman beberapa kebutuhan pokok. Cakra mengetahui perkembangan terkini kota Dublek dari Ratu Sihir. Ia tampak resah dengan peristiwa yang terjadi. "Rinjani pergi ke Nusa Kencana untuk membahas ancaman Ratu Dublek," kata Ratu Sihir. "Aku kuatir mereka mengambil keputusan ekstrem dan berpengaruh terhadap moralitas perserikatan kerajaan." "Aku tidak mengira kalian sudah menyerahkan separuh kekuasaan kepada mereka," keluh Cakra. "Mereka jelas ingin membubarkan perserikatan dan mengganti dengan persemakmuran di bawah kendali puteri mahkota Nusa Kencana." "Bukankah hal itu keinginan dirimu?" "Aku pikir kebutuhan mendesak bukan mempersatukan seluruh kerajaan yang ada, tapi memakmurkan seluruh rakyat di jazirah bentala." "Kau menyelewengkan titah Nyi Ratu Kencana dalam babad

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!" Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Ipritala mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun. Ratu Ipritala membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian. "Aku kagum denganmu," puji Ratu Ipritala. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu." "Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat." "Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar." Cakra tersenyum miris. Ratu Ipritala sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma. Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status