Di Jakarta, tim dokter IGD masih menangani Alnando. Dan tidak lama, pintu ruangan pun terbuka, Angela langsung berdiri, sebab, salah satu perawat memanggil pihak keluarga pasien.“Saya istrinya, Sus. Bagaimana keadaan suami saya?” tanyanya dengan wajah yang memelas.“Silakan bertanya langsung ke Dokter, Bu,” ucap perawat wanita muda. Angela pun mengangguk, lalu ia masuk ke dalam ruangan.Dokter pun menyarankan untuk duduk di kursi yang di sediakan. Dokter Lukas mulai berbicara tentang permasalahan yang terjadi kepada pasien bernama Alnando.“Maaf, Nyonya. Sepertinya tuan Alnando mengalami kesalahan mengonsumsi obat. Setelah di cek, ternyata ada kandungan obat dengan dosis yang berlebihan. Efek dari obat itu membuat tuan Alnando mengalami sesak napas, bahkan sampai hilang kesadaran,” terang dokter Lukas.Angela tersenyum tipis mendengarnya. Sementara Shanum ia tampak gelisah.“Apakah obat itu berbahaya, Dok?” tanya Shanum dengan polos. Angela yang mendengar dibuat membelalak.“Saya ras
Devan masih membeku tak menjawab pertanyaan dari istrinya. Ia pun tersenyum tipis, lalu berkata, “Bukan, Sayang. Ini dari klien,” ucap Devan terpaksa berbohong.Fania tersenyum dan lega. Ia pun tak mempertanyakan lagi.Jujur saja, Devan sengaja berbohong, karena ia tidak ingin membuat istrinya semakin bersedih jika tahu kondisi ayahnya yang semakin memburuk. Dan Devan sangat berharap setibanya ia dan rombongan di tanah air. Semoga saja, akan ada keajaiban untuk ayah mertuanya bisa cepat sadar dari masa koma.Bi Iyaslah yang sudah mengabari kondisi majikannya ke Devan saat tiba di rumah sakit. Iyas sengaja menyusul ke rumah sakit, demi memastikan kondisi majikannya baik-baik saja. Namun, ternyata saat ia sampai, saat itu Alnando sedang mengalami kejang dan kondisinya pun semakin memburuk.Iyas sangat prihatin melihat kondisi majikannya, ia juga merasa kesal kepada istri majikannya yang tampak biasa saja, saat tahu jika suaminya sendiri kondisinya semakin kritis. Bahkan Angela meminta
Fania berteriak kencang dengan mengguncangkan tubuh Alnando yang sudah terbujur kaku. Ia menengok ke arah bi Iyas yang berusaha menguatkan dirinya.“Non, yang ikhlas, ya,” ucap Iyas lirih. Dengan mengelus punggung Fania secara pelan.“Papah, ini Fania, Pah. Papah nggak lagi becanda ‘kan? Hayo, Pah, bangun ... bangun, Pah ... bangun ....,” isak Fania kencang. Tangannya tetap mengguncangkan tubuh ayahnya yang sudah tak bergerak.Elfina yang berada di balik tirai, kedua matanya sedari tadi sudah basah oleh cairan hangat yang berjatuhan. Ia tidak menyangka disaat dirinya sudah memantapkan diri untuk bertemu dengan mantan suaminya. Namun, ternyata takdir berkata lain.Sedangkan, Devan yang menunggu di luar. Dirinya mendengar suara tangis istrinya yang kencang. Membuat ia memutuskan untuk masuk ke dalam. Saat pintu ruang ICU di buka, ia melihat ibu mertuanya menangis sesenggukan.“Ibu?” panggil Devan lirih.“Dev, mas Alnando ... Dia ... dia tiada,” isak Elfina. Devan sangat syok mendengar
Angela membelalak saat mendengar suara wanita yang menghinanya. Siapa lagi kalau bukan anak tirinya yang ia benci.“Apa maksudmu? Siapa yang berakting?” sungut Angela tidak terima.“Nggak usah berpura-pura. Ini yang kamu tunggu-tunggu ‘kan? Puas kamu, sekarang Papah sudah tiada!” hardik Fania tak bisa menahan emosinya. Untung saja Devan yang mendengar keributan, ia pun masuk ke dalam ruang tengah. Lalu menjauhkan istrinya dari ibu tirinya itu.Angela langsung membuang muka saat itu juga. Ia pun mengatur ekspresi sedihnya lagi. Jangan sampai sandiwaranya terbongkar. Seperti tuduhan anak tirinya yang memang bicara benar.“Sayang, kamu bisa tahan emosi kamu dulu. Kita sedang berduka, dan banyak orang di sini,” ucap Devan mencoba menenangkan istrinya.“Tapi, gara-gara dia, Papah—,” Fania menjeda, sebab Devan menaruh jari telunjuknya di bibir sang istri.“Iya, aku paham. Tapi, kita bisa bicarakan nanti. Kalau di sini terjadi keributan, Papah pasti akan sedih kepergiannya tidak tenang. Kamu
Dua orang berseragam yang datang langsung menarik Angela agar ikut ke mobilnya. Angela tak terima, dirinya diperlakukan kasar seperti itu.Angela pun berteriak meminta pertolongan. Iyas yang mendengar langsung berlari ke arah depan dan juga Shanum yang berada di kamar ia pun turun ke bawah untuk melihat apa yang terjadi.“Mamah?” ucap Shanum terkejut.Angela sendiri malah menatap wajah Shanum dengan tajam.“Apa ini ulahmu?” tuduh Angela.Shanum menggeleng. “Bukan, Mah. Jujur, aku juga tidak tahu!” sangkal Shanum cepat.“Jangan bohong kamu! Mamah nggak nyangka kamu setega ini, Shanum.” Angela berkata dengan emosi.“Tidak, Mah. Aku berani bersumpah,” sahut Shanum tetap mengelak.Angela tak bicara apa pun lagi. Sebab, tubuhnya dipaksa untuk masuk ke dalam mobil. Shanum mencoba mencegah, namun, usahanya sia-sia.Setelah mobil yang membawa Angela pergi meninggalkan halaman rumah. Shanum berniat untuk menyusul. Dia pun izin ke bi Iyas, ini hal pertama kalinya Shanum meminta izin kepada Iya
Jujur saja Shanum sangat syok mendengar ucapan dari pak Gunawan. Setelah itu, dia pun bertanya siapa yang melaporkan ibunya. Karena ia ingin menemui orang itu agar bisa mempertimbangkan tuntutannya kepada sang ibu.Pak Gunawan akhirnya memberitahu Shanum siapa orang yang telah melaporkan ibunya itu.Dan kini Shanum yang berada di dalam mobilnya dibuat gusar. Ia tak menduga jika yang melaporkan ibunya adalah suami adik tirinya.“Aku harus menemui Devan sekarang. Aku harus membebaskan, Mamah,” ucap Shanum. Namun, sebelum dia melajukan mobilnya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat siapa yang telah menghubunginya.Setelah membaca nama di layar ponsel. Shanum pun segera mengangkat.“Mamah, sekarang sedang ditahan di kantor polisi. Apa kamu punya cara agar Mamah bisa bebas?” tanya Shanum setelah menyapa.“Apa? Di tahan?” tanya Beni terkejut.“Iya, ada yang diam-diam menaruh kamera pengintai di seluruh ruangan rumah, dan Mamah dinyatakan bersalah karena ada bukti yang kuat saat Mamah m
Bab 103. Berkunjung ke rumah Bisma Devan mengangguk saat istrinya bertanya tentang dirinya yang sudah melaporkan Angela. Sebenarnya, Devan bukan hanya melaporkan Angela, tetapi dia juga melaporkan Shanum dan juga Beni. Dia ingin memberi peringatan kepada Angela agar dia sadar jika dirinya adalah otak dibalik rencana melenyapkan Alnando. “Terus, apa yang kamu katakan kepada Shanum, Mas? Apa kamu mengabulkan belas kasihnya, saat dia mengemis padamu?” tanya Fania lagi penasaran. Devan menggeleng. “Tidak, aku tidak menanggapi, Sayang. Aku sudah memperingatkan Shanum, jika dia mau memohon pun aku tidak akan pernah mencabut tuntutanku. Karena nyawa harus dibalas dengan nyawa juga!” tegas Devan. Fania tersenyum kali ini. “Baguslah, Mas. Harusnya seperti itu. Biar ibu tiriku jera juga. Aku sudah muak juga dengan sandiwara Angela,” ucap Fania. Dengan berani menyebut nama ibu tirinya kepada Devan. Devan yang mendengar dia tertawa renyah kali ini. Bukan karena mengejek, tetapi mendengar is
Devan menaruh ponselnya di jasnya kembali. Disaat itu pula Fania mendekat dan bertanya siapa yang menghubungi.“Pak Gunawan yang menelpon tadi, Sayang.” Devan berkata seraya mendekat ke arah istrinya.Fania hanya mengangguk meski sebenarnya dia ingin bertanya lagi, tetapi dia urungkan. Sebab, melihat ibunya yang begitu terpuruk saat ini, ia merasa kasihan. Ada sedikit rasa cemburu, kenapa ibunya begitu kehilangan Bisma dibandingkan saat ayahnya tiada.Banyak sekali yang ingin Fania ketahui, tetapi ia tidak mau membuka masa lalu ibunya kembali.“Ibu, yakin tidak apa-apa?” tanya Fania ikut berjongkok. Elfina pun mengangguk.“Benar, Nak. Ibu tak apa-apa, kok. Hayo kita pulang, sepertinya bakalan hujan,” sahut Elfina dengan menatap ke atas melihat awan yang kini sudah berubah menjadi awan gelap.Fania mengangguk. Di perjalanan menuju kediaman rumah Bisma. Elfina menatap ke arah wanita paruh baya dan ia pun berterima kasih karena sudah mau mengantarkan dirinya ke makam teman lamanya itu.“