Home / CEO / Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO / Bab 62. Menawarkan Bantuan

Share

Bab 62. Menawarkan Bantuan

Author: DLaksana
last update Last Updated: 2024-02-10 07:46:38

Reihan seketika langsung menghilangkan rasa penasarannya pada sosok lelaki yang menurutnya tidak asing. Apalagi Alnando langsung menyambut dengan hangat kedatangan dirinya dan bosnya.

“Sore, Pah,” sapa Devan saat sudah mendekat lalu bersalaman dan mereka pun saling berpelukan.

“Apa kabarmu, Dev?” tanya Alnando dengan menyuruh menantunya untuk duduk.

“Seperti yang Papah lihat,” sahut Devan tersenyum. “Papah sudah bertemu Fania?” tanya Devan basa basi.

“Iya, sudah tadi pagi. Terima kasih untuk oleh-olehnya.” Alnando berkata sembari menatap Devan dengan hangat.

Alnando sedikit berubah sekarang. Semenjak ia datang ke rumah sakit sewaktu istrinya di rawat. Alnando sikapnya lebih tenang dan hangat kepadanya. Devan sangat menyukai hal ini, dan ia pun berharap sikap mertuanya akan seterusnya seperti ini kepada dirinya, terutama istrinya.

“Oh ya, Pah. Sebelum kita membahas pekerjaan. Ada yang ingin aku sampaikan, jika bulan depan papahku akan menikah. Dan papahku mengundang papah untuk datang.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Endah Spy
paling beni telpon ke angela
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 63. Peringatan Fania

    Malam harinya seseorang tergesa-gesa datang ke sebuah hotel seperti yang sudah di janjikan oleh lawan bicaranya. Ya, orang itu adalah Angela. Orang yang tadi siang dihubungi oleh Beni melalui sambungan telepon.Angela langsung masuk ke kamar hotel yang sudah Beni beri tahu melalui via chat.Saat Angela masuk, Beni langsung memeluk tubuh rampingnya itu dengan erat.“Katakan, Ben? Aku penasaran dengan ceritamu tadi siang.” Angela mencecar pria yang kini memeluknya dari belakang.“Hust ... Baru datang masa langsung mempertanyakan hal itu. Kita main-main sebentar, yuk. Aku merindukan kamu, Sayang.” Beni sengaja menggoda Angela.Angela mendengkus. “Aku tidak bisa berlama-lama di sini, Ben. Alnando bisa curiga nanti, jadi katakan saja sekarang, aku sangat penasaran!” tolak Angela.Beni melepaskan pelukannya. Dia merasa kesal karena tawarannya ditolak oleh kekasih gelapnya ini. Namun, apa boleh buat, ia pun kini berjalan ke arah sofa lalu menenggak soda kaleng yang sudah ia buka di atas meja

    Last Updated : 2024-02-11
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 64. Kesalahpahaman

    Makan malam pun berjalan dengan damai dan hangat. Fania begitu senang bisa merasakan makan malam bersama dengan keluarganya lagi. Hal yang paling ia rindukan adalah kebersamaan bersama ayahnya. Meski kemarin ia sudah berkunjung ke rumah ayahnya. Namun, malam ini kunjungan ke rumah ayahnya yang menurutnya lebih terkesan.“Terima kasih atas jamuan yang super lezat ini, Pah,” ucap Fania memecah keheningan.“Sama-sama, Nak. Papah senang bisa makan malam bersamamu lagi,” sahut Alnando menatap putrinya begitu lekat. Devan yang melihat pemandangan ayah dan anak yang saling merindukan, ia terharu. Entah kenapa, perasaannya sedih seketika.Namun, berbeda dengan sikap Angela dan Shanum yang menatap Fania dengan sinis. Angela ikut bersuara kali ini. Ia pun berkata, “Fania, kamu sudah hampir satu tahun menikah? Belum adakah tanda-tanda kehamilan di rahimmu?” tanya Angela sedikit mencela.Fania tersentak akan pertanyaan dari ibu tirinya. Bukan hanya Fania tetapi Devan pun sama halnya.“Maaf, Mah

    Last Updated : 2024-02-11
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 65. Fania Resah

    Fania masih kesal mengingat perkataan ibu tirinya yang mengkait-kaitkan hubungan Shanum dengan dirinya dan Devan. Fania bahkan tidak percaya setega itu ibu tirinya mengeluarkan pendapat yang menurutnya tak masuk akal.Andai saja jika bi Iyas tidak datang. Mungkin perseteruan antara Fania bersama ibu dan kakak tirinya. Bisa saja masih berlanjut.“Kamu kenapa diam saja?” tanya Devan saat berada di dalam mobil menuju arah perjalanan pulang.Fania menggeleng. “Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya mengantuk,” kilahnya beralasan. Padahal hati Fania sedang tidak karuan gara-gara kesalahpahaman yang terjadi di kediaman ayahnya beberapa menit yang lalu.“Ya, sudah. Kamu tidur dulu saja, Sayang. Nanti kalau sudah sampai aku bangunin,” titah Devan dengan mengelus pipi istrinya. Fania yang merasakan sentuhan lembut sang suami, seketika dibuat sedih. Ia tidak bisa membayangkan jika ada seseorang yang ingin merebut suaminya.Tanpa disadari, buliran bening yang sedari tadi ia tahan. Tanpa permisi berjatuha

    Last Updated : 2024-02-12
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 66. Sama-sama Korban

    Karina pun kini ikut berpikir untuk membantu keresahan yang sedang dialami oleh sahabatnya. Karina yang melihat wajah Fania sedikit cemas, ia menjadi tidak tega. Apalagi ia tahu, sahabatnya baru saja merasakan kebahagiaan bisa terlepas dari sosok Riko di hidupnya. Dan kali ini, pria itu kembali hadir. Meski sebenarnya tujuan Riko bukan Fania, melainkan kakak tirinya—Shanum.“Apa lo sudah cerita masalah ini ke suami lo?” tanya Karina.Fania menggeleng. “Belum, Rin. Gue takut mas Devan akan salah paham nanti,” sahutnya lirih.Karina mendengkus. “Harusnya lo cerita saja, Fan. Daripada nanti suami lo tahu dari orang lain, mending tahu dari mulut lo sendiri. Dan pastinya suami lo bisa melindungi jika suatu saat Riko dan Shanum berbuat yang tidak-tidak ke diri lo. Paham ‘kan maksud gue?” tanya Karina memberi saran.“Iya, Rin. Lo bener juga, toh mas Devan dah tahu ya kalo Riko orangnya gimana. Aku yakin sih, dia nggak akan salah paham,” timpal Fania menerka.“Nah, itu lo tahu. Udah, nggak pe

    Last Updated : 2024-02-13
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 67. Tamu Tak Diundang

    Satu minggu kemudian. Siang hari nanti Fania akan meresmikan toko bunga yang akan dia buka. Setelah seminggu kemarin disibukkan oleh kegiatan menata ruangan. Dan juga mendekorasi ruang untuk acara peresmian. Dan semuanya Fania serahkan kepada pihak vendor yang direkomendaikan oleh sahabatnya, Karina.Lalu kini Fania sedang disibukkan kembali menata ruangan khusus merangkai bunga untuk para pengunjung yang ingin mengikuti kelas merangkai. Untuk acara nanti, Fania memang tidak mengundang banyak tamu. Ia hanya mengundang keluarganya dan kerabat dekatnya.Disaat sela kesibukan seperti sekarang, untung saja ia dibantu oleh dua pegawai yang akan bekerja di toko bunganya jika nanti sudah resmi dibuka. Dua orang itu Lily dan Sani, mereka adalah dua orang remaja yang tidak melanjutkan sekolah dan memilih untuk bekerja. Reihanlah yang membantu mencarikan pegawai untuk Fania.“Kak Fania ini sudah selesai,” ucap Lily dengan membawa bunga yang sudah selesai ia rangkai.Fania tersenyum melihat has

    Last Updated : 2024-02-14
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 68. Kegaduhan

    Fania terkejut menatap seseorang yang dengan berani langsung menyapa suaminya. Devan sendiri yang di sapa oleh orang itu hanya bisa tersenyum tipis saat melihat ekspresi tak biasa dari sang istri.“Iya, Al.” Devan menjawab singkat. Alya pun tersenyum kepada Fania yang kini menatap dengan sinis.“Hai, Fania. Maaf, kalau kamu kaget. Jika aku tiba-tiba hadir diacara kamu,” kata Alya pura-pura tersenyum. “Soalnya, aku diundang secara khusus oleh suamimu,” sambung Alya membuat Devan membelalak.“Al!” sentak Devan tak terima.“Benar ‘kan, Mas? Tadi pas kamu telpon bilang gitu!” Alya sengaja memanasi istri mantan kekasihnya.Benar saja, wajah Fania kini memerah. Hatinya sakit saat tahu jika suaminya diam-diam menghubungi wanita masa lalunya.“Sayang ... jangan per—,”“Oh, itu ya. Memang aku yang perintahkan ke mas Devan agar mengundang kamu. Tadinya nggak mau, tetapi sepertinya suamiku mengabulkan perintah aku, ya ‘kan, Mas?” sela Fania menatap ke arah suaminya yang kini terpaksa mengangguk.

    Last Updated : 2024-02-16
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 69. Kecurigaan Fania

    Setelah momen kegaduhan selesai. Kini Fania pun beranjak dari kursi untuk memulai peresmian toko bunganya. Fania memberi nama tokonya bernama ‘Tifflower’. Dan harapan Fania, dibukanya usaha ini bisa mempermudah banyak orang yang ingin belajar mengikuti kelas merangkai.Tujuannya untuk mempermudah orang lain, yang belum menguasai ilmu membuat berbagai motif buket karangan bunga untuk beberapa acara penting. Seperti kado pernikahan, wisuda, acara ulang tahun. Atau hadiah untuk orang terkasih.Pemotongan pita pun telah Fania lakukan. Dan Fania kini memberikan beberapa sambutan untuk para tamu undangan. Setelah sambutan selesai, kini acara ditutup dengan kegiatan merangkai bunga, untuk beberapa tamu undangan yang ingin tahu bagaimana cara merangkai atau membuat buket.“Silakan ruangannya di sini,” unjuk Fania kepada beberapa tamu yang meminat belajar merangkai.Ada sekitar sepuluh orang yang ikut belajar merangkai. Dan Fania menunjuk Lily untuk menjadi mentor sebagai arahan pembelajaranny

    Last Updated : 2024-02-17
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 70. Banyak Pesanan

    Satu hari setelah peresmian toko bunga Fania. Fania kini disibukkan kegiatan di tokonya. Meski terbilang toko baru. Namun, toko Fania ramai di kunjungi oleh banyak orang untuk memesan karangan bunga, atau buket bunga. Apalagi beberapa hari lagi adalah hari Valentine di mana orang selalu memberikan hadiah untuk orang terkasih.“Kak, ini ada pesanan tiga buket bunga mawar merah berukuran besar,” kata Sani yang mendekat ke arah Fania yang sedang menyusun bunga.“Untuk hari apa, San?”“Besok, Bu.” Sani menjawab dengan memberikan ponsel khusus toko menunjukkan pesan dari seseorang.“Haduh, besok, ya? Masalahnya yang pesanan hari banyak banget, ambil nggak, ya? Tapi, nggak enak kalau menolak.” Fania bergumam bingung. Karena ia baru saja memulai usaha, dan ia tidak ingin mengecewakan pelanggan barunya.Setelah menimbang cukup lama. Fania pun mengangguk. “Ya, sudah. Kita ambil saja, kalian lembur malam ini mau ‘kan?” tanya Fania kenapa dua pegawainya.Lily dan Sani mengangguk bersamaan. “Iya,

    Last Updated : 2024-02-18

Latest chapter

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 110. Akhir Bahagia

    Pagi ini sesuai rencana Fania untuk berpindah di kediaman ayahnya. Ia dan Elfina sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah Alnando.“Bi Darmi, titip rumah ini, ya,” ucap Fania saat sudah di depan pintu apartemen.“Iya, Nyonya. Hati-hati di jalan,” kata Darmi dengan rasa haru. Sebab, setelah menginap di rumah Alnando. Fania dan Devan akan langsung berpindah ke Paris.“Kalo ada apa-apa atau butuh apa pun. Jangan sungkan hubungi aku atau ke istriku, ya, Bi,” pesan Devan.“Baik, Tuan.”“Kami pamit dulu, Bi Darmi.” Elfina ikut bersuara kali ini.Darmi hanya mengangguk dan tersenyum.Devan mengajak istri dan ibu mertuanya untuk berjalan ke arah lobi apartemen. Sementara di sana pak Aris sudah menunggu sedari tadi.Setelah masuk ke dalam mobil. Pak Aris melajukan mobilnya mengarah ke kediaman Alnando.Sesampainya di rumah Alnando. Mereka langsung di sambut oleh bi Iyas dan pak Joko yang sudah menunggu.“Selamat datang nyonya Elfina, non Fania dan den Devan,” kata Iyas dan Joko secara bersamaa

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 109. Lahiran Mendadak

    “Lo, tunggu sini, ya. Ingat! Jangan ke mana-mana!” Fania memberi peringatan kepada Karina. Lalu ia pergi keluar dari toko pelengkapan bayi.Fania menengok kanan kiri. Lalu netranya pun melihat ada seorang satpam mall yang sedang berjalan ke arahnya. Fania langsung mendekati satpam itu, untuk meminta bantuan.“Pak, bisa minta tolong?” tanya Fania langsung.“Iya, Mbak. Apa yang bisa saya bantu?”“Temanku mau lahiran, Pak. Apa Bapak, bisa bantuin saya siapkan mobilnya ke lobi?” titah Fania sopan.“Baik, Mbak. Akan saya bantu. Kalo boleh tahu berapa nomor plat mobilnya?” tanya Satpam itu.“Hayo, Pak. Ikut saya ke dalam, soalnya itu mobil teman saya,” sahut Fania sembari berjalan masuk ke tempat perlengkapan bayi.Satpam itu pun mengekori di belakang Fania yang masuk ke tempat di mana Karina berada. Setelah memberitahu kepada Satpam itu plat mobil Karina. Karina kini dirangkul oleh Fania untuk berjalan ke arah lobi. Untungnya tempat perlengkapan bayi ada di lantai dasar, membuat Fania tida

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 108. Belanja Keperluan Bayi

    Setelah kepergian Elfina. Devan langsung menahan istrinya agar tidak memaksa kehendak sang ibu.“Sudah, tidak perlu kamu paksa Ibu agar mau tinggal di rumah Papah. Mungkin, ada hal yang tidak ingin Ibu beri tahu ke kamu, jadi kamu harus menjaga privasi Ibu, ya,” ucap Devan lirih. Berharap jika istrinya akan mengerti.Fania mengangguk pelan. “Iya, Mas. Kamu benar juga.”“Iya, sudah kamu mau ikut bareng aku ke toko atau mau diantar pak Aris?” tanya Devan saat sarapan selesai.“Aku ikut kamu saja, Mas.”Devan tersenyum. “Aku tunggu di bawah,” sahutnya dengan keluar ke arah pintu untuk mengambil mobil di basemen.Fania lebih dulu membereskan meja makan terlebih dahulu sebelum dia keluar. Setelah selesai, ia berjalan ke kamar ibunya untuk berpamitan.“Bu, Fania ke toko, ya,” ucapnya setelah mengetuk pintu.Tidak ada sahutan sama sekali dari kamar ibunya. Membuat hati Fania sedih kali ini. Ia merasa bersalah telah berbicara masalah untuk tinggal di rumah papahnya.Fania berjalan meninggalka

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 107. Ngidam

    “Pak Devan?” sapa orang itu saat melihat ke arah Devan. Dia bahkan beranjak dari kursinya lalu mengulur tangan kanannya kepada Devan yang sedikit terkejut.“Anton?” panggil Devan singkat. “Kamu sudah di Jakarta berarti?” tanya Devan langsung. Karena setahu Devan, Anton waktu itu pindah ke Kalimantan.“Iya, Pak. Saya pindah ke sini lagi,” jawab Anton sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Kerja apa kamu sekarang? Kalau belum kerja, kamu bisa balik ke kantor saya lagi,” ajak Devan. Namun, dengan cepat Anton menggeleng.“Maaf, pak Devan. Bukan saya menolak rezeki, tetapi saya sudah buka usaha sendiri di sini, Pak,” sahut Anton sopan.Devan tersenyum mendengarnya. “Wah, bagus itu. Apa usahamu?”“Warung nasi padang, Pak. Itu yang seberang sana,” unjuk Anton ke warung usahanya dekat minimarket.“Oh, ya, kapan-kapan aku mampir,” ucap Devan. Ia juga bertanya tujuannya ke sini. Lalu Anton pun memberitahu tempat Angkringan yang buka hingga pagi, tempatnya memang tidak jauh dari lokasi s

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 106. Surat Undangan

    Seseorang yang datang ke kantor Devan hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari si empu ruangan yang terdengar sinis kepadanya.“Sebelumnya aku mau meminta maaf, karena sudah lancang duduk di sini. Dan tujuan kedatanganku, hanya ingin memberikan ini padamu,” kata orang itu dengan mengeluarkan satu lembar kertas undangan pernikahan ke hadapan Devan.Devan masih terdiam menatap undangan di atas mejanya. “Kau akan menikah?” tanyanya singkat.Alya mengangguk. Memang benar yang datang ke kantor saat ini adalah Alya mantan kekasihnya dulu. Orang yang dulu pernah merencanakan menjebak istrinya di apartemen milik Riko.“Ya, ada seseorang yang melamarku satu bulan yang lalu. Aku kira, tak ada salahnya aku membuka hatiku lagi untuk orang lain. Aku sudah sadar jika kita tak ditakdirkan untuk bersama,” sahut Alya.“Ya, kamu sadar juga,” ucap Devan.Alya hanya tersenyum kecut mendengar jawaban Devan padanya.“Aku minta maaf, jika aku banyak salah. Sepertinya hanya itu saja kedatanganku ke sini,” k

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 105. Mengajak ke Toko Bunga

    Satu minggu kemudian. Seusai mengikuti sidang seminggu yang lalu, Fania dan Devan seperti memulai kehidupan yang baru. Meski sebenarnya, Beni masih menjadi buronan, tetapi Devan sudah menyerahkan semua keputusan kepada pak Gunawan selaku kepala kepolisian Jakarta Selatan.Elfina sementara masih tinggal di apartemen Fania untuk sementara waktu. Dan pagi ini seperti yang sudah dijanjikan oleh Fania kepada ibu dan ibu mertuanya yaitu mengajak ke toko bunga serta keliling Jakarta. Membuat Fania dan Elfina kini dalam perjalanan menjemput Berliana di kediaman Sam.Setelah sampai, ternyata Berliana sudah menunggu di ruang tamu bersama dengan Sam yang sedang menikmati secangkir teh dengan membaca koran surat kabar.“Hai, Mami!” sapa Fania dengan mendekat ke arah ruang tamu. Lalu bersalaman dengan Sam dan juga Berliana yang kini berdiri.“Hai, Sayang. Kita langsung jalan atau kalian mau mampir di sini dulu?” tanya Berliana setelah bersalaman dengan Elfina.“Langsung jalan saja, ya, Mi. Karena

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 104. Sidang Keputusan

    Devan menaruh ponselnya di jasnya kembali. Disaat itu pula Fania mendekat dan bertanya siapa yang menghubungi.“Pak Gunawan yang menelpon tadi, Sayang.” Devan berkata seraya mendekat ke arah istrinya.Fania hanya mengangguk meski sebenarnya dia ingin bertanya lagi, tetapi dia urungkan. Sebab, melihat ibunya yang begitu terpuruk saat ini, ia merasa kasihan. Ada sedikit rasa cemburu, kenapa ibunya begitu kehilangan Bisma dibandingkan saat ayahnya tiada.Banyak sekali yang ingin Fania ketahui, tetapi ia tidak mau membuka masa lalu ibunya kembali.“Ibu, yakin tidak apa-apa?” tanya Fania ikut berjongkok. Elfina pun mengangguk.“Benar, Nak. Ibu tak apa-apa, kok. Hayo kita pulang, sepertinya bakalan hujan,” sahut Elfina dengan menatap ke atas melihat awan yang kini sudah berubah menjadi awan gelap.Fania mengangguk. Di perjalanan menuju kediaman rumah Bisma. Elfina menatap ke arah wanita paruh baya dan ia pun berterima kasih karena sudah mau mengantarkan dirinya ke makam teman lamanya itu.“

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 103. Berkunjung ke Rumah Bisma

    Bab 103. Berkunjung ke rumah Bisma Devan mengangguk saat istrinya bertanya tentang dirinya yang sudah melaporkan Angela. Sebenarnya, Devan bukan hanya melaporkan Angela, tetapi dia juga melaporkan Shanum dan juga Beni. Dia ingin memberi peringatan kepada Angela agar dia sadar jika dirinya adalah otak dibalik rencana melenyapkan Alnando. “Terus, apa yang kamu katakan kepada Shanum, Mas? Apa kamu mengabulkan belas kasihnya, saat dia mengemis padamu?” tanya Fania lagi penasaran. Devan menggeleng. “Tidak, aku tidak menanggapi, Sayang. Aku sudah memperingatkan Shanum, jika dia mau memohon pun aku tidak akan pernah mencabut tuntutanku. Karena nyawa harus dibalas dengan nyawa juga!” tegas Devan. Fania tersenyum kali ini. “Baguslah, Mas. Harusnya seperti itu. Biar ibu tiriku jera juga. Aku sudah muak juga dengan sandiwara Angela,” ucap Fania. Dengan berani menyebut nama ibu tirinya kepada Devan. Devan yang mendengar dia tertawa renyah kali ini. Bukan karena mengejek, tetapi mendengar is

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 102. Perasaan Tak Bisa Dipaksa

    Jujur saja Shanum sangat syok mendengar ucapan dari pak Gunawan. Setelah itu, dia pun bertanya siapa yang melaporkan ibunya. Karena ia ingin menemui orang itu agar bisa mempertimbangkan tuntutannya kepada sang ibu.Pak Gunawan akhirnya memberitahu Shanum siapa orang yang telah melaporkan ibunya itu.Dan kini Shanum yang berada di dalam mobilnya dibuat gusar. Ia tak menduga jika yang melaporkan ibunya adalah suami adik tirinya.“Aku harus menemui Devan sekarang. Aku harus membebaskan, Mamah,” ucap Shanum. Namun, sebelum dia melajukan mobilnya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat siapa yang telah menghubunginya.Setelah membaca nama di layar ponsel. Shanum pun segera mengangkat.“Mamah, sekarang sedang ditahan di kantor polisi. Apa kamu punya cara agar Mamah bisa bebas?” tanya Shanum setelah menyapa.“Apa? Di tahan?” tanya Beni terkejut.“Iya, ada yang diam-diam menaruh kamera pengintai di seluruh ruangan rumah, dan Mamah dinyatakan bersalah karena ada bukti yang kuat saat Mamah m

DMCA.com Protection Status