Liman sempat ragu sesaat mendengar itu. Dia melihat ke arah Winda untuk mengetahui apa reaksinya, tapi Winda tidak terlihat memberikan tanggapan apa pun kepada Luna. Bahkan, Winda terlihat sedikit muak dengannya dan dalam pasti sedang mengadilinya.“Luna? Siapa itu? Aku dengar Pak James cuma punya satu anak perempuan, yaitu Bu Winda,” kata Liman seraya menaksir Luna dari atas sampai bawah, lalu dia tersenyum dan meledeknya, “Produk palsu mana bisa diadu sama produk asli?”Orang-orang terdekat James sudah tahu kalau dia memiliki seorang anak angkat. Namun tetap angkat selamanya akan jadi anak angkat, mustahil bisa dipandang setara dengan anak kandung. Apalagi James tidak memiliki anak laki-laki, apakah dia akan memberikannya kepada orang luar? Sudah pasti dia akan mewariskan usahanya kepada anak kandung, yaitu Winda. Selain itu, Liman juga pernah mendengar info orang dalam yang mengatakan bahwa kebangkrutan Gunawan Group disebabkan oleh Jefri yang menyinggung Winda. Dilihat dari sikap W
Carol yang tidak terima ingin mencegah Winda pergi, tapi usahanya digagalkan oleh Jefri. Kemudian Jefri mendatangi Winda dan berkata serius, “Aku mau ngomong berdua saja sama kamu, bisa?”“Nggak perlu.”Winda menanggapi pertanyaan Jefri dengan nada yang sangat dingin dan langsung membawa Yolanda pergi melewatinya. Selama ini Winda tidak sekali pun menatap mata JEfri seolah dia hanyalah orang asing yang tidak ada hubungan apa-apa. Melihat sosok Winda yang dingin itu membuat Jefri akhirnya menyadari bahwa dia benar-benar sudah kehilangannya. Winda sudah tidak mencintainya lagi … atau lebih tepatnya, dari awal Winda memang tidak pernah mencintai Jefri sama sekali.Seketika itu pula Jefri teringat kembali dengan detail-detail kecil yang banyak dia lewatkan, misalnya seperti kebaikan Winda kepadanya berdasarkan kebaikan atau rasa cinta? Misalnya a lagi seperti sejak kapan Jefri mulai tertarik dengan Winda? Apakah hari di mana Winda mengatakan ingin bersama dengan Hengky, atau satu bulan se
Santo mengikuti pria itu dari belakang sambil berkata dengan sangat hati-hati, “Pak Hengky, Ibu mungkin hanya kebetulan saja ….”Hengky langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menatap asistennya dengan dingin.Baru saja pria itu membuka mulutnya, tiba-tiba terdengar suara perempuan yang memanggilnya dari belakang dengan gembira, “Suamiku?!”Winda sama sekali tidak menyangka bahwa dirinya akan bertemu dengan Hengky di parkiran mobil ini. Perasaan muram yang tadi sempat dirasakan oleh perempuan itu, seketika lenyap tidak tersisa.Perempuan itu langsung melepaskan tangan Yolanda dan berlari ke dalam pelukan Hengky. Dengan wajah tersenyum, Winda berkata, “Aku tadi sudah bilang kalau tadi sangat mirip dengan kamu, tapi Yolanda bilang aku salah lihat.”Yolanda berjalan mendekati mereka dengan wajah setengah bercanda, “Iya benar, tadi aku kira dia berhalusinasi saking kangennya sama kamu, Hengky.”Sebaliknya, wajah Hengky tidak menunjukkan sedikit pun rasa bahagia. Pria itu menundukkan
Kalimat awal perempuan itu hanyalah tebakan saja, tapi kalimat akhirnya adalah sebuah pernyataan.Waktu itu dirinya dan Jefri sedang berada di koridor, kalau Hengky sedang makan di dalam restoran, wajar saja dia bisa melihat mereka berdua dengan jelas. Hanya saja Winda tidak tahu, apa yang dilihat oleh Hengky hingga membuatnya marah seperti itu.Jelas-jelas tadi pagi mereka berdua masih saling menyayangi satu sama lain, sekarang tiba-tiba seperti berubah total.Perempuan itu menatap mata Hengky yang dingin, tersenyum tipis lalu mencondongkan wajahnya hingga ke samping telinga pria itu. “Pak Hengky, apakah Bapak sedang meragukan kesetiaanku?” bisik Winda.“Setia?” Hengky tertawa dengan dingin, sorot matanya seperti tidak ada kehangatan sedikit pun yang tersisa, “Memangnya kamu punya ….”Belum selesai bicara, Winda sudah mencium pria itu, membuat kata-kata kasar yang belum sempat diucapkannya tidak sempat keluar.Raut wajah Hengky menjadi lebih gelap, pria itu menggenggam kedua lengan Wi
“Kalau begitu kenapa kamu nggak senang?” Winda menatap nanar pria itu, raut wajahnya terlihat marah.“Nggak apa-apa.” Sepasang mata Hengky terlihat tidak peduli, pria itu memalingkan wajahnya dan memanggil Santo yang berdiri di luar. “Cepat naik dan langsung kembali ke kantor!”Winda menatap wajah dingin pria itu yang seolah tidak ingin memedulikan dirinya sama sekali hanya bisa menggigit bibirnya dengan marah.Sebelum Santo masuk ke mobil, perempuan itu langsung membungkuk dan mencium pipi Hengky dengan cepat. Ketika Hengky menoleh ke samping, Winda sudah membuka pintu mobil dan turun tanpa keraguan sedikit pun.Hengky kembali menarik pandangannya, raut wajahnya yang dingin kembali dengan cepat. “Jalan,” perintah Hengky sambil menaikkan kaca mobilnya.Santo yang tidak berani melawan perintah Hengky langsung menyalakan mesin mobilnya dan berjalan keluar dari tempat parkir tersebut.“Kamu coba periksa belakangan ini siapa saja yang dekat dengan Gunawan Group, singkirkan mereka semua!” H
Winda langsung menyebutkan beberapa jenis hidangan yang disukai oleh Yolanda, tepat ketika Bi Citra berbalik hendak menyiapkan makanan tersebut, Yolanda langsung menahannya dengan sigap. “Jangan repot-repot, sebentar lagi aku mau balik.”Winda mengerutkan keningnya, “Mengapa begitu? Bi Citra ….”“Bi Citra.” Yolanda buru-buru menyelak, “Nggak usah pedulikan aku, kamu pergi selesaikan saja urusan kamu yang lain, aku sebentar lagi akan pulang.”Bi Citra menatap Winda meminta petunjuk, Winda melihat raut wajah Yolanda yang serius, akhirnya menganggukkan kepala memberi isyarat kepada Bi Citra untuk pergi.Begitu Bi Citra keluar, Winda langsung mengerutkan keningnya dan berkata, “Kenapa tiba-tiba mau pulang?”“Cendric lagi dinas di Jenela, aku berjanji untuk menemaninya makan malam hari ini.” Senyum di wajah Yolanda sedikit memudar, emosi yang sulit dijelaskan terpancar keluar dari sepasang mata hitam perempuan itu.Winda juga ikut tertegun begitu mendengar nama Cendric keluar.Cendric adala
Hengky menatap pria itu dengan ekspresi yang sulit ditebak, lalu berkata dengan suara baritonnya, “Proyek di Felata sepertinya memerlukan orang untuk bisa mengawasi perkembangannya, kamu berniat ke sana?”Santo buru-buru menggelengkan kepalanya, “Aku terlalu banyak bicara.”Hengky langsung memberi perintah dengan dingin, “Keluar.”Santo tidak berani menunda sedetik pun, pria itu langsung membalikkan badan dan keluar dari ruangan Hengky.Di sisi lain, baru saja Winda menutup teleponnya, Bi Citra sudah datang menghampiri.“Ibu, apa Bapak sudah pulang? Apa sayur perlu dihidangkan keluar sekarang?” tanya Bi Citra.Winda diam-diam menghela napas, sorot matanya terlihat sangat kecewa, “Nggak perlu, malam ini dia nggak makan malam di rumah.”“Oh ….” Bi Citra melihat wajah muram Winda, langsung bertanya dengan khawatir, “Apa Ibu baik-baik saja?”Winda menggelengkan kepalanya. Saat ini dirinya memang sangat kecewa, tapi tiba-tiba dirinya juga terbersit sebuah ide lain yang cemerlang.Sorot mata
Hengky menatap selimut yang menggembung, berdeham sekali lalu berkata dengan suara dingin, “Cepat bangun dan kembali ke kamar kamu sendiri.”Tidak ada sedikit pun pergerakkan dari balik selimut tersebut, seolah orang yang berada di baliknya sudah benar-benar tertidur.Hengky menatap selimut tersebut selama beberapa detik, lalu membungkuk dan mengulurkan tangannya. Dengan hati-hati, pria itu mencoba mengangkat ujung selimut yang menutupi wajah perempuan itu, tiba-tiba saja, sepasang tangan keluar dari balik selimut tersebut dan memeluk leher Hengky.Pria itu mengerutkan keningnya, belum sempat dia mengatakan apa pun, Winda sudah memeluk dan menarik badannya ke atas badan perempuan itu. Bibir Winda yang lembut ditempelkannya di atas wajah Hengky.“Suamiku, kamu sudah pulang!”Suara Winda terdengar manja dan ceria, sepasang matanya yang terang menatap wajah Hengky secara langsung, wajahnya tersenyum gembira.Hengky menyipitkan matanya, melepaskan pelukan Winda dari tubuhnya dan menatap pe