“Berita itu kenapa?” tanya Hengky sambil melonggarkan dasinya. Ekspresinya terlihat luar biasa marah dengan nada suara yang sangat dingin.“Berita apa?” tanya Ivan tercenung.Hengky tidak berbicara, tetapi beberapa detik kemudian Ivan menyadari apa yang dimaksud oleh lelaki itu. Namun dia juga tidak begitu mengerti dengan maksud telepon Hengky. Bukannya berita itu tidak ada hubungannya dengan Yuna?Ivan menjelaskan semua masalah pada Hengky dan bertanya, “Pak, ada yang salah dengan berita itu?”Hengky berdeham dan berkata, “Turunkan berita itu dan juga komentar negatif pada diri Winda. Saya kasih kamu waktu satu malam dan besok saya nggak mau melihat berita itu lagi!”Ivan terdiam bingung. Ada yang bisa jelaskan padanya kenapa Hengky bisa begitu peduli dengan masalah Winda?“Pak, sepertinya akan sangat sulit. Sekarang pengaruhnya sangat besar sekali. Kalau mau ditekan, kemungkinan akan menimbulkan tanda tanya publik. Sebenarnya hanya sebuah gosip saja, para penggemar itu mendadak nggak
Yuna menatap sepasang mata itu yang membuatnya keringat dingin. Kedua bola mata itu seperti milik seekor ular yang tajam. Dia buru-buru menghindari tatapan itu dan menyesap kopinya untuk menutupi perasaan gusar.Martin meletakkan tangannya di sandaran kursi dan menatap perempuan itu sambil tersenyum tipis dan berkata,”Besok ….“Winda dan Julia baru saja selesai mempelajari konferensi pers untuk besok hari. Mereka kembali ke Lotus Residence dengan mengendarai mobil. Saat mobilnya baru saja masuk parkiran, ponsel di dalam tasnya berbunyi. Dia terdiam sejenak ketika melihat nama yang tertera di layar dan akhirnya memutuskan mengangkat telepon itu.“Kak Winda, kamu nggak apa-apa?” Suara khawatir Martin terdengar dari seberang sana sebelum Winda sempat bersuara.Winda memijat keningnya dengan lelah dan berkata, “Aku nggak apa-apa.”Martin terdengar menghela napas lega ketika mendengar jawaban Winda. “Maaf, aku juga baru dapat telepon dari manajer dan baru tahu kalau perusahaan melakukan hal
Winda menatap lelaki itu dengan mata melebar dan berkata dengan kesal, “Hengky, sebenarnya apa yang mau kamu lakukan?!”“Olesin kamu obat,” ujar Hengky dengan nada santai. Dia terlihat sangat tenang dan tanpa emosi.Winda berdiri diam di tempat dan tidak bergerak. Perempuan itu mencoba menilai lelaki itu untuk menebak maksud dari Hengky. Kalau dulu Hengky begitu perhatian dengannya, sudah pasti Winda akan menerimanya suka hati.Akan tetapi untuk saat ini di antara mereka ada begitu banyak masalah. Sikap Hengky yang mendadak perhatian membuat Winda merasa sedikit tidak nyaman.“Nggak perlu, aku bisa pakai obatnya sendiri,” ujar Winda sambil menunduk.Hengky meliriknya sekilas dan meletakkan barang yang ada di tangannya. Setelah itu dia melangkah ke arah perempuan itu. Winda mendongak ketika mendengarkan langkah kaki dan sudah menemukan sosok Hengky di hadapannya yang hendak menggendongnya. Perempuan itu buru-buru menghindar dan berkata, “Aku ke sana sendiri!”Setelah itu Winda menahan s
“Nggak,” tepis Hengky dengan cepat.Winda menatapnya curiga dan dengan tidak senang bergumam, “Aku nggak pernah ungkit masalahmu dengan Yuna, justru kamu yang curiga denganku.”Meski suaranya sangat kecil, karena jarak keduanya dekat sehingga Hengky bisa mendengarnya dengan jelas. Dia menaikkan alisnya dan menatap wajah cemberut Winda sambil berkata, “Aku nggak curiga sama kamu. Aku cuma mau bilang kalau jauhi Martin karena dia nggak sesederhana yang kamu bayangkan.”“Kalau kamu mau bahas ini, berarti kita nggak ada yang bisa dibicarakan lagi,” kata Winda sambil memotong ucapan lelaki itu dengan tidak senang.Ekspresi Hengky berubah keruh. Sebersit emosi terlihat di kedua bola mata lelaki itu. Dia tertawa miring dan berkata, “Aku nggak percaya kalau kamu nggak sadar dia sengaja mendekatimu.”Winda tidak tahan dengan situasi saat ini sehingga dia menepis tangan Hengky dan melangkah mundur untuk memberi keduanya jarak. Dengan kesal dia berkata, “Aku bisa merasakannya, tapi dia nggak melu
Winda melihat ekspresinya dan tiba-tiba teringat sesuatu. Sebersit rasa senang timbul di hatinya. Dia menatap Hengky beberapa detik dan bertanya, “Kenapa dulu kamu mau menikah denganku? Karena perjodohan itu?”Mendadak tubuh Hengky berubah kaku. Dia menarik beberapa lembar tisu untuk membersihkan tangannya dan berkata dengan dingin, “Tidur lebih awal.”Setelah itu dia membuang tisu bekas ke dalam tempat sampah. Mendadak matanya menangkap kertas bekas di tempat sampah yang sudah tidak berbentuk. Dari bagian atas isi sampah terlihat bentuk cincin.Hengky tidak melihat begitu jelas dan dia langsung menarik tatapannya untuk membenahi botol minyak dan obat. Setelah itu dia pergi meninggalkan kamar. Winda menatapnya sedari tadi tetapi tidak memiliki keberanian untuk menanyakan pertanyaan itu lagi. Diamnya Hengky merupakan jawaban paling baik karena diam berarti lelaki itu membenarkannya.Winda tidak terlelap sepanjang malam hingga keesokan harinya di bagian mata bawah perempuan itu terdapat
Winda mencoba menekan pemikirannya dan mengangguk pada Julia, “Aku tahu, Kak.”“Ada satu hal lagi.” Julia menyapukan pandangannya ke sekeliling dan dia sengaja mengecilkan suaranya untuk bertanya, “Kemarin malam Pak Hengky sengaja menghubungi Pak Ivan. Dia minta Pak Ivan turunkan berita tentang kamu. Bahkan dia juga minta untuk menghapus semua komentar negatif tentangmu. Apa hubungan kamu dengan Hengky? Kenapa dia perhatian sekali denganmu?”Winda terdiam ketika mendengar ucapan Julia. Kenapa Hengky menghubungi Ivan dan tidak memberi tahu dirinya? Dia menoleh ke arah Julia dengan ragu sambil berbisik pelan, “Aku dan dia nggak ada hubungan istimewa apa pun.”Mata tajam Julia menatapnya tajam karena terlihat jelas dia curiga dengan ucapan perempuan itu. Namun ketika melihat Winda tidak ingin mengatakan apa pun, dia pikir Winda sama seperti Yuna yang merupakan salah satu pasangan Hengky.“Kalau kamu nggak mau ngomong, aku juga nggak akan banyak tanya. Tapi kamu jangan lupa dengan apa yang
Konferensi pers hari ini dilakukan secara siaran langsung. Julia dan Ethan menatap layar yang ada di belakang panggung dengan lekat.“Kakak nggak perlu minta maaf, ini bukan kesalahanmu. Kamu juga diseret oleh orang lain.”“Aku akan selalu mendukung Kakak. Tapi aku nggak terima dengan kekasihnya kakak. Kami adalah istrinya Kakak! Singkirkan dia!”“Kakak lembut dan pengertian sekali. Sangat tanggung jawab! Aku semakin suka dengan Kak Martin.” “Aku nggak peduli! Kalau pacaran maka aku nggak mau jadi penggemarnya lagi!”Julia menghela napas ketika tidak menemukan komentar negatif tentang Winda. Kemungkinan besar keadaan seperti ini tidak akan bisa langsung membaik. Meski hari ini konferensi persnya berjalan sukses, penggemar Martin belum tentu bisa membiarkan Winda begitu saja.“Maaf sekali karena aku memperkenalkan diri aku dengan cara seperti ini. Semua masalah ini terjadi karena aku, aku nggak menyangka akan berpengaruh begitu besar. Aku meminta maaf yang sebesar-besarnya di sini,” u
Pertanyaan itu menyembunyikan maksud tersirat, tetapi merupakan sebuah pertanyaan yang ingin diketahui semua orang. Mendadak semua wartawan dan kameramen mengarahkan kamera mereka pada Winda dengan kompak.Winda yang berdiri di atas pentas hanya menatap wartawan perempuan itu yang melayangkan sorot penuh permusuhan padanya. Dia menatap Martin sekilas dan seakan-akan menunjukkan dia mengerti. Winda berpikir sejenak dan ketika hendak menjawab pertanyaan wartawan itu, tanpa sengaja matanya menangkap satu bayangan yang tidak jauh dari sana dan tubuhnya mendadak kaku.Kenapa dia bisa datang?Hengky berdiri sejauh beberapa meter di luar area pers konferensi. Ekspresinya terlihat dingin ketika melihat Martin dan Winda yang berdiri bersebelahan. Winda menoleh dan matanya bertubrukan dengan iris gelap milik lelaki itu tanpa ada senyuman di antara keduanya.Mendadak kerongkongan Winda terasa kering. Dia menggosok tangannya karena semua ucapannya tertahan dan tidak bisa diucapkan. Dari perusahaan