Konferensi pers hari ini dilakukan secara siaran langsung. Julia dan Ethan menatap layar yang ada di belakang panggung dengan lekat.“Kakak nggak perlu minta maaf, ini bukan kesalahanmu. Kamu juga diseret oleh orang lain.”“Aku akan selalu mendukung Kakak. Tapi aku nggak terima dengan kekasihnya kakak. Kami adalah istrinya Kakak! Singkirkan dia!”“Kakak lembut dan pengertian sekali. Sangat tanggung jawab! Aku semakin suka dengan Kak Martin.” “Aku nggak peduli! Kalau pacaran maka aku nggak mau jadi penggemarnya lagi!”Julia menghela napas ketika tidak menemukan komentar negatif tentang Winda. Kemungkinan besar keadaan seperti ini tidak akan bisa langsung membaik. Meski hari ini konferensi persnya berjalan sukses, penggemar Martin belum tentu bisa membiarkan Winda begitu saja.“Maaf sekali karena aku memperkenalkan diri aku dengan cara seperti ini. Semua masalah ini terjadi karena aku, aku nggak menyangka akan berpengaruh begitu besar. Aku meminta maaf yang sebesar-besarnya di sini,” u
Pertanyaan itu menyembunyikan maksud tersirat, tetapi merupakan sebuah pertanyaan yang ingin diketahui semua orang. Mendadak semua wartawan dan kameramen mengarahkan kamera mereka pada Winda dengan kompak.Winda yang berdiri di atas pentas hanya menatap wartawan perempuan itu yang melayangkan sorot penuh permusuhan padanya. Dia menatap Martin sekilas dan seakan-akan menunjukkan dia mengerti. Winda berpikir sejenak dan ketika hendak menjawab pertanyaan wartawan itu, tanpa sengaja matanya menangkap satu bayangan yang tidak jauh dari sana dan tubuhnya mendadak kaku.Kenapa dia bisa datang?Hengky berdiri sejauh beberapa meter di luar area pers konferensi. Ekspresinya terlihat dingin ketika melihat Martin dan Winda yang berdiri bersebelahan. Winda menoleh dan matanya bertubrukan dengan iris gelap milik lelaki itu tanpa ada senyuman di antara keduanya.Mendadak kerongkongan Winda terasa kering. Dia menggosok tangannya karena semua ucapannya tertahan dan tidak bisa diucapkan. Dari perusahaan
Setelah meninggalkan tempat konferensi pers, Julia langsung menatap Winda dan bertanya, “Apa yang kamu pikirkan di panggung tadi? Sekarang wartawan itu menjadikan kamu sasaran empuk! Sedikit saja respons kamu pasti akan mereka tangkap dan akan menuliskan berita sembarangan! Bukannya kamu sedang kasih mereka kesempatan?!”Winda juga tahu kalau sikapnya tadi salah. Akan tetapi semua pemikirannya saat ini terpaku pada sosok Hengky saja. Dia tidak bisa menjelaskan banyak pada Julia. Perempuan itu hanya berpamitan dan langsung melangkah masuk ke dalam lift untuk naik. Begitu keluar pintu lift, Winda melihat satu kelompok orang yang sedang berkumpul dan membicarakan satu hal.Winda sengaja memelankan langkahnya dan berjalan perlahan.“Wah! Kalian sudah lihat? Yang tadi lewati itu CEO dari Pranoto Group, Pak Hengky! Dia tampan sekali, jauh melebihi artis!”“Kamu jangan mimpi! Dia itu sudah ada pemiliknya, nggak akan bisa kalian dapatkan!”“Memangnya berkhayal saja nggak boleh?” balas perempua
Yuna menarik napas dalam dan mencoba menekan perasaan tidak tenang dan gusar di dalam hatinya. Dengan tenang dia berkata,“Pak Hengky, seingat aku, kemarin aku sudah menjelaskan perihal masalah ini pada Pak Hengky. Waktu itu aku sungguh nggak tahu dia datang dan juga nggak pernah mengatakan kalimat yang bisa membuatnya salah paham. Kalau Pak Hengky nggak percaya, bisa panggil dia ke sini saja. Biar kami langsung yang selesaikan secara langsung.”Yuna berani berkata seperti itu karena dia yakin hubungan Hengky dan Winda tidak harmonis. Dengan sifat Hengky, lelaki itu tidak mungkin meminta Winda untuk datang berhadapan dengannya. Kecurigaan Hengky tidak ada bukti, selama dia tidak mengakui maka Hengky tidak akan bisa melakukan apa-apa.Hengky menatapnya dingin dan berkata dengan penuh keyakinan, “Dia nggak akan bohong, saya percaya sama dia.”Ekspresi Yuna berubah kaku dan jarinya mengepal erat. Kuku panjangnya nyaris menusuk ke dalam telapak tangannya, tetapi dia tidak merasakan apa pun
Kening Winda berkerut bingung. Tadi dia baru mendengar sepenggal kalimat, mendadak punggungnya didorong dari belakang dengan kuat. Setelah itu dia terdorong masuk dan jatuh dalam pelukan Hengky.Yuna melongo cukup lama ketika melihat orang yang menerobos masuk. Hingga akhirnya tersadar ketika Winda berjalan menutup pintu agar orang di luar sana tidak bisa mendengarkan.“Tadi kamu nguping?” tanya Yuna dengan nada tidak bersahabat.“Kamu takut?” balas Winda.“Kamu!” Yuna mendelik menatap Winda, tetapi dia tidak bisa melakukan apa pun karena ada Hengky.“Aku takut kamu yang merasa takut. Karena ada orang yang sedang fitnah orang lain tanpa bisa kasih bukti, jadi datang nguping karena takut ketahuan.”Winda tidak bisa menahan tawanya ketika mendengarkan ucapan perempuan itu. Yuna menatapnya penuh peringatan dan bertanya, “Kenapa kamu tertawa?”“Aku sedang menertawakanmu. Kamu nggak merasa lucu?” jawab Winda sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Perempuan itu mengangkat dagunya mena
Dia melihat wajah Hengky yang dingin dan timbul sebersit perasaan benci di hatinya. Namun ekspresinya tetap terlihat memelas dan berkaca-kaca. Kemampuan sandiwara perempuan itu melebihi artis papan atas.“Aku sungguh nggak tahu bagian mana yang sudah menyinggung Bu Winda. Kenapa kamu harus menyerangku seperti itu? Aku mencoba terima kamu memfitnahku di hadapan Pak Hengky, sekarang kamu mau coba melecehkanku juga? Sikapmu ini demi Pak Hengky, atau karena aku sudah merebut posisi kamu yang kerja sama dengan Martin?”Winda mendengus dingin dan tiba-tiba menarik kerah baju Yuna agar mendekat dan berkata dengan suara rendah, “Nggak perlu pakai cara licik seperti ini untuk menusukku.”“Lepaskan aku!” sentak Yuna sambil mendorong Winda.Dia melepaskan cengkeramannya dan menatap Yuna dengan dingin sambil berkata, “Kemarin subuh waktu di rumah sakit, aku mendengar kamu bicara dengan jelas kalau Hengky dan kamu sama-sama buat cerita kecelakaan itu agar kalian bisa bersatu. Bahkan kamu bilang mes
Ekspresi perempuan itu terlihat tenang. Namun gelagat ingin tahu perempuan itu tidak luput dari pandangan Hengky. Bahkan dia bisa merasakan kegugupan dari dalam diri perempuan itu. Hengky mengulum senyum dan berkata, “Terserah mau kamu hukum seperti apa.”Winda terdiam sesaat dan perasaannya sedikit berantakan dan matanya memanas. Dia pikir Hengky menyukai Yuna, tetapi hari ini lelaki itu tidak melindungi perempuan itu dan justru membelanya. Winda merasa luar biasa bahagia sekali.Ketika Winda mendengar orang-orang itu sedang membicarakan Hengky dan Yuna, respons pertamanya adalah percaya dengan mereka. Meski sikapnya yang menguping pembicaraan orang lain sangat tidak sopan, Winda tetap tidak tahan untuk tidak melakukannya. Dia pikir dirinya bisa mendengar perbincangan yang menjijikkan, tetapi ternyata Hengky yang curiga dengan Yuna.Kedatangan Hengky ke sini demi memberikan sebuah penjelasan pada Winda. Hal itu membuat hati perempuan itu menghangat dan matanya mendadak semakin memanas
Satu kalimat saja sudah menunjukkan Yuna kalah telak. Harapan terakhir dalam dirinya sudah lenyap karena sikap Hengky. Yua menatap Hengky dengan tatapan penuh emosi, sedangkan lelaki itu hanya memasang raut tidak peduli dan datar.Sikap dingin Hengky membuat Winda sedikit terkejut. Pertemuan pertamanya dengan Yuna penuh dengan tantangan perempuan itu padanya, dan Hengky terlihat tidak berbuat apa pun. Bahkan lelaki itu membela Yuna di hadapannya dan mengakui kalau Yuna adalah kekasihnya.Baru beberapa hari berlalu, sikap lelaki itu sudah berubah total. Winda nyaris tidak tahu apakah dia harus percaya dengan Hengky. Tidak ada yang berbicara dari mereka bertiga dan mendadak situasi ruangan menjadi sunyi. Hingga beberapa detik kemudian, suara dering ponsel Winda memecah keheningan.Winda melirik layar ponselnya dan keningnya mendadak berkerut. Dia tidak langsung menerima telepon tersebut melainkan menunjukkan ponsel ke arah Hengky sambil berjalan keluar. Kepergian Winda membuat Hengky jug