Dewi Naga menemani Rawindra keluar dari kediaman Master Arkantra.“Kamu semakin hebat, Windra!” puji Kumala Dewi.“Tidak sehebat dirimu, Kumala Dewi! Aku hanya berusaha untuk menjadi yang terbaik!” sahut Rawindra.“Kamu ingin aku hadir tidak saat tantangan ketakutan nanti malam?” tanya Kumala Dewi.“Tentu saja, kalau kamu punya waktu!” ujar Rawindra.Berada di dekat Dewi Naga ini membuat detak jantung Rawindra semakin kencang.“Kamu kenapa?” tanya Kumala Dewi dengan lembut.“A-Aku ...”Rawindra tidak kuasa melanjutkaan ucapannya.“Kamu mau tidak aku temani sampai tengah malam nanti?”Tiba-tiba Dewi Naga mengajukan pertanyaan yang membuat Rawindra sedikit bingung.“Maksud kamu?” tanya Rawindra.“Kamu tertarik tidak sih sama aku?” tanya Dewi Naga lagi yang membuat Rawindra semakin gugup dan salah tingkah.“Laki-laki bodoh kalau tidak tertarik sama gadis secantik kamu ... tapi aku hanya anak penggembala domba, tidak pantas untukmu!”“Hush! Jangan bicara seperti itu! Aku tanya sekali lagi
Dewi Naga terbangun lebih dahulu.Setelah mengenakan pakaiannya kembali, gadis ini membelai wajah rawindra kemudian pergi meninggalkan pemuda ini sendiri.“Maafkan aku, Windra! Aku harus menghadap guru sekarang! Aku janji akan menjelaskannya padamu suatu hari nanti! Maaaf juga, aku ingkar janji tidak bisa menemanimu menjalankan tantangan ketakutan ... aku yakin kamu akaan berhasil melalui semua itu!”Malam itu juga, Dewi Naga pergi meninggalkan Pulau Pedang menggunakan perahu yang disembunyikannya di antara tebing karang Pulau Pedang.“Sampai jumpa, Windra! Semoga kita bisa bertemu lagi di kemudian hari!”Hati Kumala Dewi sangat sedih meninggalkan Pulau Pedang.Di saat dirinya menemukan pria yang dicintainya dan beberapa sahabat yang mendukungnya, dia harus meninggalkaan itu semua demi sebuah mustika energi yang maasih misterius yang diambilnya dari dalam tubuh Rawindra.Mustika yang setelah dikeluarkan dari dalam tubuhnya berbentuk kristal bulat hitam yang bercahaya.*****“Kumala De
"Selamat untukmu karena telah berhasil melewati dua tantangan sebelumnya, Rawindra!" seru ketua sekte Pedang Patah ini saat mereka sedang berjalan kembali ke rumah Master Arkantra."Terima kasih, Master!" sahut Rawindra sopan."Kalau kamu berhasil lolos tantangan ketiga ini maka kita bisa teruskan ke tahap selanjutnya untuk mempelajari Jurus Pedang Patah ini!" seru Master Arkantra."Tantangan akal ini seperti apa ya, Master?" tanya Rawindra."Kamu akan mengetahuinya nanti saat tantangan ini dimulai! Semoga saja kamu bisa melewatinyaa dengan mudah, karena seharusnya tidak akan sulit melewati tantangan akal ini setelah berhasil di tantangan fisik dan mental!" sahut Master Arkantra.Rawindra mengikuti Master Arkantra ke dalam rumahnya.Tidak terlihat adanya Dewi Naga di sana yang membuat Rawindra bertanya-tanya."Perlu kamu ketahui, tantangan yang seharusnya mudah ini tidak pernah berhasil dilewati satupun dari juara seleksi dari tahun ke tahun!" ujar Master Arkantra. “Terkadang aku mene
Rawindra bangun dengan tubuh yang segar bugar. Sangat jauh berbeda dengan sebelumnya yang tubuhnya masih merasakan sakit dan lelah.“Kumala Dewi benar tentang satu hal. Hawa murni naga benar-benar menjaga tubuhku tetap sehat dan kuat!” batin Rawindra.Hari ini, Master Arkantra akan mulai mengajarinya ilmu Pedang Patah. Hatinya agak was-was, khawatir tidak sanggup menerima pelajaran ilmu pedang ini.“Semoga saja aku bisa cepat mempelajari keseluruhan ilmu Pedang patah ini, jadi aku bisa segera kembali ke Desa Matahari untuk menemui kakek. Aku harus tahu yang sebenarnya ... semoga saja ibu salah menilai tentang kakek.”Rawindra masih berharap kalau kakeknya tidak seperti yang dikatakan ibunya, karena selama ibu perlakuan kakeknya terhadap dirinya baik-baik saja. Tidak ada unsur balas dendam dengan menyakiti dirinya.“Kenapa ibu mengatakan kalau kakek itu jahat ya?” pikir pemuda ini.Harapan ...Hanya itu yang tersisa dari dalam diri Rawindra untuk tetap bertahan dan mempelajari keseluru
“Jurus Pedang Pembelah Gunung!”Master Arkantra mulai menyilangkan pedang di dadanya kemudian menggerakkan pedang seperti sedang mengiris sesuatu.“Jurus ini dapat memotong gunung kalau menurut rumor ceritanya, tapi untuk sekarang pedang bisa memotong batu besar menjadi dua bagian dengan permukaan yang mulus dengan sekali tebassaja! Kuncinya adalah teknik pernafasan dengan menyerap energi semesta yang ada di sekeliling kita. Jangan pernah menggunakan tenaga dalam sedikit pun karena akan menggagalkan jurus ini!” ujar Master Arkantra. “Coba kamu bawa batu besar di ujung halaman ini!”Rawindra dengan susah payah menggulingkan batu besar ini ke arah Master Arkantra.CLASH!Pedang Master Arkantra langsung menebas batu besar ini yang terpotong menjadi dua bagian bagaikan membelah semangka menjadi dua bagian saja.“Wah! Ini berkat ketajaman pedang Master atau energi alam semesta? Kenapa energi di sekeliling kita ini begitu hebat?” tanya Rawindra.“Coba kamu peragakan jurus yang telah kuperli
“Tentu saja! Kita harus selesaikan hari ini!” sahut Master Arkantra.Ketua Perguruan Pedang Patah ini sesekali menggelengkan kepalanya melihat akibat yang ditimbulkan oleh jurus Pedang Patah ini. “Kita lanjutkan Jurus Pedang Angin Ribut!”Pedang Angin Ribut merupakan jurus pedang dengan gerakan cepat menerjang ke arah lawan dengan posisi tangan memegang pedang dan memutar pedang terus menerus bagaikan pusaran angin yang menimbulkan suara bergemuruh.“Perhatikan, Rawindra!” kata Master Arkantra sambil memperagakan jurus ini ke arah pepohonan di ujung bukit. “Sebenarnya jurus ini merupakan kombinasi dengan jurus pukulan tapak angin. Jadi sambil tangan kanan menyerang dengan cepat, tangan kiri mencari celah untuk melancarkan pukulan. Tapi ini tidak berlaku untukmu, jadi kamu harus menggunakan kakimu untuk mencari celah menendang pertahanan lawan yang terbuka karena serangan pedang hanya pengalih perhatian saja.”BRAAAK!Pukulan tangan kiri Master Arkantra langsung menghancurkan satu poh
Rawindra menghentikan langkahnya saat Master Arkantra memanggil namanya.“Ada apa, Master?” tanyanya.“Ada yang ingin aku bicarakan padamu dahulu sebelum kamu pulang ke penginapan untuk istirahat!” sahut Master Arkantra.“Apa mengenai tugas yang Master katakan di awal?’ tanya Rawindra."Ada rumor yang beredar turun temurun tentang adanya Kitab Rahasia Pendekar yang berisi ilmu Bela Diri tangan kosong yang diciptakan bersamaan dengan jurus Pedang Patah. Bahkan ada tambahan Jurus Pedang Patah di Kitab Rahasia Pendekar ini!" ujar Master Arkantra."Kenapa Master menceritakan rumor ini padaku?" tanya Rawindra. “Apa ada hubungannya dengan tugas yang akan Master berikan?”"Aku ingin kamu menemukan kitab rahasia ini, karena aku menaruh harapan besar padamu!" sahut Master Arkantra."Kemana aku harus mencari Kitab Rahasia ini, Master?" tanya Rawindra."Konon menurut cerita, Kitab ini ada di Lembah Rahasia yang terdapat di Pulau Pedang ini!" jelas Master Arkantra."Kenapa Master tidak mencarinya
Pulau Pedang ternyata merupakan perbatasan antara Alam Manusia dengan Alam Lelembut.Master Arkantra tidak pernah mengetahui kalau di pedalaman Pulau Pedang yang luas ini terdapat celah dimensi menuju Alam Lelembut.Alam Lelembut tidak jauh berbeda kehidupannya dengan Dunia Manusia.Hanya saja di Alam Lelembut ini lebih berbahaya dengan banyaknya makhluk buas yang disebut Monster oleh penghuni Alam Lelembut.Monster ini bisa berwujud serigala besar jadi-jadian, harimau jadi-jadian, bahkan naga yang merupakan makhluk mitos di dunia manusia ini terdapat di Alam Lelembut.Rawindra sudah siap berangkat menuju pedalaman Pulau Pedang bersama dua sahabatnya, Sagara dan Adista atas seijin Master Arkantra sebagai ketua Perguruan Pedang Patah.*****“Semua perbekalan sudah siap?” tanya Rawindra.“Sudah, ketua!” canda Adista.“Hahaha ... kamu sudah diaangkat jadi ketua, Windra!” sahut Sagara.“Kita mau kemana dahulu, Windra?” tanya Adista.“Tidak sebut ketua lagi?” tanya Rawindra yang membuat Ad
Amara yang marah besar langsung berubah menjadi rasa kasihan saat melihat keadaan Shen Long. Tubuhnya kurus kering dan menderita semacam penyakit misterius yang sulit untuk disembuhkan."Kaisar Agung benar-benar menghukum berat Kaisar Naga yang gagal memenuhi perintahnya. Ada sebabnya Shen Long memberikan Kitab Jari sakti dan Pedang Naga Api ... itu semua atas perintah ayahmu, Amara."Aisya baru menjelaskan kondisi yang sebenarnya saat mereka menemui Shen Long yang lumpuh dan tidak mampu untuk bergerak sama sekali."Sadis sekali Kaisar Agung itu ... kenapa dia memburuku, Aisya?" tanya Rawindra."Aku tidak tahu, Windra ... semua itu ada hubungannya dengan masa lalumu yang terlupakan! Aku hanya diperintahkan ke Kota Pendekar ini untuk menahanmu tinggal di sini sampai ayah datang menemuimu, tapi aku tahu kalau Kaisar Agung berniat jahat padamu sehingga aku harus melanggar perintah ayah!" sahut Aisya."Lebih baik kita segera pergi dari Alam Lelembut ini, Windra ... Kaisar Agung masih membu
"Begini Aisya ... aku dan Windra sudah memutuskan akan mengajakmu untuk pergi bersama ke Alam Manusia. Apa kamu berminat untuk pergi bersama kami?" tanya Amara.Aisya menaikkan sedikit bibirnya dengan dahinya yang berkerut seolah sedang berusaha mencerna ucapan Amara. "Aku tidak mengerti maksudmu, Amara! Untuk apa aku ikut dengan kalian? Bukankah kalian ini pasangan suami-istri?" ujarnya."Benar, Aisya ... kamu masih belum mengerti juga? Apa kamu benar-benar mencintai Windra?" tanya Iblis Amara sekali lagi dengan tegas."HAH!"Aisya benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan dari Iblis Amara. Hal ini membuat kesal Amara."Ya sudah kalau tidak mau ikut! Aku hanya tidak ingin Windra menyesal telah meninggalkanmu di Kota Pendekar ini. Kemungkinan kecil untuk Windra kembali lagi ke Alam Iblis ini walaupun dia menginginkannya," ujar Iblis Amara."Apa sebenarnya maksudmu, Amara? Jangan bertele-tele dan membingungkan ... langsung saja ke pokok permasalahan!" tegur Aisya."Hufh! Baiklah, a
Gadis yang barusan datang ini sangat cantik dan anggun sekali. Walaupun wajahnya cantik jelita, tapi ketegasannya membuat anak buahnya takut terhadapnya."Nona ... gembel-gembel ini telah berani mengacau di tempat Nona! Seharusnya kita tidak memberi ampun terhadap mereka!" seru salah satu penjaga gerbang Balai Lelang ini.PLAAAK!Sebuah tamparan keras diterima oleh penjaga pintu gerbang ini. "Siapa lagi yang berani mengatakan tamu kita ini, gembel?" hardik gadis cantik ini.Peri Houri dan Roh Athalia dibuat bingung oleh sikap gadis muda yang cantik ini, tapi tidak demikian dengan Iblis Amara."Aisya ... kamu tambah cantik saja! Windra pasti semakin terpikat olehmu!" seru Iblis Amara.Sikap bersahabat Iblis Amara membuat peri Houri dan Roh Athalia keheranan. Hal yang sama juga dialami oleh penjaga gerbang Balai Lelang."Kalian semua memang pantas dipecat! Sudah bertemu Tuan Besar kalian, masih saja tidak memberi salam hormat dan minta maaf!" teriak Aisya kepada belasan penjaga gerbang
Kota Pendekar begitu megahnya saat Rawindra bersama istri dan sahabat naga-nya tiba di kota yang telah mengalami perubahan besar ini.Tidak ada bekas ledakan dan kejadian besar yang menewaskan setengah penduduk Kota Pendekar ini. Kota ini seakan tidak pernah terusik oleh kejadian besar apapun.Tidak ada lagi pembagian distrik seperti sebelumnya, bahkan tidak ada lagi penjaga di perbatasan kota ini. Semua penghuni Alam Lelembut bebas untuk keluar-masuk Kota Pendekar tanpa perlu melalui gerbang pemeriksaan seperti sebelumnya."Wah! Siapa yang membangun kembali Kota Pendekar ini? Sangat indah sekali!" kata Rawindra yang takjub dengan bangunan-bangunan baru yang sanggup dibangun dalam waktu yang cukup singkat."Apa Kak Shen Long masih memerintah di Kota Pendekar ya?" tanya Iblis Amara. Dewi Iblis ini menyinggung tentang kaisar Naga yang sebenarnya menjadi sumber masalah kehancuran Kota Pendekar dengan menyerahkan Kitab Jari Sakti dan Pedang Naga Api kepada dirinya dan Amara."Kaisar Naga,
Kemampuan Rawindra yang sudah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu pendekar, kultivasi, dan magis membuatnya tanpa kesulitan membuka kunci ingatan yang telah disegel oleh kekuatan magis Iblis Mikaela.Wajah Rawindra yang awalnya tampak tenang mulai terlihat pucat pasi dengan wajah yang penuh kepanikan saat berusaha mengingat kejadian masa lalunya bersama Iblis Mikaela.Berbagai kilasan kejadian masa lalu yang terus lalu lalang dalam ingatannya ini membuat Rawindra terkejut sekaligus bingung dengan kejadian yang awalnya sama sekali tidak diingatnya sama sekali ini."Kenapa, Kaela? Kenapa kau lakukan ini?" ujar Rawindra dengan wajah penuh penyesalan."Apa Ryder sudah ingat semua kejadian bersama Ryder Mikaela?" tanya Naga Hitam."Apa yang telah terjadi, Windra?" tanya Iblis Amara yang baru pertama kali melihat kepanikan dalam diri Rawindra. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, tapi perasaannya sebagai wanita mengatakan kalau telah terjadi sesuatu antara Rawindra dengan Mikaela ya
Belum sempat Dewa Iblis membalas ucapan Iblis Rawindra, tiba-tiba terasa sesuatu yang dingin menerpa lehernya.CLASH!Satu tebasan dari Pedang Iblis Api mengakhiri hidup Dewa Iblis untuk selama-lamanya. Iblis Rawindra benar-benar membuat Dewa Bodhisatva tidak akan mampu lagi untuk inkarnasi ataupun reinkarnasi dengan kemampuan Immortal-nya.Walaupun Pedang ini berkobar api tapi bisa terasa dingin di leher Dewa Iblis,yang menunjukkan kehebatan Iblis Rawindra untuk mengendalikan elemental api sesuai keinginannya.Roh Kultivasi di dalam diri Dewa Bodhisatva ini turut dihancurkan oleh kekuatan Iblis Rawindra, sehingga tidak akan lahir lagi Dewa Bodhisatva baru hasil inkarnasi dan reinkarnasinya.Roh Dewa Bodhisatva juga turut hancur karena setelah menebaskan Pedang Iblis Api pada bagian leher Dewa Bodhisatva, Iblis Rawindra juga menusukkan Pedang Iblis Petir ke dalam tubuh Dewa Iblis untuk menghancurkan semua spirit dan kemampuan spiritual yang terdapat di dalam tubuhnya.Mata Dewa Iblis
Dewa Bodhisatva tetap memandang angkuh ke arah Rawindra. Dia tidak gentar sedikit pun terhadap Pendekar Tangan Satu ini."HA-HA-HA! Kamu belum lihat kemampuanku yang sebenarnya, Tangan Satu!" serunya dengan penuh keangkuhan."Kemampuan apalagi yang kamu miliki, Bodhisatva? Kamu tidak ubahnya seperti penjahat yang menyamar menjadi dewa ... haus kekuasaan dengan menghabisi dewa lainnya!" hasut Rawindra.Dewa Bodhisatva tidak menjawab pertanyaan Rawindra, tapi tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. "Aku telah mempelajari Kultivasi Kegelapan yang membuatku bisa beruba wujud menjadi Dewa Iblis yang tak terkalahkan!" serunya.Aura hitam yang keluar dari dalam tubuh Dewa Bodhisatva ini membungkus tubuhnya dengan rapat sampai wujudnya tidak kelihatan lagi."Bersiaplah untuk mati, Tangan Satu!" Hanya terdengar suara sombong dari Dewa Bodhisatva saat tubuhnya terbungkus habis oleh aura hitam yang juga melindunginya dari serangan lawan apabila Rawindra memutuskan untuk menyerangnya.Namun, Pendekar
Peri Houri langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu 8 Jurus Peri Iblis untuk satu tujuan, yaitu menghabisi Roh Shivya agar tidak mengacau lagi di Alam Lelembut."Peri Iblis Pemusnah!"Peri Iblis Pemusnah memiliki daya magis yang tinggi karena rata-rata peri iblis mempelajari ilmu sihir untuk jurus bela diri mereka. Sesuai namanya, serangan ini akan memusnahkan apa saja yang tersentuh oleh aura magis yang berwarna hitam.Roh Shivya juga menyadari situasi ini sehingga dia berusaha untuk melawan Peri Houri juga dengan jurus terkuatnya."Roh Tanpa Jiwa!"Tubuh Roh Shivya seakan membelah diri menjadi beberapa sosok roh yang menyerupai Roh Shivya. Seluruh Roh Shivya ini maju menyerang Peri Houri yang terus menerus mengeluarkan aura hitam pemusnah ini.Menyadari serangan yang berbahaya dari beberapa Roh Shivya ini, Peri Houri mulai mengeluarkan jurus kedua. "Peri Dewa Abadi!"Teknik bela diri yang menitik beratkan pada pertahanan ini membuat Peri Houri diselubungi lingkaran bola cahaya
# Peri Houri vs Roh Shivya # Roh Shivya bergerak dengan cepatnya bagaikan melayang cepat di angkasa menuju ke daratan. Phoenix Hitam yang berusaha menerjang Roh Shivya ini hanya mengenai tempat kosong saja karena gesitnya pergerakan roh ini."Aku menantangmu pertarungan satu lawan satu, Peri! Kalau kau berani, silahkan turun ke sini untuk bertarung denganku ... bukannya mengandalkan Black Phoenix bodohmu itu!" seru Roh Shivya.Peri Houri masih berada di atas Black Phoenix, lagi memikirkan tantangan dari Roh Shivya ini apakah pantas diladeni atau tidak."Sudah kalah, masih bertingkah! Kamu memang harus dihajar, Shivya!" sahut Peri Houri."Hihihi ... kalau berani turun ke sini! Jangan suruh burung hitam itu terus memburuku!" tantang Roh Shivya lagi.Peri Houri tahu kalau Roh Shivya sudah berada di ujung tanduk. Hanya mengandalkan Black Phoenix maka lambat laun dia akan dikalahkan karena Rajawali Hitam yang menyertainya kini sudah menghilang dan meninggalkannya sendirian."Menyerah sa