Rawindra yang terjatuh keras oleh pukulan Tapak Dewi Naga masih bisa bangkit kembali setelah hampir dinyatakan kalah."Kamu tidak apa-apa Windra?" tanya Kumala Dewi dengan wajah cemasnya."Tidak perlu berpura-pura baik kamu, Dewi Naga! Seranganmu terhadap Windra sangat mematikan!" sahut Adista dengan wajah penuh kemarahan.Gadis ini terkejut dengan serangan mematikan yang dikeluarkan oleh Kumala Dewi terhadap Rawindra, Suatu hal yang tidak pernah diduga olehnya karena Dewi Naga ini sudah menjadi sahabat mereka.Kumala Dewi terkejut dengan dengan ucapan Adista yang menuduhnya sengaja membunuh Rawindra."Aku hanya mengikuti instruksi dari Rawindra untuk bertarung habis-habisan, karena kalau aku tidak bersungguh-sungguh maka Rawindra akan menyerah kalah," jelas Kumala Dewi.Pendekar Tangan Satu ini berusaha meredakan ketegangan antara Kumala Dewi dan Adista yang kembali memanas setelah sempat mereda."Aku tidak apa-apa! Benar kata Dewi Naga, Adista ... aku yang menyuruhnya bersungguh-sun
Saat semua mengira Pendekar Tangan Satu akan tamat riwayatnya oleh pusaran inti badai, mendadak seluruh tubuh pendekar ini mengeluarkan cahaya terang yang berkilau membuat seluruh penonton tidak bisa melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.Sebuah sinar tampak memancar dari tempat pendekar ini berdiri sebelumnya. Sinar yang sangat besar langsung menuju ke pusaran inti badai dan secara menakjubkan menghancurkannya.“HAH!”Semua penonton terkesima oleh kejaadian yang baru saja dilihat oleeh mereka.Pendekar Tangan Satu yang diduga semula tidak punya kemampuan apa-apa, mendadak menjadi begitu hebatnya. Bahkan serangan maha dasyat dari Dewi Naga bisa dihancurkannya dengan mudah.“Apa yang sedang terjadi? Apa Tuan Muda bisa melihatnya?” tanya Adista.Sagara juga tidak mengerti oleh kejadian yang dilihatnya ini.“Aku juga tidak bisa melihat apa-apa, Adista!”Kilau cahaya terang berwarna keemasan ini masih saja belum redup sehingga tidak ada yang bisa menebak apakah Pendekar Tangan Satu i
“Selamat, Windra!” ucap Dewi Naga walaupun ada rasa kekecewaan di wajahnya.“Terima kasih! Seharusnya kamu yang menjadi juara ... aku hanya beruntung saja!” ujar Rawindra."Sebagai juara dari seleksi sekte Pedang Patah, maka Rawindra berhak menemui langsung ketua perguruan untuk mendapatkan medali juara seleksi!" seru panitia seleksi pertandingan.Master Arkantra menerima medali juara seleksi daari panitia seleksi pertandingan untuk diberikan kepada Pendekar Tangan Satu ini.“Selamat atas kemenanganmu! Sesuai janji dari perguruan, kamu akan menerima pelajaran dasar-dasar ilmu bela diri dariku langsung!” ucap Maaster Arkantra sambil mengalungkaan medali juara seleksi ke leher Rawindra.“Terima kasih, Master!” balas Rawindra sambil menundukkan kepala memberi salam hormat.“Istirahatlah dan temui aku secepatnya ... ada yang harus kamu lakukaan terlebih dahulu sebelum mempelajaari jurus Pedang Patah!” ujar Master Arkantra yang berlalu dari tempat pertandingan.Anehnya, Master Arkantra per
"Bagaimana bentuk tantangan fisik ini, Master?" tanya Rawindra laagi karena kurang menyimak ucapan Master Arkantra sebelumnya.."Tantangan fisik ini terbagi dua bagian yaitu Keseimbangan dan Kekuatan!" jelas Master Arkantra..Rawindra dengan serius mendengarkan penjelasan dari Master Arkantra. Pemuda ini tidak menyadari kalau Master Arkantra sedang melatih ulang dirinya agar bisa kuat dengan kemampuannya sendiri.Selama ini kekuatan dirinya berasaal dari Iblis Dimensi sertaa Kekuatan Tersembunyi yang masih belum diketahuinya."Tantangan Keseimbangan itu seperti apa?" tanya Rawindra.“Mari kita ke halaman belakang!” ajak Master Arkantra sambil tersenyum.Terlihat oleh Rawindra barisan tiang kayu yang tingginya tidak sama satu sama lainnya."Kamu lihat tiang-tiang kayu di sana?” tanya Master Arkantra.."Bagaimana Master bisa membangun tiang-tiang kayu ini dengan begitu cepat?' ujar Rawindra yang kagum dengan kehebatan Master Arkantra.“Hahaha ... tiang-tiang kayu ini sering kupakai untuk
"Aku harus bisa melewati tantangan ini!" tekad Rawindra dalam hati.Rawindra memejamkan matanya berusaha konsentrasi penuh mengingat formasi tiang kayu ini."Aku harus menginjak tiang kayu di pinggiran dahulu yang melingkar ini!" gumamnya.Tiba-tiba Rawindra mulai mendapatkan gambaran formasi tiang kayu ini di pikirannya."Kok aku sekarang bisa mengetahui letak tiang-tiang kayu ini ya?" pikirnya tidak masuk akal. "Apa ini kemampuan dari kekuatan yang tersembunyi lama di dalam diriku?"Rawindra yang awalnya tidak percaya diri mampu melewati tantangan ini, mendadak mendapat kepercayaan diri yang tinggi saat mata batinnya bisa melihat keseluruhan posisi tiang kayu ini."Aku hanya perlu melompat dan mendarat di atas tiang kayu ini," katanya menyemangati dirinya sendiri.Pendekar ini tanpa ragu mulai melompat ke tiang kayu selanjutnya.Sempat terjadi ketidak seimbangan dirinya tapi Rawindra berhasil bertahan dan berdiri tegak di atas tiang kayu dengan satu kaki.Hufh!"Hampir saja nyawaku
"Ayo, Rawindra! Kamu sudah harus bisa menarik bongkahan batu ini secepat mungkin sebelum lantai jebakan terbuka!" teriak Master Arkantra memberi semangat padanya.Master Arkantra yang semula tidak begitu perhatian dengan tantangan ini mulai bersemangat saat melihat Rawindra berhasil menyelesaikan tantangan keseimbangan yang sangat sulit dilakukan."Kenapa sulit sekali menggerakkan batu besar ini?" pikir Rawindra yang mulai putus asa.Sekuat tenaga Rawindra menarik rantai besar ini tapi batu besar ini tidaak bergeser sedikitpun.Apalagi dia hanya memiliki satu tangan saja yang sangat menyulitkan dirinya untuk menarik batu besar ini dengan sekauat tenaganya,Master Arkantra yang melihat kegagalan Rawindra menarik batu besar ini mulai cemas kalau pemuda ini akan mengalami kegagalan untuk melewati lantai jebakan.Kesulitan menarik rantai besar ini, Rawindra bergerak ke arah belakang batu besar, kemudian dengan sekuat tenaga mendorong batu besar ini dengan tubuhnya.Entah kekuatan apa yang
Dewi Naga yang muncul dengan balutan pakaian baru yang mempesona membuat Rawindra sejenak tidak bisa berkata-kata.“Kamu tinggal di sini?” tanyanya.“Aku diundang Master untuk tinggal sementara di Pulau Pedang untuk mengawasi seleksi lamjutan dari peserta seleksi perguruan.”Rawindra yang sebenarnya masih dipenuhi banyak pertanyaan memilih untuk tidak terlalu mendesak Dewi Naga ini agar Master Arkantra juga tidak curiga terhadap dirinya."Selamat Rawindra! Kamu berhasil melewati tantangan pertama yang sangat menguras tenagamu! Saatnya untuk tantangan Kedua!" seru Master Arkantra.Rawindra yang tampak kelelahan masih bisa tersenyum dan bersiap melanjutkan tantangan selanjutnya yaitu tantangan mental."Tantangan seperti apa yang akan Master berikan?" tanya Rawindra."Pulau Pedang ini sangat indah, tapi ada satu tempat yang sangat dijauhi oleh murid Perguruan yaitu Hutan Hantu!" sahut Master Arkantra."Hutan Hantu? Apa ada hantunya?" tanya Rawindra."Kamu akan tahu nanti, Rawindra! Tanta
Dewi Naga menemani Rawindra keluar dari kediaman Master Arkantra.“Kamu semakin hebat, Windra!” puji Kumala Dewi.“Tidak sehebat dirimu, Kumala Dewi! Aku hanya berusaha untuk menjadi yang terbaik!” sahut Rawindra.“Kamu ingin aku hadir tidak saat tantangan ketakutan nanti malam?” tanya Kumala Dewi.“Tentu saja, kalau kamu punya waktu!” ujar Rawindra.Berada di dekat Dewi Naga ini membuat detak jantung Rawindra semakin kencang.“Kamu kenapa?” tanya Kumala Dewi dengan lembut.“A-Aku ...”Rawindra tidak kuasa melanjutkaan ucapannya.“Kamu mau tidak aku temani sampai tengah malam nanti?”Tiba-tiba Dewi Naga mengajukan pertanyaan yang membuat Rawindra sedikit bingung.“Maksud kamu?” tanya Rawindra.“Kamu tertarik tidak sih sama aku?” tanya Dewi Naga lagi yang membuat Rawindra semakin gugup dan salah tingkah.“Laki-laki bodoh kalau tidak tertarik sama gadis secantik kamu ... tapi aku hanya anak penggembala domba, tidak pantas untukmu!”“Hush! Jangan bicara seperti itu! Aku tanya sekali lagi