Pendekar Tangan Satu ini terdiam saat perempuan misterius ini memutuskan untuk memberikannya kesempatan bertanya tentang perempuan yang selalu menolongnya ini."Kenapa diam? Tadi kamu ingin sekali mengetahui tentang diriku!" ujar perempuan misterius ini."Siapa sebenarnya dirimu? Maksudku, nama aslimu dan julukanmu di dunia persilatan?" tanya Rawindra."Kalau aku beritahu namaku, apa kamu akan tetap seperti sekarang yang mempercayaiku?" tanya perempuan misterius ini."Memangnya apa yang bisa membuatku tidak mempercayaimu?" tanya Rawindra."Namaku! Mungkin kamu sudah pernah mendengar namaku, tapi mungkin juga tidak! Tapi, yang pasti kisah yang diceritakan tentang diriku selalu buruk! Aku juga tidak tahu kenapa cerita yang sebenarnya diputar balikkan menjadi suatu pembohongan!" sahut perempun misterius ini."Apa maksudmu? Apa semua cerita bohong itu berhubungan dengan diriku?" tanya Rawindra."Aku tidak mengharapkan kamu percaya ceritaku, karena cerita yang beredar sangat tidak sesuai d
Seleksi pertandingan semifinal akhirnya berhasil diadakan juga setelah sempat terjadi insiden pembatalan yang dilakukan oleh Dewi Naga sehari sebelumnya."Seleksi pertama mempertemukan Arkasena, Pendekar Pulau Iblis melawan Rawindra Pendekar Tangan Satu!" seru panitia seleksi.Arkasena sepertinya sudah berhasil bangkit dari keterpurukan akibat ketakutannya terhadap Iblis Dimensi sebelumnya.Keangkuhannya tampak sangat mencolok dengan pandangan menghinanya terhadap Rawindra, padahal sehari sebelumnya dia begitu ketakutan terhadap pemuda tangan satu ini."Kamu tidak bisa apaa-apa tanpa iblis di dalam tubuhmu, tangan buntung!" hina Arkasena.Rawindra hanya tersenyum menanggapi hinaan dari rkasena yang bermaksud menjatuhkan mentalnya."Biar tangan buntung tapi aku masih sanggup membuatmu ketakutan sampai celanmu basah kemarin!" balas Pendekar Tangan satu ini yang membuat seluruh penonton seleksi tertawa."Kurang ajar! Berani sekali kamu menghinaku!" sahut Arkasena dengan wajah memerah men
Pertandingan lainnya mempertemukan Sagara melawan Kumala Dewi yang dijuluki Pendekar Dewi Naga, karena kecantikannya yang luar biasa.Kumala Dewi menyingkirkan semua pesaingnya dengan mudah, dan hanya memerlukan kurang dari tiga jurus saja untuk mengalahkan pesaingnya.Pertandingan semifinal kedua ini diadakan di luar ruangan, mengingat kedua peserta seleksi semifinal ini memiliki jurus-jurus bela diri yang dasyat. Panitia seleksi khawatir kalau serangan kedua peserta seleksi ini akan merusak markas Perguruan Pedang Patah.Sagara sangat bersemangat untuk menghadapi Kumala Dewi.Penampilan Kumal Dewi saat menghadapi Sagara bahkan jauh lebih cantik daripada sebelumnya.Tidak ada yang menyangka kalau gadis yang terlihat anggun ini memiliki jurus pendekar yang sangat hebat."Silahkan menyerang terlebih dahulu, Nona!" seru Sagara."Kamu memang pria yang sopan tapi kamu juga akan kalah!" sahut Kumala Dewi."Tidak masalah kalau kalah dengan pendekar secantik Nona!" ujar Sagara.Walaupun mere
Kepulan asap masih menutupi tempat seleksi pertandingan antara Pendekar Matahari melawan Pendekar Dewi Naga.Masih belum terlihat sosok Sagara ataupun Kumala Dewi karena tebalnya asap yang menyelimuti tempat pertandingan ini."Apa kamu melihat sesuatu, Adista?" tanya Rawindra."Tidak terlihat apapun! Asap ini sangat tebal dan belum menghilang!" sahut Adista."Apa mereka baik-baik saja? Semoga tidak ada yang luka parah!" ujar Rawindra."Aku juga berharap demikian, Windra! Kita tunggu saja sampai asap ini hilang karena kita dilarang mendekati tempat pertandingan," ucap Adista.Semua penonton seleksi pertandingan ini terlihat sangat penasaran dengan kondisi kedua peserta seleksi ini setelah benturan keras antara mereka.Perlahan-lahan asap menghilang dan pandangan penonton mulaiterang ke arah tempat pertandingan.Terlihat dua peserta seleksi yang masih tegak berdiri di tempatnya masing-masing tanpa terluka sedikitpun."Kak Sagara masih berdiri tegak!" teriak Rawindra.Wajah Adista juga b
Pertandingan Final Seleksi antara Pendekar Tangan Satu-Rawindra melawan Pendekar Dewi Naga-Kumala Dewi baru akan dilaksanakan tiga hari lagi.Seluruh peserta seleksi masih diijinkan untuk tinggal di Pulau Pedang menyaksikan seleksi final untuk menentukan siapa yang berhak menjadi juara seleksi dan mendapat kehormatan langsung diajari oleh Ketua Sekte Pedang Patah.Sagara yang dirawat, sudah bisa keluar dari ruang perawatan keesokan harinya.Sagara dan Adista termasuk yang bergembira karena sahabat mereka, Rawindra berhasil lolos ke partai puncak perebutan gelar juara seleksi tahun ini."Windra! Hebat sekali kamu!" teriak Sagara menyapa Rawindra yang sedang duduk sendirian."Iya ... kita saja tidak lolos ya Tuan Muda!' seru Adista."Aku jadi tidak enak hati sama kalian! Aku tidak menyangka akan lolos ke partai puncak. Tujuanku hanya menjadi murid rendahan dari sekte Pedang Patah ini!" ujar Rawindra."Tidak perlu merendah hati, Sahabat! Kami turut senang kamu bisa lolos untuk melawan Ku
Baru saja Pendekar Tangan Satu ini sampai di depan kamar penginapannya, Adista sudah menunggu di depan kamarnya ini."Ayo Rawindra! Kita jelajahi Pulau Pedang ini!" ajak Adista.'Menjelajahi pulau ini? Memangnya boleh, Adista?" tanya Rawindra berpura-pura padahal dia baru saja dari kolam air terjun."Apa salahnya menjelajahi pulau ini? Kan tidak ada rahasia apa-apa!" seru Adista."Benar juga katamu! Kenapa harus dilarang ya?" ujar Rawindra."Jadi tidak?" tanya Adista."Yuk! Kita mau ke arah mana dari pulau ini?" tanya Rawindra."Ke arah pegunungan saja, kelihatannya indah, Windra!" seru Adista."Ajak Kak Sagara tidak?" tanya Rawindra lagi, padahal dia tahu kalau pemuda ini sedang berada di kolam air terjun.Adista bingung dengan pertanyaan Rawindra.Sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu berduaan dengan Rawindra.Tanpa sadar, Adista sudah jatuh hati terhadap Rawindra."Biar saja Tuan Muda istirahat! Kita berdua saja bagaimana?" tegas Adista."Boleh saja, tidak masalah!" jawab Rawindr
Keramaian mulai tampak sejak pagi-pagi sekali di tempat terbuka yang khusus disediakan untuk seleksi pertandingan final dalam memperebutkan Juara Sejati ini.Seluruh peserta seleksi yang telah gugur terlihat berkumpul dan saling berbincang-bincang mengenai peluang kedua peserta seleksi pertandingan final ini."Pertarungan terakhir untuk menentukan peserta seleksi yang akan mendapatkan bimbingan langsung dari ketua sekte Pedang Patah segera dimulai! Pihak yang kalah tetap menjadi pemenang dan mendapat perlakuan khusus!" seru panitia seleksi.Rawindra sudah berdiri dengan tegap, walaupun tangan kirinya tidak ada.Kumala Dewi tampak cantik dengan pakaian putih yang juga membalut kulit putih bersihnya."Rawindra, Pendekar Tangan Satu akan melawan Kumala Dewi, Pendekar Dewi Naga! Pertarungan ini bebas, jadi apabila terkaji salah satu peserta tewas dalam seleksi ini maka pihak yang menang tidak akan disalahkan!" seru panitia seleksi lagi."Apa yang terjadi? Kenapa aturan seleksi diubah begi
"Kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi, Dewi Naga?" tanya Rawindra. "Apa maksudmu?" tanya Kumala Dewi. "Aku disuruh seseorang untuk mengalah padamu, dan sekarang peraturan seleksi final diubah begitu saja!" jelas Rawindra. "Ada yang menyuruhmu untuk mengalah padaku?" tanya Kumala Dewi. "Benar! Sosok yang berpakaian serba hitam ini mengancam akan membunuh kakekku kalau aku tidak menuruti perintahnya!" sahut Rawindra. "Aku tidak terlibat dengan semua ini, Windra! Aku menginginkan pertarungan yang jujur!" ujar Kumala Dewi. "Aku tahu itu, Dewi Naga! Aku hanya penasaran dengan semua yang terjadi belakangan ini!" sahut Rawindra. "Aku tidak akan melanjutkan pertarungan ini apabila kamu tidak melawanku!" seru Dewi Naga."Aku tahu! Aku hanya mengungkapkaan kejadian yang sebenarnya agar kau tahu!" sahut Rawindra."Harap segera melanjutkan pertarungan seleksi final ini!"Terdengar seruan dari panitia seleksi untuk segera bertanding karena ketua Perguruaan Pedang Patah sudah berada di temp
Amara yang marah besar langsung berubah menjadi rasa kasihan saat melihat keadaan Shen Long. Tubuhnya kurus kering dan menderita semacam penyakit misterius yang sulit untuk disembuhkan."Kaisar Agung benar-benar menghukum berat Kaisar Naga yang gagal memenuhi perintahnya. Ada sebabnya Shen Long memberikan Kitab Jari sakti dan Pedang Naga Api ... itu semua atas perintah ayahmu, Amara."Aisya baru menjelaskan kondisi yang sebenarnya saat mereka menemui Shen Long yang lumpuh dan tidak mampu untuk bergerak sama sekali."Sadis sekali Kaisar Agung itu ... kenapa dia memburuku, Aisya?" tanya Rawindra."Aku tidak tahu, Windra ... semua itu ada hubungannya dengan masa lalumu yang terlupakan! Aku hanya diperintahkan ke Kota Pendekar ini untuk menahanmu tinggal di sini sampai ayah datang menemuimu, tapi aku tahu kalau Kaisar Agung berniat jahat padamu sehingga aku harus melanggar perintah ayah!" sahut Aisya."Lebih baik kita segera pergi dari Alam Lelembut ini, Windra ... Kaisar Agung masih membu
"Begini Aisya ... aku dan Windra sudah memutuskan akan mengajakmu untuk pergi bersama ke Alam Manusia. Apa kamu berminat untuk pergi bersama kami?" tanya Amara.Aisya menaikkan sedikit bibirnya dengan dahinya yang berkerut seolah sedang berusaha mencerna ucapan Amara. "Aku tidak mengerti maksudmu, Amara! Untuk apa aku ikut dengan kalian? Bukankah kalian ini pasangan suami-istri?" ujarnya."Benar, Aisya ... kamu masih belum mengerti juga? Apa kamu benar-benar mencintai Windra?" tanya Iblis Amara sekali lagi dengan tegas."HAH!"Aisya benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan dari Iblis Amara. Hal ini membuat kesal Amara."Ya sudah kalau tidak mau ikut! Aku hanya tidak ingin Windra menyesal telah meninggalkanmu di Kota Pendekar ini. Kemungkinan kecil untuk Windra kembali lagi ke Alam Iblis ini walaupun dia menginginkannya," ujar Iblis Amara."Apa sebenarnya maksudmu, Amara? Jangan bertele-tele dan membingungkan ... langsung saja ke pokok permasalahan!" tegur Aisya."Hufh! Baiklah, a
Gadis yang barusan datang ini sangat cantik dan anggun sekali. Walaupun wajahnya cantik jelita, tapi ketegasannya membuat anak buahnya takut terhadapnya."Nona ... gembel-gembel ini telah berani mengacau di tempat Nona! Seharusnya kita tidak memberi ampun terhadap mereka!" seru salah satu penjaga gerbang Balai Lelang ini.PLAAAK!Sebuah tamparan keras diterima oleh penjaga pintu gerbang ini. "Siapa lagi yang berani mengatakan tamu kita ini, gembel?" hardik gadis cantik ini.Peri Houri dan Roh Athalia dibuat bingung oleh sikap gadis muda yang cantik ini, tapi tidak demikian dengan Iblis Amara."Aisya ... kamu tambah cantik saja! Windra pasti semakin terpikat olehmu!" seru Iblis Amara.Sikap bersahabat Iblis Amara membuat peri Houri dan Roh Athalia keheranan. Hal yang sama juga dialami oleh penjaga gerbang Balai Lelang."Kalian semua memang pantas dipecat! Sudah bertemu Tuan Besar kalian, masih saja tidak memberi salam hormat dan minta maaf!" teriak Aisya kepada belasan penjaga gerbang
Kota Pendekar begitu megahnya saat Rawindra bersama istri dan sahabat naga-nya tiba di kota yang telah mengalami perubahan besar ini.Tidak ada bekas ledakan dan kejadian besar yang menewaskan setengah penduduk Kota Pendekar ini. Kota ini seakan tidak pernah terusik oleh kejadian besar apapun.Tidak ada lagi pembagian distrik seperti sebelumnya, bahkan tidak ada lagi penjaga di perbatasan kota ini. Semua penghuni Alam Lelembut bebas untuk keluar-masuk Kota Pendekar tanpa perlu melalui gerbang pemeriksaan seperti sebelumnya."Wah! Siapa yang membangun kembali Kota Pendekar ini? Sangat indah sekali!" kata Rawindra yang takjub dengan bangunan-bangunan baru yang sanggup dibangun dalam waktu yang cukup singkat."Apa Kak Shen Long masih memerintah di Kota Pendekar ya?" tanya Iblis Amara. Dewi Iblis ini menyinggung tentang kaisar Naga yang sebenarnya menjadi sumber masalah kehancuran Kota Pendekar dengan menyerahkan Kitab Jari Sakti dan Pedang Naga Api kepada dirinya dan Amara."Kaisar Naga,
Kemampuan Rawindra yang sudah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu pendekar, kultivasi, dan magis membuatnya tanpa kesulitan membuka kunci ingatan yang telah disegel oleh kekuatan magis Iblis Mikaela.Wajah Rawindra yang awalnya tampak tenang mulai terlihat pucat pasi dengan wajah yang penuh kepanikan saat berusaha mengingat kejadian masa lalunya bersama Iblis Mikaela.Berbagai kilasan kejadian masa lalu yang terus lalu lalang dalam ingatannya ini membuat Rawindra terkejut sekaligus bingung dengan kejadian yang awalnya sama sekali tidak diingatnya sama sekali ini."Kenapa, Kaela? Kenapa kau lakukan ini?" ujar Rawindra dengan wajah penuh penyesalan."Apa Ryder sudah ingat semua kejadian bersama Ryder Mikaela?" tanya Naga Hitam."Apa yang telah terjadi, Windra?" tanya Iblis Amara yang baru pertama kali melihat kepanikan dalam diri Rawindra. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, tapi perasaannya sebagai wanita mengatakan kalau telah terjadi sesuatu antara Rawindra dengan Mikaela ya
Belum sempat Dewa Iblis membalas ucapan Iblis Rawindra, tiba-tiba terasa sesuatu yang dingin menerpa lehernya.CLASH!Satu tebasan dari Pedang Iblis Api mengakhiri hidup Dewa Iblis untuk selama-lamanya. Iblis Rawindra benar-benar membuat Dewa Bodhisatva tidak akan mampu lagi untuk inkarnasi ataupun reinkarnasi dengan kemampuan Immortal-nya.Walaupun Pedang ini berkobar api tapi bisa terasa dingin di leher Dewa Iblis,yang menunjukkan kehebatan Iblis Rawindra untuk mengendalikan elemental api sesuai keinginannya.Roh Kultivasi di dalam diri Dewa Bodhisatva ini turut dihancurkan oleh kekuatan Iblis Rawindra, sehingga tidak akan lahir lagi Dewa Bodhisatva baru hasil inkarnasi dan reinkarnasinya.Roh Dewa Bodhisatva juga turut hancur karena setelah menebaskan Pedang Iblis Api pada bagian leher Dewa Bodhisatva, Iblis Rawindra juga menusukkan Pedang Iblis Petir ke dalam tubuh Dewa Iblis untuk menghancurkan semua spirit dan kemampuan spiritual yang terdapat di dalam tubuhnya.Mata Dewa Iblis
Dewa Bodhisatva tetap memandang angkuh ke arah Rawindra. Dia tidak gentar sedikit pun terhadap Pendekar Tangan Satu ini."HA-HA-HA! Kamu belum lihat kemampuanku yang sebenarnya, Tangan Satu!" serunya dengan penuh keangkuhan."Kemampuan apalagi yang kamu miliki, Bodhisatva? Kamu tidak ubahnya seperti penjahat yang menyamar menjadi dewa ... haus kekuasaan dengan menghabisi dewa lainnya!" hasut Rawindra.Dewa Bodhisatva tidak menjawab pertanyaan Rawindra, tapi tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. "Aku telah mempelajari Kultivasi Kegelapan yang membuatku bisa beruba wujud menjadi Dewa Iblis yang tak terkalahkan!" serunya.Aura hitam yang keluar dari dalam tubuh Dewa Bodhisatva ini membungkus tubuhnya dengan rapat sampai wujudnya tidak kelihatan lagi."Bersiaplah untuk mati, Tangan Satu!" Hanya terdengar suara sombong dari Dewa Bodhisatva saat tubuhnya terbungkus habis oleh aura hitam yang juga melindunginya dari serangan lawan apabila Rawindra memutuskan untuk menyerangnya.Namun, Pendekar
Peri Houri langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu 8 Jurus Peri Iblis untuk satu tujuan, yaitu menghabisi Roh Shivya agar tidak mengacau lagi di Alam Lelembut."Peri Iblis Pemusnah!"Peri Iblis Pemusnah memiliki daya magis yang tinggi karena rata-rata peri iblis mempelajari ilmu sihir untuk jurus bela diri mereka. Sesuai namanya, serangan ini akan memusnahkan apa saja yang tersentuh oleh aura magis yang berwarna hitam.Roh Shivya juga menyadari situasi ini sehingga dia berusaha untuk melawan Peri Houri juga dengan jurus terkuatnya."Roh Tanpa Jiwa!"Tubuh Roh Shivya seakan membelah diri menjadi beberapa sosok roh yang menyerupai Roh Shivya. Seluruh Roh Shivya ini maju menyerang Peri Houri yang terus menerus mengeluarkan aura hitam pemusnah ini.Menyadari serangan yang berbahaya dari beberapa Roh Shivya ini, Peri Houri mulai mengeluarkan jurus kedua. "Peri Dewa Abadi!"Teknik bela diri yang menitik beratkan pada pertahanan ini membuat Peri Houri diselubungi lingkaran bola cahaya
# Peri Houri vs Roh Shivya # Roh Shivya bergerak dengan cepatnya bagaikan melayang cepat di angkasa menuju ke daratan. Phoenix Hitam yang berusaha menerjang Roh Shivya ini hanya mengenai tempat kosong saja karena gesitnya pergerakan roh ini."Aku menantangmu pertarungan satu lawan satu, Peri! Kalau kau berani, silahkan turun ke sini untuk bertarung denganku ... bukannya mengandalkan Black Phoenix bodohmu itu!" seru Roh Shivya.Peri Houri masih berada di atas Black Phoenix, lagi memikirkan tantangan dari Roh Shivya ini apakah pantas diladeni atau tidak."Sudah kalah, masih bertingkah! Kamu memang harus dihajar, Shivya!" sahut Peri Houri."Hihihi ... kalau berani turun ke sini! Jangan suruh burung hitam itu terus memburuku!" tantang Roh Shivya lagi.Peri Houri tahu kalau Roh Shivya sudah berada di ujung tanduk. Hanya mengandalkan Black Phoenix maka lambat laun dia akan dikalahkan karena Rajawali Hitam yang menyertainya kini sudah menghilang dan meninggalkannya sendirian."Menyerah sa