Kepulan asap masih menutupi tempat seleksi pertandingan antara Pendekar Matahari melawan Pendekar Dewi Naga.Masih belum terlihat sosok Sagara ataupun Kumala Dewi karena tebalnya asap yang menyelimuti tempat pertandingan ini."Apa kamu melihat sesuatu, Adista?" tanya Rawindra."Tidak terlihat apapun! Asap ini sangat tebal dan belum menghilang!" sahut Adista."Apa mereka baik-baik saja? Semoga tidak ada yang luka parah!" ujar Rawindra."Aku juga berharap demikian, Windra! Kita tunggu saja sampai asap ini hilang karena kita dilarang mendekati tempat pertandingan," ucap Adista.Semua penonton seleksi pertandingan ini terlihat sangat penasaran dengan kondisi kedua peserta seleksi ini setelah benturan keras antara mereka.Perlahan-lahan asap menghilang dan pandangan penonton mulaiterang ke arah tempat pertandingan.Terlihat dua peserta seleksi yang masih tegak berdiri di tempatnya masing-masing tanpa terluka sedikitpun."Kak Sagara masih berdiri tegak!" teriak Rawindra.Wajah Adista juga b
Pertandingan Final Seleksi antara Pendekar Tangan Satu-Rawindra melawan Pendekar Dewi Naga-Kumala Dewi baru akan dilaksanakan tiga hari lagi.Seluruh peserta seleksi masih diijinkan untuk tinggal di Pulau Pedang menyaksikan seleksi final untuk menentukan siapa yang berhak menjadi juara seleksi dan mendapat kehormatan langsung diajari oleh Ketua Sekte Pedang Patah.Sagara yang dirawat, sudah bisa keluar dari ruang perawatan keesokan harinya.Sagara dan Adista termasuk yang bergembira karena sahabat mereka, Rawindra berhasil lolos ke partai puncak perebutan gelar juara seleksi tahun ini."Windra! Hebat sekali kamu!" teriak Sagara menyapa Rawindra yang sedang duduk sendirian."Iya ... kita saja tidak lolos ya Tuan Muda!' seru Adista."Aku jadi tidak enak hati sama kalian! Aku tidak menyangka akan lolos ke partai puncak. Tujuanku hanya menjadi murid rendahan dari sekte Pedang Patah ini!" ujar Rawindra."Tidak perlu merendah hati, Sahabat! Kami turut senang kamu bisa lolos untuk melawan Ku
Baru saja Pendekar Tangan Satu ini sampai di depan kamar penginapannya, Adista sudah menunggu di depan kamarnya ini."Ayo Rawindra! Kita jelajahi Pulau Pedang ini!" ajak Adista.'Menjelajahi pulau ini? Memangnya boleh, Adista?" tanya Rawindra berpura-pura padahal dia baru saja dari kolam air terjun."Apa salahnya menjelajahi pulau ini? Kan tidak ada rahasia apa-apa!" seru Adista."Benar juga katamu! Kenapa harus dilarang ya?" ujar Rawindra."Jadi tidak?" tanya Adista."Yuk! Kita mau ke arah mana dari pulau ini?" tanya Rawindra."Ke arah pegunungan saja, kelihatannya indah, Windra!" seru Adista."Ajak Kak Sagara tidak?" tanya Rawindra lagi, padahal dia tahu kalau pemuda ini sedang berada di kolam air terjun.Adista bingung dengan pertanyaan Rawindra.Sebenarnya dia ingin menghabiskan waktu berduaan dengan Rawindra.Tanpa sadar, Adista sudah jatuh hati terhadap Rawindra."Biar saja Tuan Muda istirahat! Kita berdua saja bagaimana?" tegas Adista."Boleh saja, tidak masalah!" jawab Rawindr
Keramaian mulai tampak sejak pagi-pagi sekali di tempat terbuka yang khusus disediakan untuk seleksi pertandingan final dalam memperebutkan Juara Sejati ini.Seluruh peserta seleksi yang telah gugur terlihat berkumpul dan saling berbincang-bincang mengenai peluang kedua peserta seleksi pertandingan final ini."Pertarungan terakhir untuk menentukan peserta seleksi yang akan mendapatkan bimbingan langsung dari ketua sekte Pedang Patah segera dimulai! Pihak yang kalah tetap menjadi pemenang dan mendapat perlakuan khusus!" seru panitia seleksi.Rawindra sudah berdiri dengan tegap, walaupun tangan kirinya tidak ada.Kumala Dewi tampak cantik dengan pakaian putih yang juga membalut kulit putih bersihnya."Rawindra, Pendekar Tangan Satu akan melawan Kumala Dewi, Pendekar Dewi Naga! Pertarungan ini bebas, jadi apabila terkaji salah satu peserta tewas dalam seleksi ini maka pihak yang menang tidak akan disalahkan!" seru panitia seleksi lagi."Apa yang terjadi? Kenapa aturan seleksi diubah begi
"Kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi, Dewi Naga?" tanya Rawindra. "Apa maksudmu?" tanya Kumala Dewi. "Aku disuruh seseorang untuk mengalah padamu, dan sekarang peraturan seleksi final diubah begitu saja!" jelas Rawindra. "Ada yang menyuruhmu untuk mengalah padaku?" tanya Kumala Dewi. "Benar! Sosok yang berpakaian serba hitam ini mengancam akan membunuh kakekku kalau aku tidak menuruti perintahnya!" sahut Rawindra. "Aku tidak terlibat dengan semua ini, Windra! Aku menginginkan pertarungan yang jujur!" ujar Kumala Dewi. "Aku tahu itu, Dewi Naga! Aku hanya penasaran dengan semua yang terjadi belakangan ini!" sahut Rawindra. "Aku tidak akan melanjutkan pertarungan ini apabila kamu tidak melawanku!" seru Dewi Naga."Aku tahu! Aku hanya mengungkapkaan kejadian yang sebenarnya agar kau tahu!" sahut Rawindra."Harap segera melanjutkan pertarungan seleksi final ini!"Terdengar seruan dari panitia seleksi untuk segera bertanding karena ketua Perguruaan Pedang Patah sudah berada di temp
Rawindra yang terjatuh keras oleh pukulan Tapak Dewi Naga masih bisa bangkit kembali setelah hampir dinyatakan kalah."Kamu tidak apa-apa Windra?" tanya Kumala Dewi dengan wajah cemasnya."Tidak perlu berpura-pura baik kamu, Dewi Naga! Seranganmu terhadap Windra sangat mematikan!" sahut Adista dengan wajah penuh kemarahan.Gadis ini terkejut dengan serangan mematikan yang dikeluarkan oleh Kumala Dewi terhadap Rawindra, Suatu hal yang tidak pernah diduga olehnya karena Dewi Naga ini sudah menjadi sahabat mereka.Kumala Dewi terkejut dengan dengan ucapan Adista yang menuduhnya sengaja membunuh Rawindra."Aku hanya mengikuti instruksi dari Rawindra untuk bertarung habis-habisan, karena kalau aku tidak bersungguh-sungguh maka Rawindra akan menyerah kalah," jelas Kumala Dewi.Pendekar Tangan Satu ini berusaha meredakan ketegangan antara Kumala Dewi dan Adista yang kembali memanas setelah sempat mereda."Aku tidak apa-apa! Benar kata Dewi Naga, Adista ... aku yang menyuruhnya bersungguh-sun
Saat semua mengira Pendekar Tangan Satu akan tamat riwayatnya oleh pusaran inti badai, mendadak seluruh tubuh pendekar ini mengeluarkan cahaya terang yang berkilau membuat seluruh penonton tidak bisa melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.Sebuah sinar tampak memancar dari tempat pendekar ini berdiri sebelumnya. Sinar yang sangat besar langsung menuju ke pusaran inti badai dan secara menakjubkan menghancurkannya.“HAH!”Semua penonton terkesima oleh kejaadian yang baru saja dilihat oleeh mereka.Pendekar Tangan Satu yang diduga semula tidak punya kemampuan apa-apa, mendadak menjadi begitu hebatnya. Bahkan serangan maha dasyat dari Dewi Naga bisa dihancurkannya dengan mudah.“Apa yang sedang terjadi? Apa Tuan Muda bisa melihatnya?” tanya Adista.Sagara juga tidak mengerti oleh kejadian yang dilihatnya ini.“Aku juga tidak bisa melihat apa-apa, Adista!”Kilau cahaya terang berwarna keemasan ini masih saja belum redup sehingga tidak ada yang bisa menebak apakah Pendekar Tangan Satu i
“Selamat, Windra!” ucap Dewi Naga walaupun ada rasa kekecewaan di wajahnya.“Terima kasih! Seharusnya kamu yang menjadi juara ... aku hanya beruntung saja!” ujar Rawindra."Sebagai juara dari seleksi sekte Pedang Patah, maka Rawindra berhak menemui langsung ketua perguruan untuk mendapatkan medali juara seleksi!" seru panitia seleksi pertandingan.Master Arkantra menerima medali juara seleksi daari panitia seleksi pertandingan untuk diberikan kepada Pendekar Tangan Satu ini.“Selamat atas kemenanganmu! Sesuai janji dari perguruan, kamu akan menerima pelajaran dasar-dasar ilmu bela diri dariku langsung!” ucap Maaster Arkantra sambil mengalungkaan medali juara seleksi ke leher Rawindra.“Terima kasih, Master!” balas Rawindra sambil menundukkan kepala memberi salam hormat.“Istirahatlah dan temui aku secepatnya ... ada yang harus kamu lakukaan terlebih dahulu sebelum mempelajaari jurus Pedang Patah!” ujar Master Arkantra yang berlalu dari tempat pertandingan.Anehnya, Master Arkantra per