Share

Tidak Ada Artinya

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 07:52:31

“Nay!” Suara bas seorang pria memanggil membuat Naraya menoleh ke belakang.

“Mas Khafi ….” Naraya menghentikan langkahnya menunggu Khafi.

“Mau ke Aula, kan?” Pria muda itu bertanya.

“Iya … kirain Mas Khafi udah duluan.”

Khafi membawa senyum manisnya mendekat lalu mereka berjalan beriringan menuju Aula tempat berkumpulnya penari yang akan perform di Istana Negara.

“Aku tadi meeting dulu sama anak BEM.” Khafi memberi alasan.

Lalu hening selama beberapa saat, Khafi menoleh ke samping.

“Nay … aku turut berduka cita ya.” Khafi berujar kemudian.

“Iya Mas makasih … Mas Khafi ‘kan udah pernah mengucapkannya lewat chat.”

“Enggak afdol kalau enggak ngomong langsung.”

Naraya tertawa pelan merespon kelakar Khafi.

“Kamu pasti bisa lewatin ini, Nay … aku yakin kamu bisa.” Sorot mata Khafi tampak serius.

Naraya masih tersenyum saat bersitatap dengan Khafi tapi kemudian senyumnya pudar setelah memutus tatap menundukan pandangan agar tidak tersandung.

“Kamu bisa hubungi aku kalau butuh apa-apa,” kat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Menuju Cinta   Seperti Orang Bingung

    Naraya dan kedua temannya mengambil posisi untuk keluar dari balik tirai.MC memanggil mereka disertai musik intro dan satu persatu penari cantik itu keluar dari balik tirai.Tepuk tangan membahana membuat tingkat kepercayaan diri Naraya naik berkali-kali lipat. Tarian yang memiliki ciri khas humanism, keceriaan, semangat, kesederhanaan, spontanitas dan erotisme itu menghipnotis setiap pasang mata yang menyaksikan.Ketiga penari cantik kompak di beberapa gerakan sampai pada suatu pola yang dinamakan ibing pola, Naraya harus menari sendirian sementara dua diantaranya berhenti sejenak.Tepuk tangan kembali Naraya dapatkan mencetuskan sebuah senyum di bibir yang membuatnya terlihat semakin cantik.Beberapa menit berlalu, orang-orang yang ada di sana terpana pada ketiga penari sampai akhirnya musik berhenti dan tarian pun selesai.Tepuk tangan kembali membahana kali ini lebih meriah.Masih dalam posisi ending dari tarian yang baru saja ditampilkan, pandangan Naraya menangkap sosok pria s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Perjalanan Menuju Cinta   Calon Suami Naraya

    Semua penari dipersilahkan pulang setelah melakukan perform.Mereka berganti pakaian dan menghapus make up di ruang ganti dengan perasaan bangga dan puas karena menurut panitia, penampilan mereka mendapat pujian langsung dari Perdana Mentri Jepang beserta istri.Bahkan tadi mereka sempat diminta kembali ke balik tirai untuk berfoto dengan Perdana Mentri beserta istri juga bapak Presiden Indonesia beserta ibu Negara.“Makasih ya anak-anak yang Ibu sayangi … Ibu selalu bangga sama kalian.” Ibu Veronica mendapat pelukan dari anak-anak didiknya usai berkata demikian.“Ayo segera bereskan barang-barang kalian lalu kita pergi dari sini … besok kita makan-makan ya.” “Yeaaaayyyy!” Semua penari perempuan bersorak gembira di ruang ganti yang cukup luas itu.“Bu, apa boleh fee bagian saya diminta duluan? Saya butuh untuk biaya berobat ibu.” Adalah Ami-teman satu angkatan Naraya memberanikan diri meminta demikian tapi memang mereka semua tahu kalau ibunya Ami tengah dirawat di rumah sakit.“Oh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Menuju Cinta   Katanya Teman

    Ghazanvar tidak membawa Naraya ke restoran melainkan ke Bar and Lounge milik Anasera.Dua sahabat kentalnya-Anasera dan Radeva berulang kali menghubunginya saat weekend kemarin di mana dunianya jadi berubah seratus delapan puluh derajat dari yang tadinya berstatus jomblo menjadi taken.Ghazanvar sempat menceritakan sedikit tentang rencananya menikahi Naraya jadi mereka meminta Ghazanvar membawa Naraya ke sini.“Kok … ke … sini ….” Suara Naraya mengecil diakhir kalimat.“Ini resto punya Ana, anaknya sahabat mami yang punya rumah sakit di deket rumah kamu itu loh.” Ghazanvar berujar lalu turun dari mobil untuk membukakan pintu bagi Naraya.Naraya diam saja menunggu Ghazanvar yang membuka pintu demi menghargai pria itu.“Tapi ini bukan resto, Bang.” Raut wajah Naraya tampak was-was.Ghazanvar tertawa, dia baru tahu kalau Naraya adalah gadis polos yang belum tersentuh dunia gemerlap.“Nanti ada ruang VIP … kita makan di sana aja kalau kamu enggak nyaman,” bujuk Ghazanvar sembari menuntun

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Perjalanan Menuju Cinta   Semesta Mendukung

    “Aaarrgghh!” Naraya memekik saat suara petir terdengar dekat sekali seolah menyambar atap rumah.Gadis itu langsung menutup mulut berharap Ghazanvar tidak datang mengecek keadaannya.Detik berikutnya dia mendengar suara langkah kaki Ghazanvar menderap dengan cepat.“Kamu enggak apa-apa, Nay?” Ghazanvar bertanya cemas.“Eng-enggak.” Naraya menjawab terbata, jantungnya juga masih belum berdetak normal setelah terkejut oleh suara petir tadi.“Kamu lagi apa?” Pria itu bertanya sembari mengikis jarak dan berdiri di belakang Naraya.“Buat teh manis anget.” Naraya melirik sedikit ke belakang.Satu tangan Ghazanvar memegang pundak Naraya sedangkan yang satunya lagi melewati tubuh ramping gadis itu diletakan di atas meja kitchen set.Kepala Ghazanvar menunduk sehingga napasnya menerpa leher Naraya membuat sekujur tubuhnya meremang.Ghazanvar bisa menghirup aroma mawar dari leher Naraya. Berlama-lama dia mematung, sedang berpikir apakah boleh mengendus leher Naraya kemudian mengecupnya sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Perjalanan Menuju Cinta   Ultimatum Kakek

    “Abaaaaang.” Naraya menunjukkan ekspresi protes.“Kan kamu yang masuk ke pelukan aku.” Ghazanvar mengingatkan.Pipi Naraya seketika bersemu, mengulum senyum mengalihkan pandangannya ke mana saja asal tidak menatap Ghazanvar.“Sini Nay, peluk lagi … siapa tahu nanti ada petir lagi.” Naraya tahu kalau Ghazanvar sedang berkelakar karena pria itu bicara sembari tertawa.“Pegangan tangan aja gimana?” cetus Naraya memberikan tangannya.Ghazanvar langsung meraih tangan Naraya dan membawanya ke atas pangkuan untuk dia genggam.Pandangannya kini sudah fokus pada televisi jadi Naraya juga mengembalikan pandangannya ke sana.Tapi sepertinya Ghazanvar tidak akan berhenti membuat Naraya berhasrat sampai gadis itu meminta sendiri untuk disentuh karena buktinya ibu jari Ghazanvar mengusap punggung tangan Naraya dengan gerakan paling sensual sampai bulu kuduk Naraya meremang.Cukup lama Naraya membiarkan Ghazanvar menggenggam tangannya dengan cara seperti itu meski dia harus menahan segala desiran d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Perjalanan Menuju Cinta   Sebuah Misi

    Seharian bekerja dengan sangat produktif membuat tubuh Ghazanvar pegal, alih-alih pulang ke rumah dia malah pergi ke bar and lounge milik Anasera.Dia masuk ke ruang ganti dan mendapati Anasera serta Radeva sedang mengecek senjata api.“Mau ke mana? Heboh amat? Si Mamat aja santai,” tanya Ghazanvar dengan gurauan.“Kapal penumpang dari Kalimantan akan berlabuh di Dermaga, ada barang selundupan dari Malaysia.” Radeva membalas serius sembari mengisi senjata apinya dengan peluru.“Mister Thong?” Ghazanvar menebak nama si penyelundup.“Siapa lagi, dia pikir bisa mengelabui kita dengan menggunakan kapal penumpang … mister Tong nyewa mafia kelas teri buat ngawal barang-barang itu,” imbuh Anasera.“Si kampret, dia enggak mampu bayar kita buat ngawal barang-barangnya malah nyewa mafia lain … kagak tahu apa Dermaga itu punya Gunadhya.” Ghazanvar berujar tenang sembari mempersiapkan senjata apinya.“Orang kita udah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Perjalanan Menuju Cinta   Sulit Membuka Hati

    “Bang, kakek lo pasti marah … gedungnya hancur sama cucu kesayangan yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung.” Radeva berkelakar membuat semua yang tersambung dalam alat komunikasi itu tertawa.“Jangan kaya orang susah, tingga renovasi … kebetulan gedungnya gedung lama.” Ghazanvar membalas enteng.Ghazanvar, Dimitri dan Rudolf masuk ke ruangan tersebut dengan penuh waspada.Ada beberapa yang ternyata masih hidup dan tentunya tidak berlangsung lama karena Ghazanvar dan timnya segera memberi tiket VIP menuju alam baka.Jefri masih berdiri di balkon, dia terjebak dan sudah bisa dipastikan akan tamat hidupnya malam ini.Dia tahu konsekuensinya saat menerima tawaran mister Thong, pasalnya Dermaga ini adalah lahan milik kelompok seorang mafia muda misterius yang selalu menggunakan Balaclava mask atau penutup kepala yang menutupi sebagian wajah hanya menyisakan bagian matanya saja ketika berhadapan dengan mafia lain.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Perjalanan Menuju Cinta   Makan Malam Keluarga Ghazanvar

    Setelah delapan kali gonta-ganti pakaian, akhirnya Naraya menyerah dan menggunakan pakaian yang dia pilih pertama untuk dipakai ke acara makan malam keluarga Ghazanvar.Bukan hanya dihadiri oleh keluarga inti Ghazanvar saja yang terdiri dari kedua orang tua dan keempat adiknya melainkan kakek nenek beserta kakak dan adik dari papi Arkana juga menghadiri acara yang sengaja diadakan untuk memperkenalkan Naraya kepada seluruh keluarga Ghazanvar.Informasi yang Ghazanvar dan mami Zara sampaikan mengenai acara ini terlalu mendadak sehingga Naraya tidak memiliki waktu untuk membeli pakaian yang menurutnya pantas menghadiri acara keluarga Gunadhya yang Konglomerat itu.Entah kenapa Naraya memiliki perasaan harus dinilai baik oleh keluarga Ghazanvar padahal bukan dia yang pertama kali menginginkan pernikahan ini.Naraya menatap dirinya di cermin meja rias, bertanya-tanya apakah dia pantas menjadi menantu sang Konglomerat, menjadi istri Ghazanvar Nawasena Gunadhya-salah satu pewaris kerajaan b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01

Bab terbaru

  • Perjalanan Menuju Cinta   Terungkap

    Tiba-tiba dosen yang seharusnya mengajar kelas terakhir batal mengajar karena ada keperluan mendadaks.Afifah sedang mengikuti kelas terakhir mata kuliah lain dan Anggit tidak ada kelas hari ini sedangkan Naraya memiliki janji dengan dokter kandungan sore nanti setelah Ghazanvar pulang kerja dan menjemputnya ke sini.“Kalau pulang dulu ke rumah … jauh lagi abang jemputnya ….” Naraya sedang menimbang.Pasalnya rumah sakit mami Zara lebih dekat dijangkau dari kampus dari pada dari rumah.Naraya meminta solusi Ghazanvar, dia mengirim pesan singkat kepada suaminya.Naraya : Bang, dosen Nay enggak jadi ngajar.Ghazanvar : aku suruh orang jemput kamu sekarang ya, kamu nunggu di ruangan aku aja, sekarang aku lagi meeting.Naraya : Oke.Lima belas menit Naraya menunggu di bangku taman, tiba-tiba terdengar suara helikopter mendarat di landasan heli di rooftop gedung Rektorat.Naraya memandangi rooftop gedung yang berada tepat di sebelahnya.“Hebat banget ya kalau punya previllage sek

  • Perjalanan Menuju Cinta   Pelan-Pelan

    Naraya menderapkan langkah menyusuri jalan setapak menuju kelas berikutnya.“Nay!” Suara berat seorang pria membut langkahnya berhenti, dia lantas menoleh ke asal suara.“Stop di situ!” Naraya berseru sambil mengangkat tangan.Langkah Khafi seketika terhenti, wajah tampan itu pun melongo bingung.“Mas Khafi chat aja, jangan deket-deket Nay dulu … nanti suami Nay marah, Nay lagi banyak pikiran enggak mau ditambah berantem sama abang juga.” Kedua alis Khafi terangkat hanya bisa diam membeku sembari menatap punggung Naraya yang dengan cepat menjauh.Ada gejolak di dada Naraya rasanya ingin marah-marah.Naraya tidak mengerti, ingin menangis juga sebenarnya tapi lebih besar perasaan ingin marah-marah, entah kenapa, Naraya juga bingung.Dia tidak bicara dengan teman-temannya selama kelas berikutnya berlangsung sampai akhirnya kelas berakhir kemudian Naraya pergi ke parkiran.“Awas aja ya kalau sampai abang Ghaza belum sampe, Nay pulang sendiri …,” ancamnya sembari misuh-misuh.Na

  • Perjalanan Menuju Cinta   Ada Apa Dengan Naraya

    “Lho Nay, mau ke mana?” Ghazanvar yang baru saja keluar dari kamar mandi bertanya dengan kening berkerut tidak suka melihat Naraya memakai pakaian untuk kuliah berupa kemeja dan celana jeans.“Mau kuliah, Bang.” Naraya menjawab sembari menyisir rambut panjangnya tanpa berani menatap mata sang suami.“Tapi kamu ‘kan kemarin malam masih lemes sampai aku gendong dari mobil ke kamar … ijin dulu lah Nay sehari,” pinta Ghazanvar baik-baik demi kesehatan Naraya dan janin yang ada di dalam perutnya.“Enggak bisa Bang, sekarang ada ujian praktek menari—“ Kalimat Naraya terhenti teringat ucapan papi Arkana saat di Singapura.Dia menunduk menatap perutnya yang masih rata kemudian mengusap lembut di sana.“Naaay … gimana kalau kamu cuti dulu sampai melahirkan?” bujuk Ghazanvar, kedua tangannya terulur memeluk Naraya dari belakang.Dia juga ikut mengusap perut Naraya menggunakan kedua telapak tangannya yang besar.Banyak kecupan Ghazanvar berikan di belakang kepala Naraya.“Aku sayang kamu

  • Perjalanan Menuju Cinta   Pengantin Baru

    “An …,” panggil Arnawarma lembut sembari menurunkan sleting gaun Anasera.“Hem?” Anasera mendengung sebagai respon.“Kita buat yang kaya di perutnya Nay, yuk!” bujuknya seperti anak kecil.Anasera terkekeh, membalikan tubuhnya kemudian mendongak menatap sang suami yang tinggi menjulang di depannya.“Kamu enggak bosen? Tiap malam kita bercinta, sampai malam sebelum akad nikah aja kamu menyusup ke kamar aku untuk bercinta … tadi malam juga kita bercinta.” Anasera melapisi sisi wajah Arnawarma.Dan kenapa Anasera baru benar-benar menyadari kalau Arnawarma sangat tampan, bahkan menurut Anasera, Arnawarma paling tampan di antara adik-adik dan kakaknya.“Enggak lah masa bosen.” Arnawarma menurunkan gaun Anasera dari pundaknya.Kini hanya tersisa celana kain berenda menutup bagian inti Anasera sedangkan dua bagian menyembul di dadanya menggantung tampak seksi.Arnawarma meremat lembut salah satu bagian itu dengan sorot mata teduh.“Nawa.” Jemari ramping Anasera membuka satu persatu

  • Perjalanan Menuju Cinta   Ucapan Selamat

    Sekembalinya dari rumah sakit, Ghazanvar langsung membawa Naraya ke kamar, tidak kembali ke pesta yang saat itu belum berakhir.Naraya langsung berbaring di ranjang karena tubuhnya terasa lemas sekali.Dia berbaring miring, menekuk kakinya dengan tangan pengusap perut.Tiba-tiba air mata Naraya menetes lagi, dadanya bergemuruh mengakibatkan sesak dan dia mulai terisak.“Sayaaang.” Ghazanvar yang sedang menanggalkan tuxedonya bergegas mendekat.“Are you oke?” Ghazanvar naik ke atas ranjang memeluk Naraya.“Nay enggak apa-apa tapi enggak tahu kenapa ingin nangis.” Naraya bicara di antara isak tangis.“Ingin nangisnya karena apa? Aku salah apa, sayang?” “Enggak, Abang enggak salah … Nay, inget sama ibu dan Bapak.” Ghazanvar memberikan kecupan di puncak kepala Naraya lantas mengeratkan pelukan.“Mereka pergi sebelum sempat melihat cucunya,” sambung Naraya terisak.Ghazanvar mengerti apa yang Naraya rasakan. “Nanti kita datang ke pemakaman kedua orang tua kamu setelah anak kit

  • Perjalanan Menuju Cinta   Akan Menjadi Seorang Ayah

    Naraya terpana begitu masuk ke dalam Ballroom yang disulap seperti hutan peri.Banyak bunga, pohon-pohon artifisial serta lampu warna-warni.“Bro!“ Radeva merangkul pundak Ghazanvar.“Dari mana, Dev?” tanya Ghazanvar terkejut.“Abis telepon Ipeh.” Radeva menggerakan tangannya yang memegang handphone.“Ini kayanya si Ana berusaha keras banget nutupin jati diri dia yang sebenarnya.” Radeva berpendapat sembari memindai seluruh ruangan Ballroom.“Kenapa? Gara-gara tema dekornya fairythopia?” Ghazanvar menebak dan Radeva menganggukan kepalanya sebagai respon.“Gimana kalau ide tema ini idenya si Nawa?” ujar Ghazanvar lantas tergelak.“Bisa jadi sih! Si Ana ‘kan sukanya warna item dengan tema serba minimalis … enggak kaya pesta ulang tahun anak cewek umur tujuh tahun gini.” Ghazanvar tertawa lagi menanggapi.Lalu suara MC terdengar membuka acara, satu persatu tamu undangan mulai berdatangan.MC yang menggunakan bahas Inggris itu memberi instruksi agar para tamu membuat sebuah li

  • Perjalanan Menuju Cinta   Ana&Nawa’s Wedding Day

    Ghazanvar berdecak lidah kesal saat melihat Naraya berjalan mendekat.Istrinya tampak cantik sekali mengenakan gaun untuk resepsi pernikahan Arnawarma dan Anasera.“Nay, ah … kamu kenapa cantik-cantik banget sih!” seru Ghazanvar dengan tampang tidak suka.“Ih, kok Abang gitu … istrinya cantik malah protes.” Sebagai seorang perempuan, Aruna tidak suka dengan sikap kasar sang kakak kepada istrinya di depan banyaknya sepupu mereka.“Nanti kalau banyak yang terpesona terus mau ngerebut dia dari Abang, gimana?” Ghazanvar mengungkapkan alasannya.“Kata cowok yang pernah berusaha ngerebut istri dari adik sepupunya sendiri,” celetuk Narashima santai dengan tatapan fokus pada gadgetnya karena sedang main game.Semua lantas tergelak menertawakan Ghazanvar membuat pria itu merotasi bola matanya dan raut wajah Naraya yang tadi menegang pun perlahan melembut.“Duduk, Nay.” Reyzio bangkit dari samping Ghazanvar memberi tempat untuk Naraya.Seluruh Gunadhya sedang berkumpul di lobby sebuah h

  • Perjalanan Menuju Cinta   Perform

    “Nay … seriusan aku enggak tahu kalau papi nyumbang buat acara ini.” Ghazanvar membuka pembicaraan setelah beberapa menit semenjak mereka masuk ke dalam mobil—Naraya bungkam seribu bahasa.“Sebenarnya Nay enggak masalah, Bang … cuma Nay khawatir orang-orang bergosip kalau Nay bisa selalu mewakili kampus karena mertuanya penyumbang terbesar setiap acara di kampus.” Naraya terdengar menggerutu, bibirnya mengerucut dengan wajah ditekuk.“Nanti aku bilang sama papi ya untuk enggak selalu andil, tapi kayanya pihak kampus yang ngajuin proposal duluan ke papi … sekarang papi sama Rektornya ‘kan bestian, teman golf.”Naraya menoleh menatap suaminya. “Oh ya?” Kedua alis wanita yang memiliki mata seperti almond itu terangkat.Setelah untuk yang pertama kalinya papi Arkana dan papanya Khafi bertemu di kantor Polisi karena urusan sang putra yang berkelahi dan setelah itu mereka jadi akrab.“Iya sayang … ya masa sama bestie enggak royal,” kata Ghazanvar lagi kemudian tertawa.“Ya kalau git

  • Perjalanan Menuju Cinta   Gladi

    Ghazanvar sengaja tidak masuk kantor untuk melakukan gladi di kampus Naraya, tapi bukan berarti pria itu tidak bekerja—Ghazanvar masih bertanggung jawab pada pekerjaannya dengan membawa MacBook dan mengerjakan apa yang biasa dia kerjakan di kantor dari kampus Naraya atau lebih tepatnya Aula utama tempat pentas seni akan berlangsung besok.Sesekali matanya mengawasi interaksi antara Naraya dengan Khafi, mereka tampak akrab sekali.Ghazanvar jadi kesal dan dia tidak mau repot-repot menutupi ekspresi benci di wajahnya untuk Khafi.Lihat saja bagaimana tajamnya tatap mata Ghazanvar tertuju pada Khafi saat netra mereka tidak sengaja bersirobok.“Abang Ghaazaaa.” Afifah datang membawa satu cup kopi untuk Ghazanvar.“Ini buat Abang,” katanya manis sekali.“Waaah, curiga nih pasti kamu mau nanya-tanya tentang Radeva ya!” tebak Ghazanvar membuat Afifah menyengir lebar.Ghazanvar tertawa karena tebakannya benar sampai berhasil mengambil alih perhatian Naraya dan Khafi yang berada di atas

DMCA.com Protection Status