Sementara itu, pintu rumah Wira tertutup rapat.Whoosh whoosh whoosh .... Syut syut syut ....Terdengar deru angin akibat panah yang memelesat di udara.Para anggota tim penjualan yang bertugas menjaga pintu mendengar suara ini dengan saksama. Mereka tampak penasaran dan bersemangat, bahkan ingin mengintip. Namun, tidak ada yang berani melakukannya.Hasan memegang busur silang. Semua anak panah yang ditembakkannya mengenai inti lingkaran papan target.Tim penangkap ikan, tim penjualan, tim pembelian, ketua dan wakil ketua tim pembuatan sabun, bahkan Gabrata bersaudara tercengang melihat hasil ini.Wira juga pernah mengajari mereka cara memanah. Mereka hanya perlu mengikuti tanda pada busur, lalu mengatur agar lubang bidik, bidikan depan, dan target berada pada satu garis horizontal. Setelah itu, anak panah akan mengenai sasarannya dengan tepat.Mereka mempelajarinya selama 5 hingga 6 hari. Meskipun berhasil mengenai lingkaran ke-7 atau ke-8, gerakan mereka sangatlah lambat.Yang mengua
"Kalau para perampok datang, Wira bisa langsung kabur dengan kereta kudanya, juga ada orang yang melindunginya. Setelah gagal menangkap Wira, para perampok itu pasti akan mengamuk dan membunuh kita semua!" teriak Agus dengan lantang.Orang lainnya juga turut berteriak, tetapi mereka hanya mengiakan perkataan Agus.Begitu mendengar keributan di luar, Wira langsung mengernyit.Para bandit yang datang untuk memantau pasti akan membuat penduduk desa ketakutan. Itu sebabnya, Wira berniat untuk menyelesaikannya secara diam-diam.Namun, entah siapa yang membocorkan rahasia ini sekarang.Sekelompok orang itu pun saling bertatapan dengan heran."Mungkin ini ulah Andre." Gavin berdiri dengan ekspresi bersalah, lalu menjelaskan, "Kemarin, aku berdiskusi dengan Panca di luar desa. Andre malah berjongkok di lubang samping untuk menguping. Aku baru melihatnya ketika dia pergi. Aku pikir dia anggota tim penangkap ikan, jadi seharusnya nggak ada masalah."Doddy mengernyit seraya membalas, "Kalaupun ba
Krek!Doddy meraih jari tangan yang diulurkan Agus, lalu mematahkannya dan menghardik, "Namaku Zabran, bukan bajingan. Kamu terus berbicara buruk tentang Kak Wira, aku sudah lama ingin menghajarmu. Bersikaplah lebih patuh lain kali. Kalau terulang lagi, aku akan pergi ke rumahmu dan menghajarmu. Coba saja kalau nggak percaya!""Ah! Kamu ... kamu!" teriak Agus yang kesakitan karena jari tangannya patah. Dia menatap Doddy yang bersikap tidak masuk akal tanpa bisa melontarkan kalimat yang utuh.Di sisi lain, Wira menghampiri Andre dan bertanya, "Kenapa kamu mencari Agus? Apa maksudmu?""Aku ... aku takut kamu mengabaikan kami saat para bandit itu datang. Kalau gagal, mereka pasti akan marah besar dan membunuhku!" jawab Andre sambil menunduk. Sekujur tubuhnya gemetaran tak terkendali.Wira menyipitkan matanya, lalu menimpali, "Kamu memberi tahu Agus supaya dia menahanku? Jadi, ketika para bandit datang, mereka tinggal membunuhku dan kamu akan aman?""Bu ... bukan begitu!" ucap Andre dengan
Di Gunung Harimau Hitam, Desa Tiga Harimau."Kak Kadir, Kak Heru, kenapa kalian berpikiran sempit begini? Memungut tarif jalan adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Kenapa kalian malah nggak percaya? Cepat lepaskan aku. Aku nggak kerasukan. Tuan Wira nggak melakukan apa-apa padaku!" teriak Jamal.Di dalam sebuah rumah batu, Jamal diikat pada sebuah salib kayu. Terlihat kerak darah yang menempel pada sejujur tubuhnya.Selama 3 hari ini, dia terus disiram dengan darah anjing hitam sehingga tercium aroma yang sangat amis.Seorang bandit bertubuh tinggi yang berdiri di luar berkata, "Kita sudah menggunakan 10 ekor anjing hitam, tapi Ketua Jamal masih belum waras. Sihir yang digunakan cendekiawan di Dusun Darmadi itu benar-benar luar biasa!""Kamu benar. Apa kamu tahu berapa anggota kita yang meninggalkan gunung beberapa hari ini?" tanya bandit bertubuh pendek dengan lirih."Apa maksudmu?" sahut bandit bertubuh tinggi itu dengan terkejut.Sudah biasa jika ada bandit yang melarikan diri d
Harga kuda biasa tidaklah mahal, hanya 10.000 gabak per ekor. Namun, orang-orang di Desa Tiga Harimau tidak sanggup membelinya.Beberapa ekor kuda ini adalah kekayaan yang dikumpulkan Desa Tiga Harimau dengan merampok selama beberapa tahun ini.Meskipun kuda-kuda ini bertubuh kecil dan lambat, mereka selalu menggunakannya untuk menarik kereta.Faktanya, kuda seperti ini bisa berlari 50 sampai 100 kilometer per hari. Kecepatannya juga jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan manusia yang berjalan kaki.Dengan mengandalkan 20 ekor kuda ini, orang-orang di Desa Tiga Harimau bisa bepergian jauh dan merajalela di Kabupaten Uswal.Masing-masing menunggang kuda dan memegang pisau, membuat mereka terlihat seperti pasukan berkuda kecil. Petugas keamanan yang berpatroli sekalipun akan melarikan diri jika bertemu dengan mereka, apalagi para penduduk desa.Mereka berangkat siang hari, jadi tiba di kaki gunung pada sore harinya. Begitu Heru memberi perintah, 21 orang itu langsung menyerbu ke Dusu
Linus tersenyum sinis sembari menjawab, "Persetan dengan pemerintah kabupaten, nyawa kita saja sudah terancam sekarang. Paling-paling, aku akan dilengserkan dari jabatan inspektur ini. Semuanya, ingat baik-baik, kalau ada yang tanya, bilang saja kalian nggak lihat apa pun!"Sekelompok prajurit itu pun mengangguk, lalu mengikuti Linus. Mereka mengambil jalan lain untuk kembali ke kota.Prajurit yang memegang tombak itu tiba-tiba mengernyit. Dia memegang perutnya sambil berteriak, "Pak Linus, perutku sakit!""Orang malas memang banyak alasannya!" maki Linus. Kemudian, dia mengulurkan tangannya seraya berpesan, "Kami akan lewat jalan ini. Setelah selesai, cepat susul kami. Jangan sampai bertemu dengan bandit Desa Tiga Harimau!""Baik!" sahut prajurit itu sambil mengangguk. Setelah itu, dia bergegas masuk ke hutan dan mengambil jalan pintas untuk ke Dusun Darmadi.Dia bergumam, "Aku memang nggak bisa menghentikan Heru. Tapi, aku dengar Tuan Muda Wira adalah orang baik. Aku harus memberitah
"Kamu ingin menangkap Heru? Kamu sudah gila, ya!" teriak Jamadi.Begitu memahami kontribusi besar yang dimaksud Wira, Jamadi sama sekali tidak terlihat gembira. Dia justru ketakutan hingga gemetaran.Meskipun Hasan dan kedua putranya pandai berkelahi, para bandit Desa Tiga Harimau sangatlah kejam. Selain itu, busur memang senjata yang hebat, tetapi paling-paling hanya bisa membunuh beberapa orang.Keempat pemanah itu pun tercengang mendengarnya. Namun, mereka tidak berani keluar sekarang karena takut akan bertemu dengan Heru di tengah jalan.Wira mengangkat cangkirnya, lalu berkata, "Tehnya sudah dingin, cepat diminum.""Ba ... baik," sahut keempat pemanah itu....."Tuan Muda Wira, cepat kabur. Heru dari Desa Tiga Harimau sudah menyerbu kemari ...." Setelah masuk ke Dusun Darmadi, prajurit yang memegang tombak itu pun terkejut. Dia mendapati bahwa seluruh jalanan telah diblokir.Meskipun demikian, dia tetap lanjut berlari dan berteriak. Hanya saja, seluruh dusun sunyi senyap, tidak ad
Hari ini, pria bermarga Darmadi itu sudah menggusarkan Ketua Heru. Dia telah membawa bencana untuk Dusun Darmadi.Meskipun para bandit ini merasa gembira, mereka khawatir masih ada perangkap lain setelah melihat jebakan kuda barusan.Keempat bandit bertugas untuk memeriksa jalan. Masing-masing memegang tongkat kayu untuk menggali tanah. Tidak berselang lama, semua jebakan kuda pun terungkap.Di setiap tempat yang bisa dilewati kuda, pasti terdapat jebakan kuda yang tidak beraturan."Cuma jebakan kuda. Kaki kita lebih besar dari kaki kuda, kita nggak mungkin jatuh ke dalam lubang!" teriak Heru.Begitu melihat semuanya adalah jebakan kuda, Heru pun menjadi makin marah. Jadi, dia buru-buru mendesak para bawahannya untuk melanjutkan perjalanan.Heru sudah tidak sabar untuk bertemu Wira sekarang. Dia ingin menyiksa bocah ini sampai memohon ampun kepadanya.Mendengar perkataan Heru, keempat bandit itu merasa cukup masuk akal. Mereka pun melempar tongkat kayu, lalu mulai berlari."Ah!" Seoran