Di Gunung Harimau Hitam, Desa Tiga Harimau."Kak Kadir, Kak Heru, kenapa kalian berpikiran sempit begini? Memungut tarif jalan adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Kenapa kalian malah nggak percaya? Cepat lepaskan aku. Aku nggak kerasukan. Tuan Wira nggak melakukan apa-apa padaku!" teriak Jamal.Di dalam sebuah rumah batu, Jamal diikat pada sebuah salib kayu. Terlihat kerak darah yang menempel pada sejujur tubuhnya.Selama 3 hari ini, dia terus disiram dengan darah anjing hitam sehingga tercium aroma yang sangat amis.Seorang bandit bertubuh tinggi yang berdiri di luar berkata, "Kita sudah menggunakan 10 ekor anjing hitam, tapi Ketua Jamal masih belum waras. Sihir yang digunakan cendekiawan di Dusun Darmadi itu benar-benar luar biasa!""Kamu benar. Apa kamu tahu berapa anggota kita yang meninggalkan gunung beberapa hari ini?" tanya bandit bertubuh pendek dengan lirih."Apa maksudmu?" sahut bandit bertubuh tinggi itu dengan terkejut.Sudah biasa jika ada bandit yang melarikan diri d
Harga kuda biasa tidaklah mahal, hanya 10.000 gabak per ekor. Namun, orang-orang di Desa Tiga Harimau tidak sanggup membelinya.Beberapa ekor kuda ini adalah kekayaan yang dikumpulkan Desa Tiga Harimau dengan merampok selama beberapa tahun ini.Meskipun kuda-kuda ini bertubuh kecil dan lambat, mereka selalu menggunakannya untuk menarik kereta.Faktanya, kuda seperti ini bisa berlari 50 sampai 100 kilometer per hari. Kecepatannya juga jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan manusia yang berjalan kaki.Dengan mengandalkan 20 ekor kuda ini, orang-orang di Desa Tiga Harimau bisa bepergian jauh dan merajalela di Kabupaten Uswal.Masing-masing menunggang kuda dan memegang pisau, membuat mereka terlihat seperti pasukan berkuda kecil. Petugas keamanan yang berpatroli sekalipun akan melarikan diri jika bertemu dengan mereka, apalagi para penduduk desa.Mereka berangkat siang hari, jadi tiba di kaki gunung pada sore harinya. Begitu Heru memberi perintah, 21 orang itu langsung menyerbu ke Dusu
Linus tersenyum sinis sembari menjawab, "Persetan dengan pemerintah kabupaten, nyawa kita saja sudah terancam sekarang. Paling-paling, aku akan dilengserkan dari jabatan inspektur ini. Semuanya, ingat baik-baik, kalau ada yang tanya, bilang saja kalian nggak lihat apa pun!"Sekelompok prajurit itu pun mengangguk, lalu mengikuti Linus. Mereka mengambil jalan lain untuk kembali ke kota.Prajurit yang memegang tombak itu tiba-tiba mengernyit. Dia memegang perutnya sambil berteriak, "Pak Linus, perutku sakit!""Orang malas memang banyak alasannya!" maki Linus. Kemudian, dia mengulurkan tangannya seraya berpesan, "Kami akan lewat jalan ini. Setelah selesai, cepat susul kami. Jangan sampai bertemu dengan bandit Desa Tiga Harimau!""Baik!" sahut prajurit itu sambil mengangguk. Setelah itu, dia bergegas masuk ke hutan dan mengambil jalan pintas untuk ke Dusun Darmadi.Dia bergumam, "Aku memang nggak bisa menghentikan Heru. Tapi, aku dengar Tuan Muda Wira adalah orang baik. Aku harus memberitah
"Kamu ingin menangkap Heru? Kamu sudah gila, ya!" teriak Jamadi.Begitu memahami kontribusi besar yang dimaksud Wira, Jamadi sama sekali tidak terlihat gembira. Dia justru ketakutan hingga gemetaran.Meskipun Hasan dan kedua putranya pandai berkelahi, para bandit Desa Tiga Harimau sangatlah kejam. Selain itu, busur memang senjata yang hebat, tetapi paling-paling hanya bisa membunuh beberapa orang.Keempat pemanah itu pun tercengang mendengarnya. Namun, mereka tidak berani keluar sekarang karena takut akan bertemu dengan Heru di tengah jalan.Wira mengangkat cangkirnya, lalu berkata, "Tehnya sudah dingin, cepat diminum.""Ba ... baik," sahut keempat pemanah itu....."Tuan Muda Wira, cepat kabur. Heru dari Desa Tiga Harimau sudah menyerbu kemari ...." Setelah masuk ke Dusun Darmadi, prajurit yang memegang tombak itu pun terkejut. Dia mendapati bahwa seluruh jalanan telah diblokir.Meskipun demikian, dia tetap lanjut berlari dan berteriak. Hanya saja, seluruh dusun sunyi senyap, tidak ad
Hari ini, pria bermarga Darmadi itu sudah menggusarkan Ketua Heru. Dia telah membawa bencana untuk Dusun Darmadi.Meskipun para bandit ini merasa gembira, mereka khawatir masih ada perangkap lain setelah melihat jebakan kuda barusan.Keempat bandit bertugas untuk memeriksa jalan. Masing-masing memegang tongkat kayu untuk menggali tanah. Tidak berselang lama, semua jebakan kuda pun terungkap.Di setiap tempat yang bisa dilewati kuda, pasti terdapat jebakan kuda yang tidak beraturan."Cuma jebakan kuda. Kaki kita lebih besar dari kaki kuda, kita nggak mungkin jatuh ke dalam lubang!" teriak Heru.Begitu melihat semuanya adalah jebakan kuda, Heru pun menjadi makin marah. Jadi, dia buru-buru mendesak para bawahannya untuk melanjutkan perjalanan.Heru sudah tidak sabar untuk bertemu Wira sekarang. Dia ingin menyiksa bocah ini sampai memohon ampun kepadanya.Mendengar perkataan Heru, keempat bandit itu merasa cukup masuk akal. Mereka pun melempar tongkat kayu, lalu mulai berlari."Ah!" Seoran
Begitu Hasan memberi perintah, dia langsung meluncurkan panah dan mengenai seorang bandit.Whoosh whoosh whoosh ....Kesembilan orang lainnya juga menembakkan panah setelah mendengar perintah Hasan.Serangan Danu, Doddy, dan Gavin cukup akurat. Masing-masing dari mereka berhasil menembak seorang bandit.Di sisi lain, panah Gandi mengenai dada Heru, tetapi tidak menembus zirahnya. Panah Ganjar pun hanya mengenai pakaian seorang bandit.Sony, Danur, Herman, dan Hamid paling parah. Melihat para bandit itu menyerang dengan penuh semangat, tubuh mereka langsung lemas dan pikiran mereka pun kosong. Begitu mendengar perintah Hasan, mereka menembakkan panah secara naluriah, tetapi semuanya memeleset!"Ah! Ah!" teriak 4 orang bandit yang terkena panah dan terjatuh. Jeritan histeris pun bergema di udara, membuat siapa pun yang mendengar seketika merinding.Para bandit yang tersisa sungguh tercengang melihat situasi ini. Beberapa dari mereka bahkan ingin berbalik dan kabur."Itu adalah busur. Kal
"Ah! Ah!" Teriakan histeris bergema di seluruh Dusun Darmadi, bahkan terdengar sampai rumah Wira.Tangan Jamadi yang memegang cangkir teh bahkan bergetar sehingga teh menciprat pakaiannya.Keempat pemanah itu lemas sampai terduduk di lantai. Keringat dingin bercucuran dari dahi mereka tanpa henti.Jamadi berkata dengan gemetaran, "Tu ... Tuan Muda Wira, pertempurannya sudah dimulai.""Ya," sahut Wira sembari menyesap tehnya. Ekspresinya terlihat sangat tenang.Faktanya, tangan Wira juga bergetar. Hanya saja, cahaya dalam ruangan gelap sehingga tidak mudah untuk dilihat.Sebelum kelahiran kembalinya, Wira hidup di era reformasi. Dia tidak pernah mengalami pembunuhan seperti ini.Namun, seluruh desa menganggapnya sebagai pemimpin. Jika Wira takut, tim ini tentu tidak bisa dibina. Itu sebabnya, dia harus berpura-pura tenang meskipun sedang merasa gelisah.Bam bam bam! Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu yang terburu-buru.Jamadi sontak bangkit dari kursi, lalu mengeluarkan golok dan
Asal tahu saja, siapa pun yang bisa menangkap Heru akan mendapatkan 800.000 gabak.Tiba-tiba, Doddy membawa seorang prajurit yang memegang tombak sambil berkata, "Kak Wira, orang ini prajurit dari tim inspeksi, Namanya Yanuar Husada. Dia yang berteriak barusan.""Tuan Muda Wira, aku kira kalian nggak tahu Heru akan datang!" jelas Yanuar yang masih kebingungan. Dia masih berpikir, bagaimana Heru bisa tiba-tiba tewas setelah dia sadar dari pingsannya?"Aku tahu kamu berniat baik. Terima kasih," ucap Wira seraya tersenyum. Kemudian, dia mengeluarkan 10.000 gabak dan memberikannya kepada Yanuar."Aku nggak bisa menerimanya. Uang ini terlalu banyak!" teriak Yanuar yang terkejut. Dia buru-buru mengembalikan uang tersebut kepada Wira.Yanuar mendengar bahwa Wira adalah orang baik. Itu sebabnya, dia ingin memberi tahu para penduduk tentang informasi ini dan tidak ingin Wira mati dibunuh para bandit. Dia tidak pernah berpikiran untuk mengambil keuntungan sedikit pun dari Wira."Kak Wira nggak a